Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar
10
2.2.1 Peranan dan Fungsi Tari
Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang seni tari legong, sebaiknya kita mempelajari dulu tentang bagaimana peranan dan fungsi tari bagi
keberlangsungan kehidupan bermasayarakat di Bali. Tari memiliki peranan dan fungsinya yang sangat erat kaitannya dengat adat istiadat, baik yang mencangkup
sebagai persembahan upacara keagamaan, tradisi dan adat isitiadat setempat hal ini dikutip dari situs resmi dinas kebudayaan Provinsi Bali. Menurut beberapa
sumber sejenis peranan dan fungsi pertunjukan tari adalah sebagai berikut :
1. Dipercaya bisa memangil keuatan gaib.
2. Penjemput roh pelindung desa agar hadir ditempat upacara tempat pemujaan.
3. Memperingati suatu peristiwa kejdian masa lalu yang diangap penting.
4. Melengkapi pelaksanaan upacara.
5. Perwujudan dari dorongan untuk mengungkapkan perasaan keidahan semata.
Sedangkan menurut R.M.Soedarso 1985:10, dalam tulisannya yang berjudul peranan seni budaya didalam kehidupan manusia, Soedarso menguraikan fungsi
dari suatu kajian, yaitu fungsi seni tari pertujukan itu di bagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut :
a. Tari sebagai sarana upacara
b. Tari sebagai sarana hiburan pribadi
c. Tari sebagai tontonan
Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi tari sangat erat kaitannya dengan didalam kehidupan bermasayarakat yang dipengaruhi oleh tradisi dan
agaman.
2.3 Pemahaman Seni Tari Legong
Tari – tarian Bali merupakan penunjang kebutuhan adat dan agama
dikelompokan sebagai tari wali, bebali dan bebalihan. Diantara kelompok tersebut, jenis balih
– baliah yang banyak berkembang dimasyarakat sebagai hiburan atau tontonan. Satu dari tari tersebuat berbentuk tari lepas, terdiri dari
pelegongan dan kekebayaran yang dibawakan kalangan remaja dan anak – anak.
Tari pelegongan merupakan tari kelasik kerena muncul pada zaman kerajaan pada awal abad 18 di daerah Sukawati
– Gianyar yang memiliki pola dan struktur gerak tari nan baku, hingga sekarang tetap bertahan sebagai primadona tari Bali.
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar
11
Disamping itu tari legong merupakan dasar tari perempuan karena memiliki dasar gerak tari yang sangat lengkap. Masyarakat Bali mengenal banyak gaya legong,
antara lain gaya Bedulu, Peliatan, Saba dari Kabupaten Gianyar serta gaya Klandis, Kuta, Kapal, dari Kabupaten Badung, dimana pada masing
– masing gaya memiliki ke khasan masing
– masing.
Trai legong yang bisanya disebut pelegongan muncul pada zaman kerajaan, sudah tentu bentuk dan gayanya mendapat pengaruh dari tatanan kehidupan
kerajaan. Hal ini dapat disimak dari bentuk tarian legong yang cukup popular di kalangan pecintanya yaitu tari legong lasem yang memakai cerita panji,
dibawakan oleh tiga orang penari. Satu orang penari diceritakan sebagai abdi yang disebut condong legong, memiliki bentuk tari tersendiri yang kemudian
menghadap dua orang penari legong yang memerankan sosok putra seorang raja. Didalam ceritanya, seorang penari memerankan Perabu Lasem yang akan
menggoda Putri Rengkasari, namun rayuan Perabu Lasem ditolak oleh Rengkasri, selanjutnya terjadilah perang antara Perabu Lesem dengan garuda yang di
bawakan oleh penari Condong Arini, 2011:23, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Pemeran Perabu Lasem
Sumber : Observasi 9 Oktober 2015
2.3.1 Asal Mula Tari Legong
Tari legong dikembangkan dari Sanghyang Dedari atau Sanghyang Legong Topeng yang kini masi kita jumpai di desa Ketewel, Sukawati. Hal ini terungkap
dalam Babad Dalem Sukawati, koleksi I Ketut Rinda alm yang menyebutkan