kepatuhan, dan kepatuhan itu tidak lain adalah kepada sang pencipta dan sistem pemerintahan yang memalingkan diri dari Allah Swt menjadi sistem
yang lepas dan bebas memerintah dengan dan untuk dirinya sendiri adalah pemberontakan atau kudeta melawan sang Pencipta.
8
Sementara Muhammad Rasyid Ridha seorang ulama dan politikus kenamaan mendefinisikan Khilafah, Imamah, dan Imarah sebagai tiga kalimat
yang bermakna satu, yaitu kepemimpinan negara Islam yang meliputi kemaslahatan dunia dan agama.
9
Taqiyuddin an-Nabhani memaknai khalifah sebagai seseorang yang diserahi tugas untuk memimpin umat lebih lanjut ia menegaskan:
Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan, serta dalam menetapkan hukum-hukum syara, karena
Islam telah menjadikan pemerintahan dan kekuasaan tersebut menjadi milik umat khalifah hanyalah orang yang diangkat oleh kaum Muslimin
karena itu, faktanya adalah bahwa khalifah merupakan wakil umat dalam masalah pemerintahan dan kekuasaan serta dalam menetapkan hukum
syara, oleh karena itu tidak ada seorang khalifah pun kecuali setelah bai’at umat.
10
2. Khilafah Islamiyah dalam Lintasan Sejarah
Sejarah kekhilafahan dimulai sejak Nabi Muhammad Saw wafat. Setelah Rasulullah wafat dan lama setelahnya istilah-istilah yang dimunculkan
untuk sebutan kepada pemimpin Umat Islam adalah: Khalifah, Imam, Amirul
8
Abdul A’la al-Maududi, Al-Khilafah wa-al Mulk, Terj. Khilafah dan Kerajaan, Bandung: Mizan,1996, h. 58.
9
Al-Hasjmy, Dimana Letaknya Negara Islam, Bina Ilmu, 1984 h.153.
10
Taqiyuddin an-Nabhani, Nidhamul hukumi Fil Islam Terj. Sitem Pemerintahan Islam: Doktrin Sejarah Empirik,
Bangil Jatim: Al-Izzah, 1997 h.65.
mukminin, Hakkimul mukminin penguasa orang-orang mukmin, Raisul
mukminin pemimpin kaum muslimin, Sultanul Muslimin penguasa kaum
muslimin,
11
dan ada juga yang menggunakan sebutan Amir, sementara yang lain menggunakan kata Syah sebagaimana yang terjadi di Iran.
Praktek kekhalifahan selama enam abad pertama Islam dapat di bagi ke dalam tiga periode utama: 1 Khulafa ar-Rasyidun di Madinah 632-661
M; 2kekhalifahan Bani Umayyah 661-750M di Damaskus; dan 3 kekhalifahan Bani Abbasiyyah 750-1258 M di Baghdad.
12
Sedangkan sisanya adalah zaman Utsmaniyyah Turki di Istambul 1299-1924M.
Dalam sejarah Islam tercatat yang pertama mengguanakan kata khalifah secara resmi adalah Abu Bakar as-Shiddiq 632-634 M, tugas yang
diembannya adalah penguasa temporal dunia dan penguasa religius akhirat tugas yang sama juga dilakukan kepada Umar bin Khattab 634-644 M,
Usman bin Affan 644-656 M, dan Ali bin Abi Thalib 656-661 M yang selanjutnya dikenal sebagai al-Khulafa al-Rasyiddin. Dimana pemilihan
khalifah bisa dikatakan sangat demokratis untuk ukuran saat itu. Sepanjang sejarah peradaban Islam, masa kekhalifahan adalah masa kemajuan Islam.
Pada masa itu tidak ada sistem politik Islam yang baku. Kekhilafahan di jalankan sesuai dengan konteks situasi kondisi politik pada zaman
kekhilafahan masing-masing. Hal itu dapat digambarkan dari perjalanan politik masing-masing khalifah.
Selama 2 tahun kekuasaan yang dijalankan khalifah Abu Bakar, sebagaimana masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif
11
Ibid., h. 106.
12
John L.Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas?, Alih bahasa: Alwiyyah Abdurrahman, Bandung: Mizan, 1996, h.41.
dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Meskipun demikian, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Sedangkan Umar
ibn Khathab yang memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin komandan orang-orang beriman menjalankan roda pemerintahan dengan memisahkan
lembaga yudikatif dengan lembaga ekselutif. Untuk itu ia membentuk lembaga peradilan. Selama 10 tahun Umar melakukan ekspansi kekuasaan di
sekitar jazirah Arab, Palestina, Syiria, dan sebagian besar wilayah Persia dan Mesir. Banyak kebijakan baru yang di jalankan seperti pengaturan
administrasi yang mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban , jawatan kepolisian di
bentuk , demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal
, menempa mata uang dan menciptakan tahun Hijrah.
13
Pada masa Usman yang terkenal lemah lembut, jasanya tampak dalam membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dengan
mengatur pembagian air kekota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan , jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.
Namun selama 12 tahun berkuasa, banyak rakyat kecewa terutama pada kebijakan sang Khalifah yang mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi
dalam pemerintahan. Pada masa Ali ibn Abi Thalib, situasi politik sedang tidak stabil.
Namun beliau tetap menjalankan roda pemerintahan secara demokratis. Selama 6 tahun masa pemerintahannya Ali menghadapi banyak pergolakan
poltik. Setelah menduduki jabatan khalifah Ali memecat para gubernur yang
13
Dr. Badri Yatim M.A., Sejarah Peradaban Islam Jakarta: Rajawali Press, 2004, h. 38.
diangkat oleh Usman. Beliau juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada
negara dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang- orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Kekhilafahan selanjutnya mengalami pergeseran makna pada masa dinasti Umayyah 651-750 M. Pergeseran tersebut paling tidak bisa di lihat
dari dua hal; pertama pemilihan khalifah tidak lagi melalui cara yang ”demokratis” dalam arti melibatkan suara rakyat, tetapi melalui wilayatul
ahdi , pengangkatan putra mahkota yang ditentukan sebelumnya oleh khalifah
yang berkuasa. Kedua , khalifah lebih terfokus pada masalah politik, sementara masalah agama diserahkan kepada ulama yang menguasai masalah-
masalah agama . Berbeda dengan khalifah sebelumnya yang merupakan ahli agama yang menetapkan hukum keagamanan berdasarkan ijtihad mereka baik
sendiri maupun bersama-sama. Namun demikian khilafah bani Umayyah mampu melakukan ekspansi besar-besaran baik di Timur maupun Barat,
wilayah kekuasaan Islam meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, jazitah Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang
sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
14
Sistem monarki dalam pemerintahan islam dimulai pada khalifah Muawiyah yang mengangkat putranya Yazid bin Muawiyah dengan jalan
kekerasan sebagai waliyul’ahdi putra mahkota. Pada masa dinasti Abbasiyah, kebijakan-kebijakan yang diterapkan
lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari
14
Ibid., h. 44.
pada perluasan wilayah yang pada masa khilafah Bani Umayyah gencar dilakukan. Namun dalam memaknai khalifah, Dinasti Abbasiyah tidak jauh
berbeda dengan dinasti sebelumnya , peranan khalifah semakin mengalami penurunan disamping meneruskan ciri monarki absolut dan diperparah dengan
penambahan kata yang dimaksud untuk ”meninggikan” derajat seorang khilafah.
Pada masa khalifah al-Mansur 754-775 M kata ”khalifah” sudah mengalami perubahan makna yang cukup mendasar, khalifah sudah
berkonotasi Khalifatullah yang berarti pengganti atau wakil Allah di muka bumi, dan menamakan dirinya sebagai Sultanullah fi al-Ardh penguasa Tuhan
di muka bumi.. Pada konteks ini kita bisa melihat makna khalifah menjadi simbol atau legitimasi religius dalam aktivitas perpolitikan. Dengan demikian
karisma khalifah semakin bertambah dimasyarakat, karena dirinya sebagai wakil atau pengejawantahan Tuhan di bumi yang harus ditaati sepenuhnya
oleh masyarakat dan pejabat-pejabat dibawahnya , dalam hal ini jelas bahwa dinasti Abbasiyyah di pengaruhi oleh kebudayaan Persia yang menganggap
raja sebagai titisan suci dari Tuhan Devide right of King. Namun di tengah kemunduran makna khalifah tersebut, pada masa Al-Mahdi perekonomian
mulai meningkat dengan peningkatan disektor pertanian, dan pertambangan. Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun
al-Rasyid 786-809 M dan ptranya Al-Ma’mun 813-833 M yang membawa umat Islam pada tingkat kemakmuran yang tertinggi.
Peranan khalifah lebih menurun drastis lagi pada masa sultan Buwaihi 945-1055 M , Saljuk 1063-1194 M, Khawarizme 1199-1258 M atas
Dinasti Abbasiyah. Pada masa itu, peranan khalifah lebih bersifat boneka atau simbol saja karena kekuatan dan kekuasaan sultan dapat memaksakan segala
kehendaknya kepada khalifah. Setelah Abbasiyah hancur , muncullah kerajaan Usmani yang
kemudian di kenal dengan Khilafah Usmaniyyah. Pendiri dinasti ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz, ketika kerajaan Usmani sudah mencapai
puncak kemajuannya, kerajaan Syafawi baru berdiri di Persia, yang dalam perkembagannya sering mengalami bentrok dengan kerajaan Turki Usmani
dan salah satunya dilatarbelakangi oleh kerajaan Syafawi yang menyatakan Syiah sebagai mazhab negara. Setelah seperempat abad berdirinya kerajaan
Syafawi berdiri pula kerajaan Mughal di India. Jadi setelah runtuhnya dinasti Abbasiyah, kekhilafahan Islam semakin
”terkoyak” meninggalkan bentuk aslinya sebagaimana dilakukan Nabi dan pengganti setelahnya yang dikenal dengan sebutan al-Kulafa al-Rasyidun.
Dinasti Usmaniyah yang pernah berkuasa kurang lebih enam abad dan pernah di segani Eropa akhirnya mendapatkan pukulan yang mematikan dari
Kemal Attaturk dengan mendirikan Republik Turki pada tahun 1923 M dan menghapus jabatan khalifah pada tanggal 3 Maret 1924 M dengan demikian
gelar kekhalifahan dalam arti politik hilang dari percaturan internasional. Di samping itu, runtuhnya kekhalifahan di Turki juga disebut-sebut
karena sifat munafik kaum muslimin itu sendiri. kekhalifahan dianggap harus ditaati oleh semua kaum Muslimin , tetapi pada kenyataannya hanya orang-
orang Turki sajalah yang setia kepadanya, dalam hal ini Mustafa Kemal mengemukakan beberapa saat sebelum dihapuskan kekhalifahan:
Kita telah menjunjung tinggi khalifah sesuai dengan tradisi yang kita hormati. Kita menghormati khalifah, kita penuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Saya tambahkan bahwa di seluruh dunia Muslim hanya bangsa Turki-lah satu- satunya bangsa yang secara efektif menjamin kepenghidupan khalifah, mereka
yang mengemukakan gagasan khalifah universal sebegitu jauh telah menolak untuk menerima sumbangan apapun , jadi apa sebenarnya yang mereka
inginkan? Apakah mereka menghendaki agar hanya orang Turki yang memilkul beban lembaga ini.
15
Kejengkelan Mustafa Kemal inilah salah satunya yang menjadi penyebab pada langkah berikutnya yaitu dihapuskannya kekhalifahan.
Demikianlah masa-masa kejayaan Islam di bawah pemerintahan Islam yang berbentuk Khilafah Islamiyah telah runtuh oleh berbagai faktor baik
internal maupun eksternal. Namun banyak kalangan yang masih mengenang romantisme kejayaan Islam dimasa lalu itu , dan berusaha untuk mewujudkan
kembali sistem tersebut dengan berbagai cara. Perwujudan keinginan yang sebatas pada tataran konseptual, kemudian terimplementasikan oleh sebagian
kelompok islam kedalam bentuk berbagai pergerakan-pergerakan baik yang bersifat politik, sosial, kultur, maupun ekonomi. Namun tak jarang gerakan-
gerakan kebangkitan ini mendapat tantangan, ancaman, bahkan intimidasi dari kekuasaan politik yang ingin memasung segala gerak langkah politik islam.
Tantangan yang nyata tampak pada diri umat islam sendiri, maupun pihak Barat yang kini menguasai perpolitikan dunia.
15
Hamid Enayat, Modern Islamic Thought: The Respon of thr Syi’I and Sunni Muslim to the Twentieth Century
terj.nAsep Hikmah, Bandung: Pustaka, 1998, h. 82-83.
BAB III
PROFIL HIZBUT TAHRIR
A. Latar Belakang Berdirinya Hizbut Tahrir