PUSAT PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KESENIAN PELEGONGAN DI GIANYAR.
LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016
PUSAT PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN
KESENIAN PELEGONGAN DI GIANYAR
Oleh :
I G. N. SURYA SUTA RIADI
1204205109
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)
2016
(2)
LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016
PUSAT PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN
KESENIAN PELEGONGAN DI GIANYAR
Oleh :
I G. N. SURYA SUTA RIADI 1204205109
Dosen Pembimbing: Ir. Ciptadi Trimarianto. Ph.D.
Ni Made Swanendri. ST., MT.
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)
2016
(3)
TUGAS AKHIR
PUSAT PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KESENIAN
PELEGONGAN DI GIANYAR
I G.N. SURYA SUTA RIADI
(4)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK . JURUSAN ARSITEKTUR Jalan Karnpus Bukit Jimbaran - Bali
E (o:er)
11*l* i:"l],lFax : 703384
Judul Tugas Akhir
Periode Mahasiswa NIM
Jurusan
Telah Diuji Tanggal
LEMBAR
PENGESAHAN
.
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di GianyarFebruari 2016
I G. N. Surya Suta Riadi na420st09
Teknik Arsitekrur (Reguler) 2Al04l2Arc
Menyetujui :
ing
I
Ir. Ciotadi Trimarianto.PhD. NIP. 19570528 198503 r 00r
Dosen Pembimb e
\/
/f-dfrl
Mengesahkan: Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Dosen Pembimbing
II
(5)
Mahasiswa NIM Jurusan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVdRSITAS UDAYANA
FAKULTAS
TEKMK
. JURUSAN ARSITEKTUR Jalan Kampus Bukit Jimbaran - BaliI
(o:et)lm:
m:*Fax : 203384SURAT
KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Dosen Pembimbing dan Penguji Studio Tugas Akhir, dengan ini menerangkan bahwa :
: I G. N. Surya SutaRiadi : D042A5|A9
: Teknik Arsitekrur (Reguler)
Judul Tugas
Akhir
: Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di GianyarTelah melakukan revisi pada hasil rancangan Studio Tugas Akhir (TA) periode Februari 2016, sesuai dengan saran dan masukan saat sidang ujian yang dilaksanakan pada hari Rabu,20 April 2016.
Dosen Pembimbing dan Penguji Studio Tugas Akhir
Dosen Pembimbing
I
Dosen PembimbingII
Ir. Cintadi Trimariantp,Phl). MP 19570528 198503 I 001
Dosen Penguji I Dosen Penguji
II
Ir.I
Nvoman Surata. MT. NIP. 19531030 r98601 I 001Mengetahui,
Koordinator Studio Tugas Akhir
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, U versitas Udayana
Ir.I
Nyoman Surata" MT. NrP 19531030 198601 I 001Dosen Penguji
III
Gusti Avu Made Suartika. ST..MEng..PhD. NIP 19580926 198702 1 AA1
M
Dr. I Dewa Gede Asune Diasana Putra. ST.. MT. NIP. 197104A9 199702 1 A03 9730421 200003 2 001
(6)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali
(0361) 703384, 703320 Fax : 703384
www.ar.unud.ac.id
PERNYATAAN
Judul Tugas Akhir : Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian
Pelegongan di Gianyar.
Nama :I G. N. Surya Suta Riadi
NIM : 1204205109
Program Studi : Arsitektur
Periode : Pebruari 2016
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Denpasar, 20 April 2016
I G. N. Surya Suta Riadi NIM. 1204205120
(7)
iii
ABSTRAK
ABSTRACT
Legong as a particular dance from Gianyar Regency is very favored by tourists that visiting Bali, although it has many modifications or changes from its original, such like shorter duration due to demands of tourism, less thematic, and lack enthusiasm in youth generation to learn this dance that well known over the world. This dance threatened in the future because has many changes from its original. From awareness to conserve and develop Legong Dance, came an idea to create a facility that accommodate entire activities related to Legong Dance located in Ubud, based on regulation in Gianyar Regency (RTRW). This facility will support tourism facilities in Gianyar.
Keywords : conservation and development.
ABSTRAK
Legong sebagai tarian khas dari daerah Gianyar sangat digemari oleh wisatawan yang berkunjung ke Bali, walaupun telah banyak mengalami modifikasi atau perubahan dari tarian aslinya seperti, durasi tarian yang dipersingkat akibat tuntutan pariwisata, jumlah tema dari tarian legong yang berkurang, hingga hilangnya antusias kalangan muda untuk belajar tarian legong yang telah membawa nama Bali dikenal higga keseluruh dunia. Tarian legong telah banyak mengalami pergesaran dari orisinalitas tarian asliny, yang menyebabkan mulai terancamnya tarian legong ini dimasa depan. Didasari oleh kesadaran untuk melestarikan dan mengembangkan produk seni tari legong, munculah ide untuk membuat susatu fasilitas yang nantinya akan mewadahi seluruh kegiatan yang terkait dengan tarian legong yang berlokasi di Ubud sesuai dengan peraturan daerah yang tertera pada RTRW Kab. Gianyar, mengingat fasilitas ini nantinya ditujukan juga sebagai fasilitas pendukung pariwisata di daerah Gianyar.
(8)
i KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Beliaulah , Landasan konsepsual perancangan “Pusat Pelestarain dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dimana hal ini merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana untuk dapat mengikuti program akhir di jenjang pendidikan yang ditempuh.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu penyusunan baik dengan memberikan petunjuk, saran serta bimbingan. Pihak-pihak tersebut diantaranya :
1. Bapak Prof.Ir. Ngakan Putu Gede Suardana,MT., Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Udayana ;
2. Ibu Dr.Ir. A.A. Ayu Oka Saraswati, MT., selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana ;
3. Bapak Ir. Ciptadi Trimarianto, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan dan masukannya dalam menyelesaikan laporan ini ;
4. Ibu Ni Made Swanendri, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan masaukannya dalam menyelesaikan laporan ini ;
5. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Sebagai akhir penulis tidak lupa mohon maaf yang sebesar – besarnya apabila terdapat kesalahan pada laporan ini baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Penulis juga mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga nantinya bisa memotifasi penulis untuk lebih giat lagi menyempurnakan data.
Denpasar, 20 April 2016 Penyusun,
I Gusti Ngurah Surya Suta Riadi 1204205109
(9)
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... x
Daftar Pustaka ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan ... 4
1.4Metode Perancangan ... 5
1.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 5
1.4.1 Metode Pengolahan Data ... 6
BAB II PEMAHAMAN TENTAG PUSAT PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KESENIAN TARI PELEGONG DI GIANYAR 2.1 Pemahaman Tentang Pusat Pelestaran & Pengembangan ... 7
2.1.1 Pemahaman Pelestarian ... 7
2.1.2 Pemahaman Pengembangan ... 8
2.2 Pemahaman Seni Tari ... 9
2.2.1 Peranan dan Fungsi Tari ... 10
2.3 Pemahaman Seni Tari Legong ... 10
2.3.1 Asal Mula Tari Legong ... 11
2.3.2 Tema & Jenis – Jenis Cerita Pada Tari Pelegongan ... 12
2.4 Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ... 13
2.5 Teori Bangunan yang Berkaitan Dengan Pelestarian & Pengembangan ... 15
2.5.1 Teori Mengenai Tempat Pementasan (Kalangan) ... 15
2.5.2 Teori Mengenai Museum ... 18
2.5.3 Teori Mengenai Perpustakaan ... 19
2.5.4 Teori Mengenai Langgam Arsitektur ... 20
(10)
iii
2.6.1 Sanggar Tari Balerung ... 20
2.6.2 Puri Agung Peliatan ... 26
2.6.3 Musium Arma ... 30
2.6.4 Kesimpulan Terhadap Objek Sejenis ... 34
2.7 Spesifikasi Umum ... 36
2.7.1 Definisi ... 36
2.7.2 Fungsi ... 36
2.7.3 Tujuan ... 37
2.7.4 Sistem Pengelolaan ... 37
2.7.5 Fasilitas dan Persyaratan Fasilitas ... 37
BAB III STUDI PENGGADAAN PUSAT PELESTARIAN DAN KESENIAN TARI PELEGONGAN DI GIANYAR 3.1 Dasar Pertimbangan Pemilihan Kabupaten Gianyar ... 40
3.2 Kondisi Umum Kabupaten Gianyar ... 41
3.2.1 Iklim Dan Tempraturan ... 42
3.2.2 Kependudukan ... 43
3.2.3 Bidang Sosial ... 44
3.2.4 Seni dan Kebudayaan ... 44
3.2.5 Upaya – Upaya Pelestarian & Pengembangan Kesenian Pelegongan ... 45
3.2.6 Pariwisata ... 47
3.2.7 Pendidikan ... 48
3.2.8 Kebijakan Pengembangan Wilayah ... 49
3.2.9 Peraturan – Peraturan Daerah ... 52
3.2 Studi Kelayakan Pusat Pelestarian & Pengembangan Kesenian Pelegongan .. 53
3.5.1 Analisis SWOT ... 53
3.5.2 Kesimpulan SWOT ... 54
3.6Spesifikasi Kuhusu Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar ... 55
3.6.1 Tujuan Pengadaan ... 55
3.6.2 Batasan Pengadaan ... 56
3.6.3 Fungsi ... 57
(11)
iv
3.6.5 Persayaratan Lokasi ... 59
BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN RUANG 4.1 Tema ... 60
4.1.1 Pertimbangan Dasar Pemilihan Tema ... 60
4.1.2 Penentuan Tema ... 61
4.1.3 Perwujudan Tema ... 62
4.2 Program Fungsional ... 63
4.2.1 Analisis Fungsi ... 63
4.2.2 Kebutuhan Ruang ... 65
4.2.3 Pelaksanaan Kegiatan ... 66
4.2.4 Studi Kapasitas Pelaku Kegiatan ... 67
4.3 Program Performansi ... 71
4.4 Program Arsitektural ... 75
4.4.1 Studi Besaran Ruang ... 75
4.4.2 Hubungan Ruang ... 80
4.4.3 Sirkulasi Ruang ... 82
4.4.4 Organisasi Ruang ... 83
4.5 Program Tapak ... 84
4.5.1 Studi Kebutuhan Luasan Site ... 85
4.5.2 Analisa Pemilihan Lokasi dan Tapak ... 85
4.5.3 Analisa Tapak ... 91
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Site ... 99
5.1.1 Konsep Entrance ... 99
5.1.2 Konsep Zoning ... 101
5.1.3 Konsep Bentuk Masa ... 103
5.1.4 Konsep Sirkulasi Site ... 104
5.1.5 Konsep Pola dan Orientasi Masa ... 105
5.1.6 Konsep Ruang Luar ... 107
(12)
v
5.1.8 Konsep Utilitas Site ... 110
5.2 Konsep Perancangan Bangunan ... 112
5.2.1 Konsep Entance Bangunan ... 113
5.2.2 Konsep Zoning Bangunan ... 114
5.2.3 Konsep Tampilan Bangunan ... 115
5.2.4 Konsep Pola Sirkulasi dalam Bangunan ... 116
5.2.5 Konsep Struktur ... 117
(13)
vi
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Pemeran Perabu Lasem ... 11
Gambar 2.2Anak – Anak Penari Legong ... 12
Gambar 2.3 Denah Kalangan Ngelanjur... 15
Gambar 2.4 Denah Kalangan Ngeleng atau Ngompak ... 16
Gambar 2.5Denah Kalangan Merepat ... 16
Gambar 2.6Bangku Penonton dan Denah Ruangan Pertunjukan ... 17
Gambar 2.7Seting Area Penonton dan Panggung ... 17
Gambar 2.8Tampilan Pencahayaan Ruang Pertunjukan ... 18
Gambar 2.9Seting Ruang Museum ... 19
Gambar 2.10Seting Ruang Perpustakaan ... 19
Gambar 2.11Denah Balerung Stage ... 21
Gambar 2.12 Lobby & Entrance ... 22
Gambar 2.13 Office/Kantor ... 23
Gambar 2.14Area Stage ... 23
Gambar 2.15Back Stage ... 24
Gambar 2.16 Ruang Penyimpanan Kostum ... 24
Gambar 2.17Ruang Penyimpanan Gambelan ... 25
Gambar 2.18 Dapur ... 25
Gambar 2.19 Toilet ... 26
Gambar 2.20 Puri Agung Peliatan ... 27
Gambar 2.21 Denah Encak Saji Puri Agung Peliatan ... 28
Gambar 2.22Tiketing ... 29
Gambar 2.23 Area Penonton ... 29
Gambar 2.24Area Stage ... 29
Gambar 2.25 Denah Musium Arma ... 30
Gambar 2.26 Area Parkir ... 31
Gambar 2.27Tiketing ... 32
Gambar 2.28 Perpustakaan ... 32
Gambar 2.29 Area Tunggu ... 32
(14)
vii
Gambar 2.31 Gedung Lama ... 33
Gambar 2.32 Gedung Baru ... 33
Gambar 2.33 Area Pementasan ... 33
Gambar 2.34 Bale Gong ... 33
Gambar 2.35 Restauran ... 34
Gambar 2.36 Rest Area ... 34
Gambar 3.1 Peta Bali dan Kab. Gianyar ... 41
Gambar 3.2 Grafik Kunjungan Wisatawan Daerah Gianyar ... 48
Gambar 3.3 Denah Rencana Pemanfaatan Ruang ... 52
Gambar 4.1 Konsep Tri Mandala & Tri Angga ... 63
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kepengelolaan ... 65
Gambar 4.3 Denah Gambelan Pelegongan ... 70
Gambar 4.4 Hubungan Ruang Makro ... 81
Gambar 4.5 Hubungan Ruang Mikro ... 81
Gambar 4.6 Sirkulasi Ruang Lantai 1 ... 83
Gambar 4.7 Sirkulasi Ruang Lantai 2 ... 83
Gambar 4.8 Organisasi Ruang Lantai 1 ... 84
Gambar 4.9 Oraganisasi Ruang Lantai 2 ... 84
Gambar 4.10 Lokasi Alternatif Tapak ... 87
Gambar 4.11 Alternatif Tapak 1 ... 88
Gambar 4.12 Alternatif Tapak 2 ... 89
Gambar 4.13 Alternatif Tapak 3 ... 90
Gambar 4.14 Peta Lokasi ... 92
Gambar 4.15 Batas – Batas Site ... 93
Gambar 4.16 Build Up Area ... 94
Gambar 4.17 Kondisi Iklim ... 95
Gambar 4.18 Jaringan Utilitas... 96
Gambar 4.19 Karakteristik Tapak ... 97
Gambar 5.1 Konsep Perletakan Entrance ... 100
Gambar 5.2 Ilustrasi Bentuk Entrance ... 101
Gambar 5.3 Analisa konsep penzoningan ... 102
(15)
viii
Gambar 5.5 Konsep Bentuk Masa Persegi dan kombinasi dengan bentuk segitiga ... 104
Gambar 5.6 Kesimpulan Penerapan Sirkulasi Linier Ke Site ... 105
Gambar 5.7 Pola Masa Majemuk dan Orientasi Bangunan ... 106
Gambar 5.8 Pohon Peneduh Pada Elemen Softscape ... 108
Gambar 5.9 Penerapan Parkir Parkir 45o ... 109
Gambar 5.10 Penerapan Parkir Parkir 90o ... 109
Gambar 5.11 Distribusi Air Bersih dan Kotor ... 111
Gambar 5.12 Alur Distribusi Air Bersih ... 111
Gambar 5.13 Alur Distribusi Air Kotor dan Bekas ... 111
Gambar 5.14 Distribusi listrik dan Alur Pembuangan Sampah ... 112
Gambar 5.15 Sistem Penyuplaian Listrik ... 112
Gambar 5.16 Denah Entrance Bangunan ... 114
Gambar 5.17 Kseimpulan Zoning Bangunan ... 115
Gambar 5.18 Proporsi Bangunan & Penerapan Konsep Tri Angga ... 116
Gambar 5.19 Analisa Sirkulasi Linier dan Sirkulasi Radial ... 117
Gambar 5.20 Pondasi Setempat, Pondasi Menerus dan Struktur Rangka ... 118
Gambar 5.21 Struktur Kuda – Kuda Kayu (10-12m) dan Struktur Baja Ringan ... 118
Gambar 5.22 Sistem Pencahayaan Alami ... 120
Gambar 5.23 Sistem Pencahayaan Pada Area Museum ... 121
Gambar 5.24 Sistem Pencahayaan Pada Tempat Pementasan ... 121
Gambar 5.25 Sistem Cross Ventilasion ... 122
Gambar 5.26 Sistem AC Split ... 122
Gambar 5.27 Sistem AC Sentral ... 123
Gambar 5.28 Sistem Distribusi Air Bersih Ke Bangunan ... 123
Gambar 5.29 Sistem Pengolahan Limbah Cafetarian ... 124
Gambar 5.30 Sistem Pengolahan Limbah Toilet ... 124
Gambar 5.31 Sistem Pengolahan Limbah Air Hujan ... 125
Gambar 5.32 Sistem Pengolahan Sampah ... 126
Gambar 5.33 Sistem AC Sentral ... 126
Gambar 5.34 Sprinkel, Heat Detector, Smoke Detector ... 126
Gambar 5.35 Sistem Telekomunikasi ... 127
(16)
ix
Gambar 5.37 Sistem Akustik ... 129
Gambar 5.38 Sistem CCTV ... 130
Gambar 5.39 Tranportasi Vertikal (Tangga) ... 131
(17)
x
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Data Kunjungan Wisatawan ke Museum Arma ... 31
Tabel 2.2Perbandingan dan Kesimpilan Tinjauan Objek Sejenis ... 35
Tabel 3.1Luasan Wilayah Per Kabupaten ... 42
Tabel 3.2Jumlah penduduk per kecamatan Kab. Gianyar ... 43
Tabel 3.3Jumlah Sangga per Kecamatan Kab. Gaianyar ... 45
Tabel 3.4Data Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Kab. Gianyar ... 49
Tabel 3.5Daerah Strategis Kab. Gianyar ... 50
Tabel 3.6Analisa SWOT ... 54
Tabel 4.1Pelaku Kegiatan ... 66
Tabel 4.2Jadwal Kegiatan ... 66
Tabel 4.3Jumlah Kapasitas Pengelola ... 69
Tabel 4.4Program Performasi ... 72
Tabel 4.5Besaran Ruang ... 76
Tabel 4.6Pembagian Luas Lantai Bangunan ... 79
Tabel 4.7Pembobotan Kreteria Tapak ... 86
(18)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 1
PENDAHULUAN Pada bab ini menjelasakan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan yang dipakai dalam proyek “Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegong di Gianyar”
1.1 Latar Belakang
Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang sangat terkenal sampai ke pelosok dunia, banyaknya warisan kebudayaan serta seni – seni yang dimiliki masyarakat Bali telah membawa nama Bali hingga dikenal oleh banyak masyarakat diseluruh dunia. Bali memang memiliki pesona tersendiri dikalangan masayarakat dunia, banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bali, dikarenakan Bali memiliki tempat – tempat yang menarik, serta kebudayaan dan seni yang memang mempesona dimata wisatawan itu sendiri. Seni merupakan bagian dari keberlangsungan kehidupan di Bali dan salah satunya adalah seni pertunjukan. Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok ditempat dan waktu tertentu. Performance biasanya melibatkan empat unsur yaitu: ruang, waktu, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Seni
(19)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 2
yang biasanya sering ditonton oleh wisatawan ketika berkunjung ke Bali adalah seni pertunjukan tari.
Seni tari pada hakikatnya adalah kelompok seni pentas yang mengutamakan sajian seni gerak dan visual yang dinikmati melalui pengelihatan dan pendengaran. Seni gerak merupakan elemen yang paling mendominasi pertunjukan tari, disamping menjadi penentu daya pikat seni pertunjukan itu. Tari pada intinya adalah jalinan gerak-gerak indah yang diikat oleh ruang dan waktu, seni tari tadak hanya sebagai seni sesaat yang mengekspresikan suatu gaya tertentu lewat gerakan tubuh manusia didalam ruang dan waktu. Tari lahir dari jalinan-jalinan gerak indah yang dilakukan oleh manusia didalam ruang atau tempat dan dengan situasi ikatan waktu, baik yang panjang maupun singkat. Dalam menyajikan suatu bentuk tari diperlakukan suatu tempat, yang baik, ruang yang luas maupun didalam ruang yang sempit, atau diruang terbuka maupun ruang tertutup, tergantung dari kebutuhan tari yang dipertunjukan.
Salah satu seni tari yang cukup popoler yang berasal dari daerah Gianyar adalah tari legong, yang merupakan tari bebalih-balihan tertua yang ada di Bali. Legong mulai dikenal luas oleh masyarakat dunia akibat lawatan seniman – seniman alam dari beberapa desa di Gianyar yaitu Peliatan, Ubud, Pejeng, Singapadu dan Kedewatan tergabung dalam grup kesenian Gong Peliatan yang menampilkan beberapa buah kesenian tari dimana salah satunya itu adalah tarian legong, dalam Colonial Exhibition di Paris pada tahun 1931. Dari sanalah kesenian – kesenian Bali mulai dilirik oleh banyak kalangan di dunia, dan lawatan tersebut menjadi pelopor terbukanya pintu diplomasi kebudayaan untuk bangsa – bangsa diseluruh dunia.
(Arini, 2011:1-2)
Kabupaten Gianyar merupakan daerah di Bali yang terkenal dengan pementasan seni dan kebudayaan, banyaknya kesenian yang terdapat di daerah Gianyar telah membawa Gianyar menjadi salah satu tujuan wisatawan yang berkunjung ke Bali untuk melihat pertunjukan seni dan kebudayaan. Mulai dikenalnya daerah Gianyar oleh kalangan wisatawan diseluruh dunia memberikan dampak positif bagi keberlangsungan industri pariwisata di Bali, mulai banyaknya kunjungan – kunjungan wisatawan untuk melihat seni dan kebudayaan ke daerah
(20)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 3
Gianyar telah membuka terbangunanya sarana dan prasarana inprastruktur penunjang pariwisata di Kabupaten Gianyar. Dari sanalah mulai muncul beberapa destinasi – destinasi wisata baru selain seni dan kebudayaan.
Mulai bergesernya pakem dari tarian legong dimana tarian aslinya berdurasi sekitar 3 jam dipersingkat menjadi 30 menit karena tuntutan pariwisata. Selain itu banyaknya kalangan mudan dari anak – anak sampai remaja yang cenderung tidak tertarik lagi untuk mempelajari seni dan kebudayaan Bali khususnya seni tari tradisional, mereka lebih cenderung menyukai bermain gadget dirumah, hal tersebut menyebabkan sulitnya bagi seniman melakukan regenerasi untuk tetap melestarikan kesenian tradisional yang telah melekat dan menjadi bagian bagi keberlangsungan masyarakat di Bali. Dari sana bisa kita lihat mulai bergesernya pakem dari tarian legong dan kurangnya antusias kalangan muda di Bali untuk belajar dan mengenal seni dan kebudayaan. Tentu saja hal ini menjadi acaman serius bagi seni – seni yang ada di Bali, dan memerlukan perhatian lebih dari pemerintah maupun kalangan masyarakat untuk ikut serta melestarikan dan menjaga warisan dari leluhur kita.
Munculnya permasalahan – permasalahan serius yang menyebabkan kesenian tradisional Bali mulai terkikis maupun mengalami pergeseran, salah satu contohnya adalah tari legong. Tari legong yang pada mulanya berjumah limabelas tema atau cerita kini hanya bisa kita lihat enam jenis cerita saja, selaian itu pada pertunjukan – pertunjukan seni didaerah asalhnya yaitu Gianyar, tarian legong hanya ditampilkan satu atau dua tema legong, dan dari ke enam tema atau cerita legong yang masih ada berpotensi mengalami kepunahan. Perlunya perhatian pemerintah maupun masayarakat luas untuk lebih memperhatikan warisan seni dan kebudayaan yang berpotensi mengalami kepunahan sangatlah perlu dilakukan. Dengan perencanaan sebuah Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ini nantinya diharapkan mampu memberikan trobosan baru didalam menjaga maupun melestariakan kesenian tradisional Bali yang telah membawa nama Bali dikenal diseluruh dunia. Dengan memberikan sesuatu hal yang menarik didalamnya, yang berbasis edukasi atau pemberian informasi dan pembelajran yang unik, serta bergerak di bidang pelestarain dan pengembangan
(21)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 4
seni kebudayaan yang di back up oleh kegiatan pariwisata untuk memperoleh pemasukan dana oprasional bangunan.
Dengan melakukan ide maupun inovasi baru seperti pada penjelasan tadi, makan diharpkan nantinya generasi muda lebih mau aktif dan berbondong – bondong untuk berlatih tarian tradisional yang telah mengangkat nama Bali hingga dikenal diberbagai dunia sebagi tempat destinasi seni dan kebuayaan yang sangat luar biasa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang timbul dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah upaya yang nantinya akan dilakukan untuk memotivasi banyak kalangan untuk ikut serta didalam pelestarian maupun pengembangan kesenian tari legong?
2. Apa saja persayaratan serta tuntutan ruang, fasilitas penunjang dan pendukung yang nantinya akan dibuat pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegong ini?
3. Dimanakah lokasi yang cocok untuk membangun Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegong ini?
4. Bagaimana sistem manajemen kepengurusan Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegong ini, dan pihak – pihak mana saja yang nantinya terlibat di dalamnya?
5. Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan bangunan serta tapak yang akan dibuat pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegong
ini?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan ini bertujuan untuk menyusun sebuah landasan konsepsual sebagai dasar pemikiran dan langkah awal didalam merancang sebuah Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar, dimana nantinya diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang pelestarian, pengembangan, serta kesenian tradisional yang harus dijaga dengan
(22)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 5
baik. Selaian itu pemberian informasi yang berbasis edukasi dan pembelajaran yang baik kepada masayarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Bali.
1.4 Metode Perancangan
Metode perancangan yang akan digunakan pada perencanaan Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar ini, memiliki alur perancangan yang jelas. Diawal dari alur perancangan berada di latar belakang, menentukan rumusan masalah dan tujuan, kemudian melakukan pengkajian sesuai dengan literature yang berkaitan dengan judul dan studi objek sejenis. Selanjutnya mulai menentukan spesifikasi umum dan analisa lokasi.
Setelah proses tersebut, dilanjutkan dengan menentukan spesifikasi khusus proyek yang akan dirancang, dan akan diterapkan untuk menentukan program ruang, tapak dan tema perancangan hingga ke konsep perencanaan dan perancangan.
1.4.1Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data mengenai pemahaman terhadap proyek, objek sejenis karakteristik lingkungan, pelaku kegiatan dan aspek fungsional dilakukan dengan cara:
1. Interview Atau Wawancara
Dilakukan kepada pihak – pihak yang ada kaitannya dengan judul atau proyek yang akan direncanakan, guna memperoleh masukan ataupun saran dari pihak – pihak yang terkait serta memperoleh data yang akurat dan yang akan dipakai sebagai pedoman untuk merancang sebuah Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar. Adapun wawancara yang dilakukan kepada beberapa orang untuk mengumpulkan data antara lain sebagai berikut:
a. Bapak A.A. Oka Dalem Selaku Pengelola/ Pemilik dari sanggar Balerung Stage.
b. Bapak Cokorda Gde Putra Nindia selaku Penggelingsir Puri Agung Peliatan.
(23)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 6
2. Studi Literatur
Studi literature dilakukan untuk mencari data dan teori yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan judul Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan, untuk mendukung data yang telah diperoleh. Informasi dari sumber – sumber yang memiliki keterkaitan, seperti : hasil penelitian, buku – buku yang memiliki hubungan dan ada kaitannya dengan judul.
3. Studi Banding
Studi banding dilakukan kepada beberapa objek sejenis, untuk memperoleh data melalui observasi agar diketahui bagaimana penataan ruang – ruang yang ada, serta upaya – upaya apa saja yang dilakukan untuk Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan. Dalam hal ini dilakukan studi banding ke beberapa tampat seperti Sanggar Balerung Stage, Puri Agung Peliatan dan Museum Arma.
1.4.2Metode Pengolahan Data
Metode ini dipergunakan untuk mengolah data dalam penyususnan laporan, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Klasifikasi Data
Pengelompokan dan penyusunan data yang telah dikumpulkan atau diperoleh selanjutnya diseleksi sesuai dengan tingkat keterkaitan dengan judul.
2. Analisis Data
Analisis data dengan beberapa pertimbangan untuk memperoleh hasil uraian dan penjabaran yang akurat agar dapat dipertanggung jawabkan perlu adanya penguraian data secara kualitatif dan kuantitatif.
3. Penyimpulan Data
Data yang telah diuraikan menjadi penjelasn yang lebih kecil, kemudian disusun kembali untuk mendapatkan kesimpulan dengan cara mengkaitkan satu aspek dengan aspek lainnya.
(24)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 7
PEMAHAMAN TENTAG PUSAT PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KESENIAN PELEGONGAN DI GIANYAR Pada bab ini nantinya akan menjelasakan pemahaman tentang teori – teori dan literature yang berkaitan dengan pusat pelestarian dan pengembangan seni tari khususnya tari legong, beberapa kajian objek - objek sejenis, kesimpulan tentang teori serta spesifikasi umum pengadaan Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesnian Pelegongan ini.
2.1 Pemahaman Tentang Pelestarian dan Pengembangan
2.1.1Pemahaman Pelestarian
Pelestarian secara umum diartikan sebagai suatu hal yang ingin dipertahankan dan dijaga dengan baik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia pelestarian diartikan menjadi tiga yaitu:
1. Seperti keadaan semula 2. Tidak berubah
(25)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 8
3. Kekal
Menurut J.M Dureau dan D.W.G. Clements (2013), menyatakan bahwa pelestarian itu mempunyai arti yang luas, yaitu mencangkup unsur – unsur atau upaya untuk menjaga, menyimpan dan melindungi sesuatu yang ingin dilestarikan. Istilah pelestarian meliputi 3 jenis kegiatan yaitu:
a. Kegiatan – kegiatan yang bertujuan untuk mengontrol sesuatu hal yang ingin dilestarikan dengan upaya yang diharapakn nantinya mampu menjaga dan melindungi.
b. Berbagai usaha – usaha yang dilakukan untuk mendukung hal yang nantinya akan dilestarikan, contoh memberikan sarana penunjang didalam kegiatan yang ingin dilestarikan.
c. Seluruh kegiatan yang berkaitan dangan upaya – upaya pelestarian mampu memberikan informasi secara lengkap dan bermanfaat terhadap hal yang akan dilestarikan.
Kegiatan pelestarian dan kelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama tidak berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu, guna mewujudkan tujuan tertentu diaspek stabilisasi manusia, serta kegiatan pencerminan dinamika seseorang. Tujuan dari kegiatan pelestarian adalah sebagai berikut:
1. Menyelamatkan nilai informasi 2. Menyelamatkan fisik
3. Mengatasi kendala kekurangan ruang 4. Mempercepat perolehan informasi (Ranjabar, 2006:115)
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pelestarian adalah suatu kegiatan yang ingin dipertahankan dan dijaga dengan baik, yang sifatnya tidak berubah dan kekal, guna memperoleh suatu tujuan tertentu didalamnya.
2.1.2Pemahaman Pengembangan
Menurut beberapa ahli seperti Paturusi , pengembangan adalah suatu strategi yang di pergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi sesuatu yang ingin dikembangkan. Pengembangan itu sendiri diartikan sebagai
(26)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 9
cara atau sesuatu yang diproses dan mengalami beberapa perubahan tetapi tidak menghilangakn arti dan makna sebalumnya, hal ini dikutip juga dari kamus besar bahasa Indonesi. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan kesenian dapat diartikan sebagai sebauah cara atau proses yang dilakukan untuk memperluas, mengembangkan suatu kesenian yang nantinya akan mengalami perkembangan namun tidak akan mengubah ataupun merusak makna dari kesenian tersebut.
2.2 Pemahaman Seni Tari
Seni tari adalah seni yang melibatkan gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan mengungkapkan perasaan, maksud dan pikiran. Tarian merupakan perpaduan dari beberapa unsur yaitu raga, irama, dan rasa. Seni tari pada hakikatnya adalah kelompok seni pentas yang mengutamakan sajian seni gerak dan visual yang dinikmati melalui penglihatan dan pendengaran. seni gerak merupakan elemen yang paling mendominasi pertunjukan tari, disamping menjadi penentu daya pikat seni pertunjukan itu. Tari pada intinya adalah jalinan gerak-gerak indah dan ritmis yang diikat oleh ruang dan waktu, membatasi tari sebagai seni sesaat dari ekspresi yang dipertunjukan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh manusia yang bergerak didalam ruang dan waktu. Trai disamping sebagai hiburan yang selalu hadir didalam kehidupan manusia, juga bisa memperlihatkan identitas suatu daerah.
(Rianawati, 2014: 2/3).
Seni tari adalah kelompok seni pentas yang mengutamakan sajian seni pada gerak dan visual, yang dinikmati melalui penglihatan dan pendengaran ( audio-visual form). Meskipun ada beberapa elemen lainnya yang ikut terlibat di dalamnya, tetapi seni gerak merupakan elemen yang paling mendominasi pertunjukan tari, disamping menjadi penentu daya pikat seni pertunjukan itu. Hal ini dikemukakan oleh (Wiratini, 2009:124).
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seni tari lahir dari jalinan – jalinan gerak ritmis yang dilakukan oleh manusia didalam ruang ataupun tempat dan dengan situasi ikatan waktu, baik dengan durasi yang panjang maupun singkat, serta bertujuan untuk mengungkapkan perasaan, magsud dan pikiran.
(27)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 10
2.2.1Peranan dan Fungsi Tari
Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang seni tari legong, sebaiknya kita mempelajari dulu tentang bagaimana peranan dan fungsi tari bagi keberlangsungan kehidupan bermasayarakat di Bali. Tari memiliki peranan dan fungsinya yang sangat erat kaitannya dengat adat istiadat, baik yang mencangkup sebagai persembahan upacara keagamaan, tradisi dan adat isitiadat setempat hal ini dikutip dari situs resmi dinas kebudayaan Provinsi Bali. Menurut beberapa sumber sejenis peranan dan fungsi pertunjukan tari adalah sebagai berikut :
1. Dipercaya bisa memangil keuatan gaib.
2. Penjemput roh pelindung desa agar hadir ditempat upacara / tempat pemujaan. 3. Memperingati suatu peristiwa / kejdian masa lalu yang diangap penting. 4. Melengkapi pelaksanaan upacara.
5. Perwujudan dari dorongan untuk mengungkapkan perasaan keidahan semata. Sedangkan menurut R.M.Soedarso (1985:10), dalam tulisannya yang berjudul peranan seni budaya didalam kehidupan manusia, Soedarso menguraikan fungsi dari suatu kajian, yaitu fungsi seni tari pertujukan itu di bagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut :
a. Tari sebagai sarana upacara b. Tari sebagai sarana hiburan pribadi c. Tari sebagai tontonan
Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi tari sangat erat kaitannya dengan didalam kehidupan bermasayarakat yang dipengaruhi oleh tradisi dan agaman.
2.3Pemahaman Seni Tari Legong
Tari – tarian Bali merupakan penunjang kebutuhan adat dan agama dikelompokan sebagai tari wali, bebali dan bebalihan. Diantara kelompok tersebut, jenis balih – baliah yang banyak berkembang dimasyarakat sebagai hiburan atau tontonan. Satu dari tari tersebuat berbentuk tari lepas, terdiri dari pelegongan dan kekebayaran yang dibawakan kalangan remaja dan anak – anak. Tari pelegongan merupakan tari kelasik kerena muncul pada zaman kerajaan pada awal abad 18 di daerah Sukawati – Gianyar yang memiliki pola dan struktur gerak tari nan baku, hingga sekarang tetap bertahan sebagai primadona tari Bali.
(28)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 11
Disamping itu tari legong merupakan dasar tari perempuan karena memiliki dasar gerak tari yang sangat lengkap. Masyarakat Bali mengenal banyak gaya legong, antara lain gaya Bedulu, Peliatan, Saba dari Kabupaten Gianyar serta gaya Klandis, Kuta, Kapal, dari Kabupaten Badung, dimana pada masing – masing gaya memiliki ke khasan masing – masing.
Trai legong yang bisanya disebut pelegongan muncul pada zaman kerajaan, sudah tentu bentuk dan gayanya mendapat pengaruh dari tatanan kehidupan kerajaan. Hal ini dapat disimak dari bentuk tarian legong yang cukup popular di kalangan pecintanya yaitu tari legong lasem yang memakai cerita panji, dibawakan oleh tiga orang penari. Satu orang penari diceritakan sebagai abdi yang disebut condong legong, memiliki bentuk tari tersendiri yang kemudian menghadap dua orang penari legong yang memerankan sosok putra seorang raja. Didalam ceritanya, seorang penari memerankan Perabu Lasem yang akan menggoda Putri Rengkasari, namun rayuan Perabu Lasem ditolak oleh Rengkasri, selanjutnya terjadilah perang antara Perabu Lesem dengan garuda yang di bawakan oleh penari Condong (Arini, 2011:2/3), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Pemeran Perabu Lasem
Sumber : Observasi 9 Oktober 2015
2.3.1Asal Mula Tari Legong
Tari legong dikembangkan dari Sanghyang Dedari atau Sanghyang Legong Topeng yang kini masi kita jumpai di desa Ketewel, Sukawati. Hal ini terungkap dalam Babad Dalem Sukawati, koleksi I Ketut Rinda (alm) yang menyebutkan
(29)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 12
bahwa dalam tapa semedi I Dewa Agung Made Karna bermimpi melihat bidadari di sorga. Ketika sadar dari mimpinya, beliau langsung memerintahkan bendesa ketewel untuk membuat beberapa topeng dan mengubah sebuah tarian yang mirib dengan impian beliau. Bendesa adat Ketewel berhasil membuat sembilan buah topeng yang mencerminkan sembilan bidadari yang dikeramatkan sampai sekarang, disimpan di Pura Payogan Agung Ketewel dan dipertunjukan setiap Buda Kliwon Pagerwesi. Beberapa lama berselang, I Gusti Ngurah Djelantik dari Belahbatuh mengubah tari nandir yang gerakaanya hampir sama tetapi ditarikan oleh anak laki – laki tanpa mengenakan topeng. Pertunjukan tarian Nandir sangat menggugah hati raja Gianyar yakni I Dewa Agung Manggis dan kemudian memerintahkan I Dewa Rai Perit untuk menata tarian legong yang dibawakan oleh anak – anak perempuan. Atas gagasannya itu terciptalah tarian legong yang bisa kita kenal hingga sekarang dan peristiwa itu kira – kira terjadi tahun 1811. (Arini, 1985: 5), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2 Anak – Anak Penari Legong
Sumber : http://luk.staff.ugm.ac.id/itd/Bali/02.html
2.3.2Tema dan Jenis – Jenis Cerita Pada Tari Legong
Tari legong mempunyai banyak tema dan jenis cerita. Adapun tema – tema dan cerita pelegongan yang ada antara lain :
1. Malat (cerita Panji), khusus cerita Perabu Lasem. 2. Kunti (kunti), Kisah Subali dan Sugriwa sewaktu kecil. 3. Jobog, kisah Subali dan Sugriwa sewaktu setelah dewasa.
4. Legod Bawa, kisah Lingga Manik yang menampilkan tokoh Brahma, Wisnu, dan Siwa.
(30)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 13
5. Kuntul, kisah burung kuntul / bangau.
6. Pelayon, merupakan tarian dengan gerak – gerak tari abstrak. 7. Candrakanta, kisah mengenai bulan dan matahari.
8. Raja Cina, kisah putri dan raja Cina.
9. Kupu – kupu tarum, kisah kehidupan kupu – kupu. 10.Gowak macok, kisah kehidupan burung gagak.
11.Bramara, kisah kehidupan kumbang atau tambulilingan. 12.Gadung Melati, kisah bunga gadung yang sangat harum. 13.Bapang, jenis tarian yang menunjukan ekspresi gagah. 14.Sudarsana, menampilkan cerita penyalonarangan.
15.Samaradana, kisah asmara Betara Ratih dan Betara Seamare yang di bakar oleh Betara Siwa, kemudaian abunya ditebarkan kebumi sebagai awal cinta kasih manusia.
Dari kelimabelas tema / cerita yang dipakai sebagai pelegongan hanya enam diantaranya yakni Lesman, Kuntir, Jobog, Legodbawa, Sudarsana, dan Semaradana yang memakai cerita utuh, (lakon dimainkan lengkap), sedangkan sisanya merupakan kisah atau peniruan dari keindahan gerak binatang, bunga serta kearifan alam semesta lainnya.
(Arini 2011: 9/10)
2.4Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan merupakan tempat yang nantinya akan menyediakan fasilitas – fasilitas kesenian yang akan mewadahi produk seni tari khususnya tari legong, dimana kesenian tari legong nantinya akan dijaga dan dilindungi keberadaannya. Adapun kagiatan yang nantinya akan mewadahi produk tari khususnya legong menjadi produk seni yang dapat dilestarikan dan dikembangkan sebagai berikut:
1. Pembentukan Sanggar Tari
Sanggar merupakan suatu tempat atau sarana yang digunakan untuk berkegiatan seni seperti, seni tari, seni lukis, seni kerajinan, seni musik, yang dilakukan oleh suatu komunitas atau kelompok tertentu. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran yang berkecimpung
(31)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 14
didalam ruang lingkup seni, yang meliputi proses didalam pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua prosesnya itu sebagaian besar dilakukan di sanggar.
2. Pembantukan Kelompok Kesenian (sekehe)
Upaya didalam pembentukan kelompok atau sekehe termasuk kedalam upaya didalam melestarikan suatu seni maupun kebudayaan pada suatu daerah, didalam hal ini klompok atau sekehe yang dimagsud adalah klompok yang memeng terbentuk kusus untuk melestarikan kesenian tari pelegongan di Bali. Dalam kelompok tersebuat juga terbagi atas dua sekehe yaitu sekehe tabuh dan sekehe tari. Sekehe tabuh nantinya bertugas untuk mengiringi instrument tarian pelegongan, sedangkan sekehe tari lebeih di fokuskan kepada tarian saja.
3. Penyelenggaraan Museum
Penyelenggaraan Museum legong ini bertujuan untuk memperkenalkan jenis – jenis varian legong yang pernah ada di Bali, sejarah penari – penari legong dari masa kemasa selain itu kostum, patung dan juga gambelan pengiring tarian legong juga ditampilkan. Museum ini bersifat edukasi bagi masayarakat serta wisatawan dimana dari setiap unsurnya memberikan pengetahuan tentang bagaimana pentingnya pelestarian kesenian kuno kususnya kesenaian legong.
4. Pengadaan Perpustakaan
Pengadaan perpustakaan bertujuan untuk memberikan informasi secara inovatip terhadap tari legong melalui buku, majalah maupun jurnal – jurnal yang berkaitan dengan kesenian tari khususnya tari legong yang dilakukan melalui kegiatan perpustakaan.
5. Festival Tari Legong
Festival tari – tarian yang salah satunya melibatkan tarian legong merupakan salah satu upaya untuk melestarikan kesenian tari pelegongan. Untuk mengekspresikan suatu karya seni, melalui festival ini juga menjadi penunjang utama dari sector pariwisata kususnya di Bali, selaian itu juga menjadi ajang promosi kesenian tari pelegongan yang diharapkan nanti lebih di kenal oleh banyak kalangan masayarakat.
(32)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 15
2.5 Teori Bangunan yang Berkaitan Dengan Pelestarian & Pengembangan
Adapun beberapa teori yang nantinya akan menjadi dasar perencanaan dan perancangan Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan yang akan menyediakan fasilitas khusus untuk menunjang produk seni tari legong sebagai berikut :
2.5.1Teori Mengenai Tempat Pementasan (Kalangan)
Tempat atau areana pementasan yang bisanya disebuat kalangan merupakan suatu elemen penting yang berpengaruh bagi kelancaran dan kesuksesan suatu pertunjukan seni di Bali. Kalangan sendiri diangap sangat penting, dalam tarian di Bali yang memiliki konsep dan aturan tersendiri.
Berdasarkan tata letak ruang pentas, kalangan dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:
1. Kalangan Ngelanjur
Kalngan ngelanjur adalah tempat pementasan dengan ruang pentas yang ukuran lebarnya lebih kecil dari ukuran panjannya. Panggung terbuka Ardha Candra dan Kalngan Ayodya adalah dua contoh tempat pementasan yang menggunakan bentuk kalangan ngelanjur, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Denah Kalangan Ngelanjur
(33)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 16
2. Kalangan Ngeleng atau Ngompek
Kalangan ngeleng atau ngampek adalah tempat pementasan dengan ruang pentas yang ukuran panjangnya lebih panjang dari lebar, kalngan ini kebalikan dari kalangan ngelanjur. Panggung terbuka Niritya Mandala ISI Denpasar, Balai Budaya Gianyar, Stage tertutup Krisnawa (Art Centre), adalah contoh tempat pementasan yang di golongkan kedalam jenis kalangan ngeleng atau ngompek, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Denah Kalangan Ngeleng atau Ngompak
Sumber : Dibia (2013:99)
3. Kalangan Merepat
Klangan marapat merupakan tempat pementasan yang ruang pentasanya berbentuk segi empat (panjang dan lebarnya relatife sama). Stage Natya Mandala ISI Denpasar, panggung tertutup Balai Budaya Gianyar, dan Stage Geoks Singapadu adalah tempat pementasan yang termasuk kedalan golongan kalngan marapat, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.5 Denah Kalangan Merepat
(34)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 17
Didalm tempat pertunjukan atau pementasan haruslah memperhitungkan bagaimana kenayamanan penenton didalam menikmati pertunjukan yang disuguhkan serta kelancaran bagi kegiatan yang dilakukan didalamnya, maka dari itu diperlukan seting ruang yang dapat mendukung segala aktivitas dan civitas didalam ruang pementasan ini adapaun seting ruang tersebut akan dijelasakan pada Gambar 2.6 berikut.
Gambar 2.6 Bangku Penonton dan Denah Ruangan Pertunjukan
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 :138/139
Pada gambar 2.6 menjelasakan tentang standar bangku penonton dan besaran sirkulasi pada area penonton, denah sendiri menggambarkan sudut dimana seting ruang yang baik memberikan kenyamanan bagi penonton didalam menikmati pertunjukan seni. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.7 berikut:
Gambar 2.7 Seting Area Penonton dan Panggung
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 :138/139
Panggung Area Penonton
(35)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 18
Untuk sistem penerangan sangat mempengaruhi seting ruang untuk tempat pementasan selain itu pencahyaan yang baik memberikan nilai estetika yang tinggi bagi pertunjukan yang disuguhkan, pada ruang pertunjukan memerlukan konsep penerangan yang khusus, yaitu menggunakan artificial light sistem, untuk medapatkan efek cahaya khusus pada ruang pertunjukan. Selain itu juga mengunakan sistem pencahayaan base light yaitu penerangan dasar yang diarahkan secara tidak langsung ke atas dan juga menggunakan beberapa tipe blok – blok lampu yang di gantung shingga penyinaran dapat dimungkinkan dari berbagai arah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8 Tampilan Pencahayaan Ruang Pertunjukan
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 :138/139
2.5.2Teori Mengenai Museum
Museum tidak hanya dipakai sebagai tempat untuk mengadakan pameran melainkan juga sebagai pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, sejarah, serta tempat belajar bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk ruangan museum umumnya harus:
a. Terlindung dari gangguan pencuri, kelembaban, kering dan debu.
b. Mendapatkan cahaya yang terang, baik secara alami maupun buatan sebagai bagian dari ruang museum yang baik.
Suatu ruang meseum yang baik harus dapat dilihat oleh publik dengan nyaman dan tanpa rasa lelah, dengan seting ruang yang baik memberikan kesan nyaman terhadap pengunjung sehingga rasa lelah tidak dirasakan setelah
(36)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 19
berkeliling. Adapun seting ruang tersebuat akan dijelaskan pada Gemabar 2.9 berikut:
Gambar 2.9 Seting Ruang Museum
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 : 205
2.5.3Teori Mengenai Perpustakaan
Untuk ruang perpustakaan terbagi menjadi 2 macam yaitu ruang untuk menaruh koleksi berupa buku atau majalah dan ruang untuk membaca. Dari ruang tersebut memerluka seting ruang yaitu dibagian pencahayaan untuk ruang koleksi memerlukan 250 – 500 Lx sedangkan utuk ruang baca memerlukan 300 – 850 Lx, untuk penghawaan pada ruang koleksi dan ruang baca memerlukan kelembaban sekitar 20 – 22oC. untuk ruang koleksi memerlukan rak untuk menaruh buku atau majalah koleksi dan pada ruang baca memerlukan kursi dan meja untuk ukurannya sendiri akan dijelasakan pada Gambar 2.10 berikut:
Gambar 2.10 Seting Ruang Perpustakaan
Sumber : Neufert Arsitek Data Jilid 2 :1/3
Lampu
(37)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 20
2.5.4Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur
Dalam kaitannya pada penentuan tema dan langgam arsitektur maka perlu dialakukan tinjauan teori untuk mendasari terbentuknya tema yang akan diterapkan nantinya pada konsep maupun rancangan arsitektur. Adapun tema langgam arsitektur yang nantinya akan dipakai adalah langgam arsitektur Neo Vernakular. Arsitektur Neo Vernakular tumbuh dari Arsitektur rakyat, yang lahir dari masyarakat. Dengan demikian Arsitektur tersebut sejalan dengan paham kosmologi, pandangan hidup, gaya hidup dan memiliki tampilan khas sebagai cerminan jati diri yang dapat dikembangkan secara inovatif dan kreatif. Arsitektur Neo Vernakular merupakan aliran arsitektur yang memasukkan langgam serta ciri khas daerah tertentu yang dikemas kedalam style yang lebih baru. Arsitektur Neo Vernakular hanya mengambil langgam atau ornamennya saja, tapi tidak mengambil keseluruhan konsepnya.
(Toffler dalam Wiranto, 2008:15)
2.6 Studi Banding Fasilitas Sejenis
Studi banding pada fasilitas sejenis ini berisikan tentang bagaimana memahami proyek sejenis untuk dijadikan referensi perancangan dan bisa dimodifikasi untuk mendapatkan rancangan yang lebih baik. Adapun beberapa objekstudi banding besertakan alasannya sebagai berikut:
2.6.1Sanggar Tari Balerung Stage
Balerung Stage merupakn sebuah sanggar seni yang mendalami bidang kesenian tari dan tabuh. Alsan kenapa mengambil sanggar tari dan tabuh pada objek studi banding ini karena sanggar merupakan tempat pembelajaran serta pendidikan yang mencangkup atau menjurus kesatu bidang didalam ruang lingkup kesenian. Adapun penggambran objek akan di jelaskan pada Gambar 2.11 berikut.
(38)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 21
Gambar 2.11 Denah Balerung Stage
Sumber : observasi 10 oktober 2015
1. Lokasi
Sanggar tari Balerung Stage terletak di desa Peliatan yaitu tepatnya di Jl. Pekandelan, Peliatan, Ubud Bali sekitar 7 km dari pusat kota Gianyar dan 23 km dari pusat kota Denpasar.
2. Sejarah
Sanggar tari Balerung Stage memiliki sejarah yang unik pada masa pembentukannya. Dicikal bakali oleh peraan puri yang sudah mulai berkembang tidak hanya sebatas sebagai pusat pemerintahan seni dan budaya namun sudah mencangkup berbagi macam aspek didalamnya. Kembali kecerita masa lalu yang di kemukakn oleh A. A. Oka Dalem beliau sebagai pencetus terbentuknya saggar tari yang diberi nama Balerung Mandara Srinetya Waditya pada tahun 1999. A. A. Oka Dalem melihat jelas peranan puri yang mulai mengalami pergeseran dari masa kemasa hal ini tentu saja menjadi suatu problem atau permasalahan bagi para seniman – seniman
Stage
Parkir Halaman
Office Toilet R. Gambelan
R. Kostum
R. Tatarias
(39)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 22
didalam berkarya, A. A. Oke Dalem sebagai salah satu seniman di Bali yang melihat problematika tersebut berani mencetuskan sebuah tempat yang memang di kususkan untuk kegiatan seni baik itu seni tari maupun seni tabuh.
3. Kedudukan
Sanggar tari Balerung Stage merupakan sebuah sangar kesenian di desa Peliatan yang dikususkan untuk melakukan kegiatan seni baik itu seni tari mapun seni tabuh. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada sanggar tari Balerung Stage berupa pergelaran atau pementasan seni setiap hari jumat malam, pelatain tabuh setiap hari sabtu dan tari pada hari minggu.
4. Tugas dan Fungsi
Tugas dan fungsi dari dibangunnya sangar tari Balerung Stage ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan kesenian kususnya di desa Peliatan, selain itu para senimanpun juga lebih leluasa untuk mengekspresikan atau berinovasi terhadat karya – karya mereka.
5. Fasilitas
Adapun fasilitas – fasilitas didalam sanggar tari Balerung Stage adalah sebagai berikut:
a. Lobby Entrance
Lobby pada sangar tari ini disifatkan situasional dikarenakan penataan dalam pengerjaan sanggar tari Balerung Stage ini masih banyak terdapat kendala – kendala baik secara teknis mapun non teknis, adapun kendala – kendala yang dihadapi seperti masalah lahan dan biaya pada pembangunan, untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.12 berikut.
Gambar 2.12 Lobby & Entrance
(40)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 23
b. Office
Office terletak di lantai 2 di atas tempat pementasan, keterbatasan lahan yang hanya 3 are menyebabkan kurangnya lahan untuk membangun kantor yang memadai untuk mengelola sebuah sanggar yang baik, dapat dilihat pada Gambar 2.13 berikut.
Gambar 2.13 Office/Kantor
Sumber : observasi 9 oktober 2015
c. Tempat Pementasan dan Pelatian
Tempat pementasan dan pelatian pada sanggar Balerung Stage di jadikan satu dikarenakan faktor yang sama yaitu terbatasnya lahan pembangunan sanggar ini. Selaian itu tempat penonton atau audien sifatnya semi, hanya pada ada pementasan dan pergelaran seni yang di tampilkan di sanggar ini, kursi – kusi penonton di sediakan, dapat dilihat pada Gambar 2.14 berikut.
Gambar 2.14 Area Stage
(41)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 24
d. Ruang Tatarias dan kostum
Ruang tata riahas dan kostum terletak di blakang stage tempat pementasan yang hanya sebesar 6 m2, dapat dilihat pada Gambar 2.15 berikut
Gambar 2.15 Back Stage
Sumber : observasi 9 oktober 2015
e. Gudang penyimpanan kostum
Runag kostum yang hanya sebesar 8 m2 digunakan untuk menyimpan dan menaruh kostum maupun sarana – samara pelengkap pada tari, dapat dilihat pada Gambar 2.16 berikut.
Gambar 2.16 R. Penyimpanan Kostum
(42)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 25
f. Gudang penyimpanan Instrumen/ Alat musik berupa gambelan dsb.
Gudang alat musik yang ada di sanggar Balerung Stage ini luasnya sekitar 8 m2 yang di pakai sebagai tempat menyimpan dan menaruh alat musik berupa gambelan dan sarana alat pelengkap lainnya, dapat dilihat pada Gambar 2.17 berikut.
Gambar 2.17 R. Penyimpanan Gambelan
Sumber : observasi 9 oktober 2015
g. Dapur
Dapur digunakan sebagai sarana penunjang yang melengkapi sanggar Balerung Stage, terletak di bawah tempat pementasan yang luasnya sekitar 6 m2, dapat dilihat pada Gambar 2.18 berikut.
Gambar 2.18 Dapur
(43)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 26
h. Toilet
Toilet disini difungsikan sebagai sarana servis didalam pengoprasian sanggar tari ini di bedakan menjadi 2 jenis toilet untuk pengunjung atau wisatawan dan toilet untuk pengelola, dapat dilihat pada Gambar 2.19 berikut..
Gambar 2.19 Toilet
Sumber : observasi 9 oktober 2015
2.6.2Puri Agung Pelaitan
Puri Agung Peliatan merupan tempat tinggal dari keluarga kerajaan didaerah Peliatan, Ubud, Gianyar. Alsan kenapa Puri Agung Pelitan dipakai sebagai kajian studi banding objek sejenis karena area puri dulunya dipakai sebagai pusat pemerintahan serta pusat pergelaran seni dan kebudayaan, namun seiring perkembangan jaman, pada jaman modern ini fungsi puri tidak lagi sebagai pusat pemerintahan tetapai, dipakai sebagai pusat sentral seni dan kebudayaan didaerah Gianyar, dapat dilihat pada Gambar 2.20 tampilan dari Puri Agung Pelitan.
(44)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 27
Gambar 2.20 Puri Agung Peliatan
Sumber : observasi 9 oktober 2015
1. Lokasi
Puri Agung Peliatan terletak di desa Peliatan yaitu tepatnya di Jl. Raya Peliatan, Ubud, Gianyar-Bali, sekitar 7 km dari pusat kota Gianyar dan 23 km dari pusat kota Denpasar.
2. Sejarah
Puri Agung Peliatan didirikan pada tahun 1761 oleh Ida Agung Made yaitu keturunan ketiga dari kerajaan dalem Sukawati. Kini Puri Agung Peliatan sudah mencapai 10 generasi yang pada sekarang Cokorde Gde Putra Nindia sebagai pengelingsir di Puri Agung Peliatan.
3. Kedudukan
Di daerah Gianyar Puri adalah sentral kegiatan seni dan kebudayaan sebagai penarik minat wisatawan yang berkunjung kesana. Kegiatan – kegian yang di lakukan di area Puri yang berkaitan dengan kegiatan seni pementasan pada hari – hari tertentu contohnya di Puri Agung Peliatan yang mementaskan kesenian setiah hari rabu dan sabtu.
4. Tugas dan Fungsi
Pada hakikatnya Puri pada jaman kerajaan dulu merupakan pusat atau sentran pemerintahan serta pergelaran seni dan kebudayaan. Namun seiring dengan perkembangan jaman pusat pemerintahan tidak lagi menggunakan sistem kerajaan, dengan kata lain pusat pemerintahan berali menjadi sistem
(45)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 28
pemerintahan presidensial. Cokorda Gde Nindya menjelasakan bahwa fungsi Puri Agung Peliatan sekarang sebagai pusat seni dan kebudayaan.
5. Bagian – Bagian Pada Puri Agung Peliatan
Puri Agung Peliatan dibagi menjadi tiga mandala yaitu nista, madya, utama. Atau kaki badan dan kepala.
a. Kaki terdiri dari dua tempat yaitu area semanggen dan encak saji. b. Badan dibagi menjadi tiga yaitu 4 natah di barat (Puri Saren Kauh), 4
natah di tengah (Puri Agung), dan 4 natah di timur (Puri Saren Kangin).
c. Kepala merupakan area suci dibagi menjadi empat yaitu, Jaba sisi, Jaba Tengah, Merajan Agung dan Merajan Alit.
Areal pada daerah pusat pergelaran seni yaitu Encak Saji Puri Agung Peliatan, dapat dilihat pada Gambar 2.21 berikut.
Gambar 2.21 Denah Enjak Saji Puri Agung Peliatan
Sumber : observasi 11 oktober 2015
Bale Kembar Digunakan sebagai bale melinggih/rapat sekala kecil.
Pendopo Biasanya digunakan sebagai tempat rapat sekala besar.
Stage Biasanya dipakai sebagai tempat pementasan atau hiburan. Bale Kembar
Digunakan sebagai bale gong, tempat alat music atau gambelan.
Bale Piasan Dipakai sebagai tempat menyimpan sarana hiyasan pada area encak saji Bale Tegeh
(46)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 29
Biasanya pementasan seni yang sering digelar pada area encak saji Puri Agung Peliatan oleh sekeha gong gunung sari dilakukan pada hari sabtu mulai dari jam 7 hingga jam 9 malam, menampilkan beberapa buah tarian yaitu:
1. Tari Kapiraja 2. Tari Pendet 3. Tari Baris
4. Tari Kebyar Terompong 5. Tari Legong Lasem 6. Tari Gembang Suling 7. Tari Oleg
8. Tari Barong
Gambar 2.22 Tiketing Gambar 2.23 Area Penonton
Sumber : observasi 11 oktober 2015 Sumber : observasi 11 oktober 2015
Gambar 2.24 Area Stage Sumber : observasi 11 oktober 2015
(47)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 30
Stage Restoran
Area Cottage
Gedung Baru
Lobby
Area Parkir Gedung Lama
2.6.3 Museum Arma
Museum Arma merupakan museum seni rupa di Bali yang menyimpan berbagai macam lukisan yang berasal dari pelukis – pelikis ternama baik dari dalam negri maupun mancanegara, selaian itu museum ini juga menyediakan fasilitas seperti pertunjukan seni, cafetarian dan resort. Alasan kenapa museum ini dipakai sebagai kajian objek sejenis karena museum merupakan salah satu tempat pelestarain, selaian itu fasilitas yang tersedia pada museum arma juga sangat lengkap untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.25 berikut.
Gambar 2.25 Denah Musium Arma
Sumber : observasi 12 oktober 2015
1. Lokasi
Museum Arma terletak didaerah Pengosekan tepatnya di Jl. Bima, Pengosekan, Ubud, Gianyar-Bali sekitar 7 km dari pusat kota Gianyar dan 23 km dari pusat kota Denpasar.
(48)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 31
2. Sejarah
Museum Arma mulai resmi dioprasikan pada tahun 9 juni 1996 oleh mentri pendidikan dan kebudayaan Indonesia yaitu Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonugroho.
3. Jumlah Kunjungan Wisatawan
Jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Arma dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
2.1 Tabel Data Kunjungan Wisatawan ke Museum Arma
No Tahun Total Orang
1 2010 30523
2 2011 22390
3 2012 22309
4 2013 30619
5 2014 31336
Sumber: Observasi 12 Oktober 2015
4. Tugas dan Fungsi
Tugas dan fung dari museum ini sebanarnya selain sebagai tempat pelestarian kesenian juga sebagai destinasi wisata di daerah Ubud, dikarenakan banyaknya antusias wisatawan untuk menikmati kesnian serta fasilitas – fasilitas pendukung disekitrnya yang menyebabkan tampat ini menjadi salah satu tujuan wisatawan yang berkunjung ke Bali.
5. Fasilitas
ada pun fasilitas – fasilitas yang ada pada Museum Arma adalah sebagai berikut:
a. Parkir
Area parkir yang di sediakan oleh pihak museum cukup luas dan terletak pada area depan dapat dilihat pada gambar 2.26 berikut.
Gambar 2.26 Area Parkir
(49)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 32
b. Lobby
Lobby pada museum ini trdapat diarea depan dan terdapat tempat ruang informasi, ruang tunggu, ruang baca, ticketing dan toilet.
Gambar 2.27 Tiketing Gambar 2.28 Perpustakaan
Sumber : Observasi 12 Oktober 2015 Sumber : Observasi 12 Oktober 2015
Gambar 2.29 : Area Tunggu Gambar 2.30 : Toilet
Sumber : Observasi 12 Oktober 2015 Sumber : Observasi 12 Oktober 2015
c. Museum
Terdapat dua buah gedung yang difungsikan sebagai tempat pemajangan koleksi – koleksi museum, bagunan lama dan bangunan baru, dapat dilihat pada Gambar 2.31 dan 2.32 berikut .
(50)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 33
Gambar 2.31 Gedung Lama Gambar 2.32 Gedung Baru
Sumber : Observasi 12 Oktober 2015 Sumber : Observasi 12 Oktober 2015
d. Panggung hiburan
Selain sebagai museum, tempat ini juga dipakai sebagai tempat pergelaran seni berupa seni pertunjukan, panggung petunjukan berada pada bagian barat, dapat dilihat pada Gambar 2.33 dan 2.34 berikut.
Gambar 2.33 Area Pemantasan Gambar 2.34 Bale Gong
Sumber : Observasi 12 Oktober 2015 Sumber : Observasi 12 Oktober 2015
e. Restaurant
Retauran difungsikan sebagai fasilitas penunjang dari museum arma untuk memberikan pengunjung kenyamanan didalam menikmati karya seni, dapat dilihat pada Gambar 2.35 berikut.
(51)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 34
Gambar 2.35 : Restauran
Sumber : observasi 12 oktober 2015
f. Rest Area
Rest area pada museum ini terdapat di tengah – tengah setalah melalui lobby dan sebelum memasuki gedung museum, dapat dilihat pada Gambar 2.36 berikut.
Gambar 2.36 Rest Area
Sumber : observasi 12 oktober 2015
2.6.4 Kesimpulan Terhadap Objek Sejenis
Berdasarkan dari penjelasan diatas mengenai tinjauan objek sejenis dapat ditarik kesimpulan dari ketiga objek sejenis yang dipakai sebagai literature yang menjelaskan fasilitas yang terdapat dimasing – masing objek tersebut, fungsi yang mewadahi, serta aktifitas yang ada pada objek tersebut yang nantinya dapat menjadi dasar pertimbangan dan perbandingan dengan fasilitas yang akan disediakan pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ini ,
(52)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 35
adapun perbandingan antara ketiga objek sejenis yang telah di survey dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.
2.2 Tabel Perbandingan Tinjauan Objek Sejenis
Perbandingan dan Kesimpulan Pada Studi Banding Objek Sejenis
NO Kriteria Balerung Satge Puri Agung Peliatan Musium Arma
1 Klasifikasi Sanggar kesenian
tari dan tabuh
Pusat seni dan budaya
Tempat pelestarian
2 Lokasi Jl. Pekandelan,
Peliatan, Ubud, Gianyar-Bali
Jl. Raya Peliatan, Ubud, Gianyar-Bali
Jl. Raya Pengosekan, Ubud, Gianyar-Bali
3 Fungsi dan
Peranan Sebagai sanggar, tempat pementasan dan hiburan kesenian, tempat pelestarian.
Tampat tinggal, pusat kesenian dan kebudayaan. Sebagai destinasi wisata, museum, tampat seni pertunjukan, pameran dls.
4 Fasilitas
Sehubung dengan proyek 1.Tempat Pementasan Indor dengan kapasistas penonton sekitar 50 orang luasan
sekitar 120 m2
2.Office/ kantor
dengan kapasitas 5 orang dengan luas
sekitar 8 m2
3.Ruang tatarias
dengan kapasitas 20 orang dan luas
sekitar 16 m2
4.Gudang
Penyimpanan Kostum dengan luasan sekitar 12
m2
5.Gudang
instrument/alat musik dengan luasa sekitar 15
m2
6.Toilet dibagi
menjadi 2, toilet pengunjung dengan kapasitas 4 orang dan toilet pegawai 2 orang.
1. Pementasan
Outdor dengan kapasitas sekitar 80 orang.
2. Bale Gong dengan
luasan sekitar 16
m2
3. Toilet
pengunjung dengan kapasitas 4 orang.
2.1Parkir dengan
kapasitas 5 bus, 25 mobil dan 50 motor.
2.2Lobby yang ada
di area depan terdapat beberapa ruang di dalamnya yaitu runag informasi, ticketing, runag tunggu, ruang baca dan toilet. yang luasanya
sekitar 42 m2.
2.3Gedung Musium
yang terdapat di museum Arma di bagi menjadi 2 gedung, gedung lama dan gedung baru, yang luasnya
masing – masing
sekitar 42 m2.
2.4Panggung hiburan
dengan kapasitas 50 orang dan luasan sekitar 120
m2.
2.5Restauran dengan
kapasitas 50 orang
dan luas 80 m2
2.6Rest area dengan
(53)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 36
2.2 Tabel Perbandingan Tinjauan Objek Sejenis (Lanjutan)
2.7 Spesifikasi Umum
Dalam Spesifikasi umum Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ini disusun berdasarkan teori dan studi banding proyek sejenis yang ada di Bali. Membahas tentang definisi, fungsi, tujuan, sistem pengelolaan, fasilitas, yang nantinya akan disediakan pada perancangan Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ini.
2.7.1Definisi
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan adalah suatu gagasan diman nantinya akan dibuat sutu tempat atau wadah yang bisa menunjang kegiatan seni kususnya seni tari legong yang berbasis edukasi dengan sistem pembelajaran dari sejarah, perkembangan tari legong dari masa – kemasa dan seperti apa tarian legong dipanggung masa kini, selaian itu ada beberapa fasilitas – fasilitas pendukung lainya seperti studio foto, mini museum kusus legong, perpustakaan dan tempat pemutaran filem atau video dokumenter tentang legong.
2.7.2Fungsi
Adapun fungsi dari Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ini nantinya sabagai tempat atau wadah bagi kegiatan seni kususnya
Perbandingan dan Kesimpulan Pada Studi Banding Objek Sejenis
NO Kriteria Balerung Satge Puri Agung Peliatan Musium Arma
5 Manajemen
Pengelola
Balerung Stage dikelola oleh seniman lokal yang bernama A. A. Oka
Dalem
Puri Agung Pelitan merupankan tempat tingga serta pusat
kesenian dan kebudayaan yang di
kelola olah lingkungan puri yaitu
Cokorda Gde Putra Nindia.
Museum Arma dikelola oleh perseorangan yaitu oleh A.A. Asrama.
(54)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 37
seni tari legong, sumber informasi bagi kalnagan luas, tempat pelestarian dan pengembangan bagi kesenian – kesenian lokal.
2.7.3Tujuan
Adapun tujuan dari Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan yaitu:
1. Memberi kesempatan kepada seniman untuk menyalurkan aspirasi mereka melalui pertunjukan seni hasil karyanya.
2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan penghayatan dan apresiasi dibidang seni pertunjukan.
3. Memberikan pembelajaran secara edukasi terhadap masyarakat didalam rung lingkup pelestarian dan pengembangan seni maupun budaya disekitar kita. 4. Sebagai usaha pembinaan masyarakat peminat seni pertunjukan baik dari
kalangan masayarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung untuk menimakti seni dan budaya di Bali.
2.7.4Sistem Pengelolaan
Prinsip sistem pengelolaan Pusat Pelestarian dan Pengemembangan Kesenian pelegongan merupakan kerjasama dangan pihak pemerintah (dinas kebudayaan) kerjasama dengan desa adat, kerjasama dengan beberapa instansi terkait dan sarana pendukung lainnya yang nantinya akan bergerak dibidang industri pariwisata di Bali.
2.7.5Fasilitas dan Persayaratan Fasilitas
Fasilitas – fasilitas yang terdapat pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ditentukan berdasarkan:
1. Literatur
Pada bagian depan terdapat areal untuk sirkulasi, parkir dan ruang penerimaan seperti lobby, pemesanan tiket, toilet dan resh area. Sedangkan pada area tengah terdapat, mini museum, studio foto, Dan pada area belakang terdapat tempat pementasan.
(55)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 38
Terdapat fasilitas – fasilitas yang menyediakan ruang pameran, ruang penyimpanan kuhusu untuk sarana pertunjukan seperti kostum dan alat – alat musik lainnya, ruang tunggu, restoran, perpustakaan, ruang pelatian / pendidikan, souvenir shop, ruang hiburan ringan atau permainan kecil.
2. Studi Banding
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Balerung Stage dan berkaitan dengan proyek/ judul adalah : Tempat pementasan indor, ruang tatarias busana, gudang penyimpanan alat dan kostum, kantor/office, area pelatain.
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Puri Angung Peliatan dan berkaitan dengan proyek / judul adalah, tempat pemetasan outdor, ruang tatarias dan busana, ruang penyimpanan sarana pengiring tarian (gambelan)
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Musium Arma dan berkaitan dengan proyek/ judul adalah : parkir, lobby, tampat pemesanan tiket, musium, tampat pementasan outdor, restoran, perpusatakaan mini.
Berdasrkan teori dan studi banding tersebut, maka fasilitas – fasilitas utama yang akan disediakan pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesnian Pelegongan ini adalah :
1. Fasilitas Utama
Ruang Pertunjukan Outdor
Ruang Pertunjukan Indor
Ruang Pelatian (sanggar)
Musium
Perpustakaan 2. Fasilitas Pendukung
Lobby
Tiketing
Restauran
ATM Center
Souvenir shop
(56)
Tugas Akhir
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 39
Tempat suci
Kamar mandi/WC
Tempat parkir
Rest Area
3. Fasilitas Servis
Ruang MEP
Ruang Alat Kebersihan
Post Kemanan
Gudang
(1)
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 34
Gambar 2.35 : Restauran Sumber : observasi 12 oktober 2015
f. Rest Area
Rest area pada museum ini terdapat di tengah – tengah setalah melalui lobby dan sebelum memasuki gedung museum, dapat dilihat pada Gambar 2.36 berikut.
Gambar 2.36 Rest Area Sumber : observasi 12 oktober 2015
2.6.4 Kesimpulan Terhadap Objek Sejenis
Berdasarkan dari penjelasan diatas mengenai tinjauan objek sejenis dapat ditarik kesimpulan dari ketiga objek sejenis yang dipakai sebagai literature yang menjelaskan fasilitas yang terdapat dimasing – masing objek tersebut, fungsi yang mewadahi, serta aktifitas yang ada pada objek tersebut yang nantinya dapat menjadi dasar pertimbangan dan perbandingan dengan fasilitas yang akan disediakan pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ini ,
(2)
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 35 adapun perbandingan antara ketiga objek sejenis yang telah di survey dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.
2.2 Tabel Perbandingan Tinjauan Objek Sejenis
Perbandingan dan Kesimpulan Pada Studi Banding Objek Sejenis
NO Kriteria Balerung Satge Puri Agung Peliatan Musium Arma
1 Klasifikasi Sanggar kesenian
tari dan tabuh
Pusat seni dan budaya
Tempat pelestarian
2 Lokasi Jl. Pekandelan,
Peliatan, Ubud, Gianyar-Bali
Jl. Raya Peliatan, Ubud, Gianyar-Bali
Jl. Raya Pengosekan, Ubud, Gianyar-Bali
3 Fungsi dan
Peranan Sebagai sanggar, tempat pementasan dan hiburan kesenian, tempat pelestarian.
Tampat tinggal, pusat kesenian dan kebudayaan. Sebagai destinasi wisata, museum, tampat seni pertunjukan, pameran dls.
4 Fasilitas
Sehubung dengan proyek 1.Tempat Pementasan Indor dengan kapasistas penonton sekitar 50 orang luasan sekitar 120 m2 2.Office/ kantor
dengan kapasitas 5 orang dengan luas sekitar 8 m2 3.Ruang tatarias
dengan kapasitas 20 orang dan luas sekitar 16 m2 4.Gudang
Penyimpanan Kostum dengan luasan sekitar 12 m2
5.Gudang instrument/alat musik dengan luasa sekitar 15 m2
6.Toilet dibagi menjadi 2, toilet pengunjung dengan kapasitas 4 orang dan toilet pegawai 2 orang.
1. Pementasan Outdor dengan kapasitas sekitar 80 orang.
2. Bale Gong dengan luasan sekitar 16 m2
3. Toilet pengunjung dengan kapasitas 4 orang.
2.1Parkir dengan kapasitas 5 bus, 25 mobil dan 50 motor.
2.2Lobby yang ada di area depan terdapat beberapa ruang di dalamnya yaitu runag informasi, ticketing, runag tunggu, ruang baca dan toilet. yang luasanya sekitar 42 m2.
2.3Gedung Musium
yang terdapat di museum Arma di bagi menjadi 2 gedung, gedung lama dan gedung baru, yang luasnya masing – masing sekitar 42 m2. 2.4Panggung hiburan
dengan kapasitas 50 orang dan luasan sekitar 120 m2.
2.5Restauran dengan kapasitas 50 orang dan luas 80 m2 2.6Rest area dengan
(3)
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 36 2.2 Tabel Perbandingan Tinjauan Objek Sejenis (Lanjutan)
2.7 Spesifikasi Umum
Dalam Spesifikasi umum Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian
Pelegongan ini disusun berdasarkan teori dan studi banding proyek sejenis yang
ada di Bali. Membahas tentang definisi, fungsi, tujuan, sistem pengelolaan, fasilitas, yang nantinya akan disediakan pada perancangan Pusat Pelestarian dan
Pengembangan Kesenian Pelegongan ini.
2.7.1Definisi
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan adalah suatu
gagasan diman nantinya akan dibuat sutu tempat atau wadah yang bisa menunjang kegiatan seni kususnya seni tari legong yang berbasis edukasi dengan sistem pembelajaran dari sejarah, perkembangan tari legong dari masa – kemasa dan seperti apa tarian legong dipanggung masa kini, selaian itu ada beberapa fasilitas – fasilitas pendukung lainya seperti studio foto, mini museum kusus legong, perpustakaan dan tempat pemutaran filem atau video dokumenter tentang legong.
2.7.2Fungsi
Adapun fungsi dari Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian
Pelegongan ini nantinya sabagai tempat atau wadah bagi kegiatan seni kususnya
Perbandingan dan Kesimpulan Pada Studi Banding Objek Sejenis
NO Kriteria Balerung Satge Puri Agung Peliatan Musium Arma
5 Manajemen
Pengelola
Balerung Stage dikelola oleh seniman lokal yang bernama A. A. Oka
Dalem
Puri Agung Pelitan merupankan tempat tingga serta pusat
kesenian dan kebudayaan yang di
kelola olah lingkungan puri yaitu
Cokorda Gde Putra Nindia.
Museum Arma dikelola oleh perseorangan yaitu oleh A.A. Asrama.
(4)
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 37 seni tari legong, sumber informasi bagi kalnagan luas, tempat pelestarian dan pengembangan bagi kesenian – kesenian lokal.
2.7.3Tujuan
Adapun tujuan dari Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian
Pelegongan yaitu:
1. Memberi kesempatan kepada seniman untuk menyalurkan aspirasi mereka melalui pertunjukan seni hasil karyanya.
2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan penghayatan dan apresiasi dibidang seni pertunjukan.
3. Memberikan pembelajaran secara edukasi terhadap masyarakat didalam rung lingkup pelestarian dan pengembangan seni maupun budaya disekitar kita. 4. Sebagai usaha pembinaan masyarakat peminat seni pertunjukan baik dari
kalangan masayarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung untuk menimakti seni dan budaya di Bali.
2.7.4Sistem Pengelolaan
Prinsip sistem pengelolaan Pusat Pelestarian dan Pengemembangan
Kesenian pelegongan merupakan kerjasama dangan pihak pemerintah (dinas
kebudayaan) kerjasama dengan desa adat, kerjasama dengan beberapa instansi terkait dan sarana pendukung lainnya yang nantinya akan bergerak dibidang industri pariwisata di Bali.
2.7.5Fasilitas dan Persayaratan Fasilitas
Fasilitas – fasilitas yang terdapat pada Pusat Pelestarian dan
Pengembangan Kesenian Pelegongan ditentukan berdasarkan:
1. Literatur
Pada bagian depan terdapat areal untuk sirkulasi, parkir dan ruang penerimaan seperti lobby, pemesanan tiket, toilet dan resh area. Sedangkan pada area tengah terdapat, mini museum, studio foto, Dan pada area belakang terdapat tempat pementasan.
(5)
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 38 Terdapat fasilitas – fasilitas yang menyediakan ruang pameran, ruang penyimpanan kuhusu untuk sarana pertunjukan seperti kostum dan alat – alat musik lainnya, ruang tunggu, restoran, perpustakaan, ruang pelatian / pendidikan, souvenir shop, ruang hiburan ringan atau permainan kecil.
2. Studi Banding
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Balerung Stage dan berkaitan dengan proyek/ judul adalah : Tempat pementasan indor, ruang tatarias busana, gudang penyimpanan alat dan kostum, kantor/office, area pelatain.
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Puri Angung Peliatan dan berkaitan dengan proyek / judul adalah, tempat pemetasan outdor, ruang tatarias dan busana, ruang penyimpanan sarana pengiring tarian (gambelan)
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Musium Arma dan berkaitan dengan proyek/ judul adalah : parkir, lobby, tampat pemesanan tiket, musium, tampat pementasan outdor, restoran, perpusatakaan mini.
Berdasrkan teori dan studi banding tersebut, maka fasilitas – fasilitas utama yang akan disediakan pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesnian
Pelegongan ini adalah :
1. Fasilitas Utama
Ruang Pertunjukan Outdor Ruang Pertunjukan Indor Ruang Pelatian (sanggar) Musium
Perpustakaan 2. Fasilitas Pendukung
Lobby Tiketing Restauran ATM Center
Souvenir shop
(6)
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar 39
Tempat suci Kamar mandi/WC Tempat parkir
Rest Area
3. Fasilitas Servis Ruang MEP
Ruang Alat Kebersihan Post Kemanan
Gudang Loading dock