Kromatografi Lapis Tipis KLT Uji Potensi Antifungi

berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondesasi fase uap sempurna senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian Anonim, 2000. Destilasi uap digunakan untuk menyari serbuk simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya Anonim, 1986.

F. Kromatografi Lapis Tipis KLT

Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen- komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur. Kromatografi lapis tipis terdiri dari fase diam dan fase gerak. Fase diam yang umum digunakan dan banyak dipakai adalah silika gel yang dicampur dengan kalsium sulfat gips untuk menambah daya lengket partikel silika gel pada pelat. Adsorben lain yang banyak digunakan adalah alumina, kieselguhr, celite, serbuk selulosa, serbuk poliamida, kanji dan sephadex Suharman dan Mulja, 1995. Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Sampel bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Rf = awal titik dari depan garis awal titik dari bercak pusat k Jarak titi Jarak Stahl, 1985

G. Uji Potensi Antifungi

1. Metode dilusi Prinsip dari cara ini adalah larutan uji diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi. Tiap konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi mikroorganisme ke dalam media. Dengan metode ini akan didapat hasil secara kuantitatif. KHM dan KBM dalam media dapat ditentukan dengan mengukur kekeruhan setelah inkubasi Hugo Russel, 1987. Kelebihan dari metode dilusi pengenceran adalah dapat diketahui KHM dan KBM yang dapat diamati dari tidak adanya pertumbuhan fungi uji pada media kultur Bonang Koeswardono, 1982. 2. Metode difusi agar Pengukuran potensi antifungi menggunakan metode difusi agar yaitu metode yang mengukur aktivitas antifungi berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan pertumbuhan fungi uji karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke daerah difusi Jawetz dkk, 1996. Metode difusi dikenal dengan beberapa cara yaitu : a. Cara Kirby-Bauwer Prinsip kerja metode difusi berdasarkan kemampuan obat untuk berdifusi kedalam media tempat mikroba uji dapat berkembangbiak secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI optimal, dengan meletakkan cakram kertas atau paper disk yang mengandung antibiotik atau zat uji diatas agar. Besarnya daerah difusi sesuai dengan pertumbuhan atau hambatan mikroba uji dan sebanding dengan kadar yang diberikan Hugo dan Russel, 1987. b. Cara tuang pour plate Metode ini dilakukan dengan cara menginokulasikan suspensi mikroba uji ke tabung reaksi yang mengandung agar cair yang telah didinginkan pada suhu 45 °C. Isi dalam tabung reaksi diaduk untuk memencarkan mikroba uji ke seluruh media. Campuran dituang ke dalam cawan Petri steril dan dibiarkan menjadi padat Volk dan Wheeler, 1990. c. Cara sumuran Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby-Bauwer. Pada agar yang telah ditanami mikroba uji, dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu. Ke dalam sumuran diberi larutan uji dan diinkubasikan pada 37 °C selama 18-24 jam. Kemudian hasilnya dibaca dengan mengukur daerah hambatan yang terbentuk Ristanto, 1989.

H. Mekanisme Kerja antifungi