Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar
3
Gianyar telah membuka terbangunanya sarana dan prasarana inprastruktur penunjang pariwisata di Kabupaten Gianyar. Dari sanalah mulai muncul beberapa
destinasi – destinasi wisata baru selain seni dan kebudayaan.
Mulai bergesernya pakem dari tarian legong dimana tarian aslinya berdurasi sekitar 3 jam dipersingkat menjadi 30 menit karena tuntutan pariwisata. Selain itu
banyaknya kalangan mudan dari anak – anak sampai remaja yang cenderung tidak
tertarik lagi untuk mempelajari seni dan kebudayaan Bali khususnya seni tari tradisional, mereka lebih cenderung menyukai bermain gadget dirumah, hal
tersebut menyebabkan sulitnya bagi seniman melakukan regenerasi untuk tetap melestarikan kesenian tradisional yang telah melekat dan menjadi bagian bagi
keberlangsungan masyarakat di Bali. Dari sana bisa kita lihat mulai bergesernya pakem dari tarian legong dan kurangnya antusias kalangan muda di Bali untuk
belajar dan mengenal seni dan kebudayaan. Tentu saja hal ini menjadi acaman serius bagi seni
– seni yang ada di Bali, dan memerlukan perhatian lebih dari pemerintah maupun kalangan masyarakat untuk ikut serta melestarikan dan
menjaga warisan dari leluhur kita. Munculnya permasalahan
– permasalahan serius yang menyebabkan kesenian tradisional Bali mulai terkikis maupun mengalami pergeseran, salah satu
contohnya adalah tari legong. Tari legong yang pada mulanya berjumah limabelas tema atau cerita kini hanya bisa kita lihat enam jenis cerita saja, selaian itu pada
pertunjukan – pertunjukan seni didaerah asalhnya yaitu Gianyar, tarian legong
hanya ditampilkan satu atau dua tema legong, dan dari ke enam tema atau cerita legong yang masih ada berpotensi mengalami kepunahan. Perlunya perhatian
pemerintah maupun masayarakat luas untuk lebih memperhatikan warisan seni dan kebudayaan yang berpotensi mengalami kepunahan sangatlah perlu
dilakukan. Dengan perencanaan sebuah Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan ini nantinya diharapkan mampu memberikan trobosan baru
didalam menjaga maupun melestariakan kesenian tradisional Bali yang telah membawa nama Bali dikenal diseluruh dunia. Dengan memberikan sesuatu hal
yang menarik didalamnya, yang berbasis edukasi atau pemberian informasi dan pembelajran yang unik, serta bergerak di bidang pelestarain dan pengembangan
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar
4
seni kebudayaan yang di back up oleh kegiatan pariwisata untuk memperoleh pemasukan dana oprasional bangunan.
Dengan melakukan ide maupun inovasi baru seperti pada penjelasan tadi, makan diharpkan nantinya generasi muda lebih mau aktif dan berbondong
– bondong untuk berlatih tarian tradisional yang telah mengangkat nama Bali
hingga dikenal diberbagai dunia sebagi tempat destinasi seni dan kebuayaan yang sangat luar biasa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang timbul dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah upaya yang nantinya akan dilakukan untuk memotivasi banyak
kalangan untuk ikut serta didalam pelestarian maupun pengembangan kesenian
tari legong?
2. Apa saja persayaratan serta tuntutan ruang, fasilitas penunjang dan pendukung
yang nantinya akan dibuat pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan
Kesenian Pelegong ini?
3. Dimanakah lokasi yang cocok untuk membangun Pusat Pelestarian dan
Pengembangan Kesenian Pelegong ini?
4. Bagaimana sistem manajemen kepengurusan Pusat Pelestarian dan
Pengembangan Kesenian Pelegong ini, dan pihak – pihak mana saja yang
nantinya terlibat di dalamnya?
5. Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan bangunan serta tapak yang
akan dibuat pada Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegong
ini?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan ini bertujuan untuk menyusun sebuah landasan konsepsual sebagai dasar pemikiran dan langkah awal didalam
merancang sebuah Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar, dimana nantinya diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang
pelestarian, pengembangan, serta kesenian tradisional yang harus dijaga dengan
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar
5
baik. Selaian itu pemberian informasi yang berbasis edukasi dan pembelajaran yang baik kepada masayarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Bali.
1.4 Metode Perancangan
Metode perancangan yang akan digunakan pada perencanaan Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar ini, memiliki
alur perancangan yang jelas. Diawal dari alur perancangan berada di latar belakang, menentukan rumusan masalah dan tujuan, kemudian melakukan
pengkajian sesuai dengan literature yang berkaitan dengan judul dan studi objek sejenis. Selanjutnya mulai menentukan spesifikasi umum dan analisa lokasi.
Setelah proses tersebut, dilanjutkan dengan menentukan spesifikasi khusus proyek yang akan dirancang, dan akan diterapkan untuk menentukan program
ruang, tapak dan tema perancangan hingga ke konsep perencanaan dan perancangan.
1.4.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data mengenai pemahaman terhadap proyek, objek sejenis karakteristik lingkungan, pelaku kegiatan dan aspek fungsional dilakukan
dengan cara: 1.
Interview Atau Wawancara Dilakukan kepada pihak
– pihak yang ada kaitannya dengan judul atau proyek yang akan direncanakan, guna memperoleh masukan ataupun saran dari pihak
– pihak yang terkait serta memperoleh data yang akurat dan yang akan dipakai sebagai pedoman untuk merancang sebuah Pusat Pelestarian dan
Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar. Adapun wawancara yang dilakukan kepada beberapa orang untuk mengumpulkan data antara lain
sebagai berikut: a.
Bapak A.A. Oka Dalem Selaku Pengelola Pemilik dari sanggar Balerung Stage.
b. Bapak Cokorda Gde Putra Nindia selaku Penggelingsir Puri Agung
Peliatan. c.
Bapak A. A. Asram selaku pemilik dari Museum Arma
Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Pelegongan di Gianyar
6
2. Studi Literatur
Studi literature dilakukan untuk mencari data dan teori yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan judul Pusat Pelestarian dan Pengembangan
Kesenian Pelegongan, untuk mendukung data yang telah diperoleh. Informasi dari sumber
– sumber yang memiliki keterkaitan, seperti : hasil penelitian, buku
– buku yang memiliki hubungan dan ada kaitannya dengan judul. 3.
Studi Banding Studi banding dilakukan kepada beberapa objek sejenis, untuk memperoleh
data melalui observasi agar diketahui bagaimana penataan ruang – ruang yang
ada, serta upaya – upaya apa saja yang dilakukan untuk Pelestarian dan
Pengembangan Kesenian Pelegongan. Dalam hal ini dilakukan studi banding ke beberapa tampat seperti Sanggar Balerung Stage, Puri Agung Peliatan dan
Museum Arma.
1.4.2 Metode Pengolahan Data
Metode ini dipergunakan untuk mengolah data dalam penyususnan laporan, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Klasifikasi Data
Pengelompokan dan penyusunan data yang telah dikumpulkan atau diperoleh selanjutnya diseleksi sesuai dengan tingkat keterkaitan dengan judul.
2. Analisis Data
Analisis data dengan beberapa pertimbangan untuk memperoleh hasil uraian dan penjabaran yang akurat agar dapat dipertanggung jawabkan perlu adanya
penguraian data secara kualitatif dan kuantitatif. 3.
Penyimpulan Data Data yang telah diuraikan menjadi penjelasn yang lebih kecil, kemudian
disusun kembali untuk mendapatkan kesimpulan dengan cara mengkaitkan satu aspek dengan aspek lainnya.