BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Lotion Virgin Coconut Oil
Pembuatan lotion Virgin Cocout Oil dimulai dengan mencampurkan bahan – bahan sesuai dengan fasenya. Ada 2 fase berbeda yang tidak saling
campur pada formula lotion Virgin Cocout Oil, yaitu fase air dan fase minyak. Yang termasuk fase air antara lain: aquadest, gliserin, trietanolamin, dan nipagin.
Sedangkan yang termasuk fase minyak antara lain: Virgin Coconut Oil, asam stearat, dan minyak melati. Dalam penelitian ini, fase minyak didispersikan ke
fase air dengan emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol untuk membentuk emulsi bertipe MA.
Secara umum, prinsip proses emulsifikasi yang melibatkan panas adalah dengan memanaskan fase minyak. Fase air juga harus dipanaskan. Pencampuran
dilakukan setelah kedua fase berada pada temperatur yang sama Anonim, 2006d. Pada penelitian ini, cetyl alcohol dan asam stearat dicampur dan
dilelehkan di atas waterbath sampai meleleh seluruhnya. Kemudian Virgin Coconut Oil
dan polysorbate 80 dimasukkan ke campuran cetyl alcohol dan asam stearat yang telah meleleh sempurna, kemudian dipanaskan hingga suhu 50° C.
Sementara itu, nipagin, TEA, gliserin, dan aquadest dicampur kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 50°C. Pemanasan berfungsi untuk
memudahkan proses emulsifikasi, karena pada suhu tersebut, asam stearat dan
36
cetyl alcohol telah meleleh sempurna sehingga mudah dicampur dengan bahan – bahan lain yang berupa cairan.
Afektifitas proses emulsifikasi ditentukan oleh efisiensi pembentukan dan stabilisasi droplet. Seiring penambahan emulsifying agent saat proses
emulsifikasi, tegangan antar muka antara fase minyak dan fase air akan turun. Turunnya tegangan antar muka pada kedua fase menyebabkan emulsifying agent
membentuk lapisan mengelilingi fase minyak sehingga terbentuk tetesan droplet minyak yang terdispersi dalam fase air. Stabilitas sistem emulsi yang terbentuk
dapat dicapai dengan adanya cetyl alcohol dan polysorbate 80 yang diprediksi dapat membentuk stable interfacial complex condensed film. Lapisan ini bersifat
fleksibel, viscous, koheren, dan tidak mudah pecah selama molekul – molekulnya tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya.
Cetyl alcohol dan asam stearat dalam sediaan lotion Virgin Coconut Oil berfungsi sebagai thikening agent yang menjaga stabilitas dengan mengentalkan
fase air fase luar. Asam stearat dapat menyebabkan iritasi karena sifatnya yang asam. Untuk mengatasinya, ditambahkan trietanolamin yang bersifat basa.
Gliserin yang bersifat higroskopis berfungsi mencegah penguapan air dari lotion sehingga viskositasnya tidak semakin besar. Untuk mempertahankan stabilitas
biologis, pertumbuhan jamur pada lotion perlu dicegah. Nipagin metil paraben ditambahkan ke lotion untuk mencegah pertumbuhan jamur dan mikroorganisme
lainnya. Minyak melati dalam penelitian ini digunakan sebagai parfum dalam lotion Virgin Coconut Oil
karena mampu menutup bau kelapa dari Virgin 37
Coconut Oil. Bau kelapa perlu ditutup dengan parfum karena bau tersebut kurang
menarik dan kurang nyaman untuk pemakai. Efek moisturizer dari sediaan ini diduga disebabkan adanya asam – asam
lemak jenuh rantai sedang dan asam lemak tak jenuh pada VCO. Tidak semua asam lemak yang terkandung dalam VCO bertanggungjawab pada efek
moisturizer, namun hanya asam kaprat C
10
, asam laurat C
12
, asam miristat C
14
, asam oleat C
18-1
, asam linoleat C
18-2
, dan asam linolenat C
18-3
. Asam – asam lemak tersebut akan bertindak seperti sebum {asam lemak jenuh C
9
– C
15
dan asam lemak tak jenuh C
14
– C
22
} yang mempertahankan kelembapan kulit dengan mengurangi penguapan air pada kulit. VCO juga membantu
menghaluskan bagian kulit yang kasar karena kurangnya kelembapan pada kulit.
B. Penentuan Tipe Emulsi