rasa bersalah, egois atau mementingkan dirisendiri, kekecewaan, sedih, kegagalan atau frustasi, takut, gugup, gelisah, dan rasa
tertekan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Subjective Well-Being
Menurut Diener dalam jurnalny a berjudul “Subjective Well-Being:
The Science of Happiness and a Proposal for a National Index ”,
terdapat 3 aspek yang mempengaruhi pembentukan subjective well- being
, yaitu: a. Emosi
Temperamen dan kepribadian terlihat menjadi salah satu faktor kuat yang mempengaruhi subjective well-being. Lykken dan
Tellegen dalam Diener Lucas, 1999 menjelaskan bahwa kepribadian memberikan pengaruh sebesar 50 dalam
pembentukan subjective well-being dan berpengaruh sebesar 80 pada jangka panjang.
b. Kognitif Nilai-nilai dan tujuan mempengaruhi seseorang dalam
melihat apa yang terjadi atau melihat peristiwa sebagai hal baik atau buruk.
c. Sosial Budaya dan kondisi sosial mempengaruhi subjective well-
being seseorang. Pertama, apakah lingkungan sosial dapat
memenuhi kebutuhan mendasar manusia, seperti makan, air bersih,
dan kesehatan. Kedua, budaya berkorelasi pada pembentukan tujuan dan nilai-nilai seseorang. Kondisi sosial dan budaya tersebut
mempengaruhi level subjective well-being. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembentukan subjective
well-being antar lain adalah :
a. Finansial Kondisi finansial erat kaitannya dengan pendapatan yang
diterima seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut hasil penelitian Gross National Happiness Survey Findings, 51
responden menjawab bahwa keamanan finansial menjadi faktor utama dalam pembentukan kebahagiaan. Kondisi finansial yang
baik memberikan jaminan terhadap kelayakan hidup bagi mereka. b. Pendidikan
Pendidikan merupakan kunci bagi seseorang untuk bergerak ke masa depan. Menurut hasil penelitian Gross National
Happiness Survey Findings, pendidikan memperoleh 26 suara
responden dalam pembentukan kebahagiaan. Fasilitas, sarana prasarana pendidikan yang memadai, dan kualitas pendidik
merupakan hal-hal yang mempengaruhi kebahagiaan dalam hal pendidikan.
c. Kesehatan Kondisi tubuh yang sehat juga berpengaruh dalam
pembentukan kebahagiaan.
d. Keluarga dan relasi sosial Keluarga merupakan faktor penting dalam pembentukan
kebahagiaan seseorang. Perasaan nyaman, aman, dan hangat dapat diperoleh dari keluarga yang baik. Menurut hasil penelitian Gross
National Happiness Survey Findings, memperoleh 26 suara
responden yang menyatakan bahwa hubungan keluarga yang baik menjadi salah satu potensi yang besar dalam pembentukan
kebahagiaan. e. Pekerjaan
Pekerjaan juga
menjadi salah
satu faktor
yang mempengaruhi kebahagiaan. Kesempatan kerja dan lingkungan
kerja yang baik berpengaruh dalam pembentukan kebagiaan. f. Kepercayaan dan spiritulalitas
Mengikuti acara keagamaan, mengunjungi rumah ibadah, dan beribadah dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
kebahagiaan. Menurut hasil penelitian Gross National Happiness Survey Findings,
kurang lebih 9 responden mengatakan bahwa agama dan kegiatan spiritual dapat meningkatkan kebahagiaan
hidup mereka. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
aspek yang dapat mempengaruhi subjective well-being seseorang, yaitu aspek emosi, kognitif, dan sosial. Temperamen dan kepribadian adalah
faktor emosi yang dapat mempengaruhi pembentukan subjective well-
being. Kemudian, faktor kognitif yang mempengaruhi subjective well-
being adalah nilai-nilai dan tujuan hidup seseorang. Budaya dan
kondisi sosial merupakan faktor sosial yang mempengaruhi subjective well-being
seseorang. Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi pembentukan subjective well-being atau
kebahagiaan seseorang, yaitu kondisi finansial, pendidikan, kesehatan, keluarga dan relasi sosial, pekerjaan, dan kepercayaan dan spiritualitas
seseorang.
4. Perwujudan Tinggi dan Rendahnya Subjective Well-Being