Tabel 2. Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara 2002-2006 KgKPTThn
No Daging
2002 2003
2004 2005
2006
1 Sapi
0.58 0.58
0.58 0.81
0.82 2
Kerbau 0.59
0.6 0.56
0.56 0.57
3 Kuda
0.06 0.1
0.01 4
Kambing 0.21
0.21 0.17
0.23 0.19
5 Domba
0.06 0.06
0.06 0.06
0.09 6
Babi 1.56
1.6 2.31
2.05 2.2
7 Ayam
Beras 2.1
2.11 2.15
1.97 1.78
8 Ayam
petelur 0.72
0.71 0.69
0.3 0.21
9 Ayam
pedaging 3.06
3.11 3.71
3.45 3.17
10 Itik 0.1
0.1 0.1
0.08 0.07
Jumlah 8.97
9.06 10.39
9.52 9.11
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007 Jumlah konsumsi ayam pedaging lebih besar dibandingkan jumlah
konsumsi lainnya karena permintaan ayam pedaging lebih besar dibandingkan ternak lain.
Ayam broilerpedaging merupakan jenis hewan ternak kelompok unggas yang tersedia sebagai sumber makanan, terutama sebagai penyedia protein
hewani. Daging ayam broiler mempunyai peluang strategis untuk memenuhi kebutuhan daging dalam rangka mendukung program pemerintah, yakni
tercapainya swasembada daging nasional pada tahun 2014. Selain itu juga dapat dipakai sebagai komoditas usaha yang prospektif, karena usaha ternak ayam
broiler menguntungkan. Sebagai usaha yang menguntungkan, menurut hasil observasi Suwarta, 2011.
Adapun jumlah populasi ternak unggas per Kecamatan di Kabupaten Langkat sebagai berikut:
Universita Sumatera Utara
Tabel 3. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis per Kecamatan
JENIS UNGGAS Kecamatan
Ayam Ras Ayam
Kampung Itik Lokal
No. Petelur
Pedaging
1 Bahorok
56.945 2.604
2 Serapit
38.114 26.465
2.386 3
Salapian 389.140
29.021 2.453
4 Kutambaru
25.908 3.055
5 Sei Bingai
119.043 15.923
4.513 6
Kuala 536.040
48.520 3.145
7 Selesai
694.975 1.050.042
27.324 9.924
8 Binjai
59.076 42.431
71.149 3.865
9 Stabat
46.396 305.095
59.499 15.285
10 Wampu 13.225
17.301 10.579
11 Batang Serangan
4.569 2.865
12 Sawit Seberang
12.026 8.025
2.995 13 Padang
Tualang 25.760
2.389 14 Hinai
46.167 29.486
4.312 15 Secanggang
77.332 11.991
16 Tanjung Pura
117.026 142.335
17.176 17 Gebang
27.277 5.037
18 Babalan 11.301
22.695 19 Sei Lepan
22.204 3.587
20 Brandan Barat
13.196 16.483
21 Besitang 13.565
6.536 22 Pangkalan
Susu 12.544
9.933 23 Pematang
Jaya 5.993
9.419
Jumlah Total 800.447
2.668.349 771.642
173.227
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Langkat, 2010. Jumlah populasi ternak ayam pedaging di Kabupaten langkat terbesar di
Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala. Jumlah ayam pedaging di Kecamatan Selesai tahun 2009 sebesar 1.050.042 dan jumlah ayam pedaging di Kecamatan
Kuala sebesar 536.040.
Universita Sumatera Utara
Adapun dari jumlah populasi ayam pedaging di Kabupaten Langkat, maka di dapat produksi seperti Tabel berikut:
Tabel 4. Produksi Daging Menurut Jenis Unggas per Kecamatan Kecamatan
Ayam Ras Ayam
Kampung Itik
Lokal No
Petelur Pedaging
1 Bahorok
0.00 0.00
6,257 7.72
26 1.42
2 Serapit
0.00 0.00
2,883 3.55
25 1.37
3 Salapian
0.00 456,592
8.49 3,161
3.90 31
1.69 4
Kutambaru 0.00
68,204 1.27
1,436 1.77
24 1.31
5 Sei Bingai
0.00 261,641
4.86 1,734
2.14 47
2.57 6
Kuala 0.00 1,246,828
23.18 5,285
6.52 32
1.75 7
Selesai 77,126
88.34 1,717,204 31.93
2,976 3.67
106 5.79
8 Binjai
5,781 6.62
106,164 1.97
7,750 9.56
40 2.18
9 Stabat
4,400 5.04
848,510 15.78
6,481 7.99
165 9.01
10 Wampu 0.00
25,779 0.48
1,912 2.36
113 6.17
11 Batang Serangan
0.00 0.00
526 0.65
29 1.58
12 Sawit Seberang
0.00 23,750
0.44 899
1.11 31
1.69 13 Padang
Tualang 0.00
0.00 2,834
3.49 24
1.31 14 Hinai
0.00 86,636
1.61 3,212
3.96 45
2.46 15 Secanggang
0.00 0.00
8,450 10.42
129 7.05
16 Tanjung Pura
0.00 536,799
9.98 14,742
18.18 185
10.10 17 Gebang
0.00 0.00
2,995 3.69
53 2.89
18 Babalan 0.00
0.00 1,302
1.61 235
12.83 19 Sei Lepan
0.00 0.00
2,436 3.00
37 2.02
20 Brandan 0.00
0.00 1,458
1.80 178
9.72 21 Besitang
0.00 0.00
1,495 1.84
69 3.77
22 Pangkalan Susu
0.00 0.00
202 0.25
106 5.79
23 Pematang Jaya
0.00 0.00
673 0.83
101 5.52
Jumlah Total 87307 100.00
5378107 100.00 81099 100.00
1831 100.00
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Langkat 2010, diolah.
Universita Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel diatas, jumlah produksi ayam pedaging di Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat sebesar 1.717.204 kg dan jumlah produksi ayam
pedaging di Kecamatan Kuala sebesar 1.246.828 kg.
Dalam upaya untuk mengembangkan usaha ternak ayam broiler, disamping untuk mencapai target produksi, juga perlu diupayakan peningkatan
pendapatan peternak. Pendapatan peternak meningkat dapat membuka peluang bagi peternak untuk mengembangkan usaha ternaknya, yakni dengan cara
menambah skala usaha atau mengembangkan usaha di luar usaha ternak ayam broiler. Usaha ternak ayam pedaging di Kabupaten Langkat dilakukan dengan
pola kemitraan dan mandiri. Sebagian besar pola kemitraan adalah Pola kontrak harga. Pola kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara peternak sebagai
plasma dengan perusahaan inti sebagai mitra usaha. Inti menyediakan sapronak, bimbingan teknis, memasarkan hasil, dan lainnya. Sedangkan peternak plasma
melakukan pemeliharaan ayam pedaging sebagai tindakan untuk mengimplementasikan perjanjian akad yang telah disepakati bersama untuk
mencapai hasil yang ditargetkan. Pola mandiri, semua biaya ditanggung peternak sendiri, pada peternak
dengan pola kemitraan plasma, biaya sapronak ditanggung oleh inti. Pada pola kemitraan plasma, pembiayaan merupakan pengikat diantara kedua belah pihak
dan merupakan sarana untuk mengimplementasikan kontrak yang telah disepakati bersama untuk mencapai tujuan. Mubarok, 2004, Biaya dalam usaha ternak
ayam pedaging dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni : a biaya peralatan, meliputi: biaya pembuatan kandang, tempat pakan, minum, dan lain-lain. b
biaya sapronak, meliputi biaya untuk bibit, pakan, vitamin-obat-kimia ovk dan
Universita Sumatera Utara
c biaya operasional, meliput, listrik, dan tenaga kerja. Biaya sapronak bagi peternak kemitraan ditanggung oleh perusahaan, selain itu perusahaan juga
menanggung penyuluhan untuk pelayanan peternak apabila dalam pengelolaannya menghadapai masalah. Misalnya pertumbuhan ayam kerdil, adanya serangan
penyakit, dan karena gangguan lainnya. Dari tiga kelompok biaya tersebut yang pengaruhnya terhadap pendapatan adalah biaya sapronak dan biaya operasional
Anonimous, 2008. Berkaitan dengan alokasi biaya untuk memaksimumkan pendapatan,
peternak selalu berupaya untuk mengelola usahanya sebaik mungkin sehingga usaha ternaknya efisien. Menurut Usman 2002, efisiensi usaha ternak ayam
broiler dipengaruhi oleh skala usaha, atau skala usaha ternak ayam broiler semakin besar usaha ternak ayam broiler semakin efisien, atau dengan skala usaha
semakin besar usaha ternak ayam broiler semakin menguntungkan. Dalam keadaan harga produksi tinggi menguntungkan dan pada skala usaha tertentu,
usaha ternak ayam pedaging dengan pola mandiri lebih menguntungkan. Namun demikian risiko usaha ditanggung oleh peternak kemitraan mandiri. Sementara itu
risiko usaha peternak kemitraan ditanggung oleh perusahaan. Pada peternak pola kemitraan, peternak kemitraan rata-rata membayar biaya sapronak lebih rendah
dari pada peternak kemitraan mandiri. Hal ini disebabkan karena kemitraan mandiri melayani sapronak terhadap kemitraan berasal dari berbagai sumber
bukan perusahaan sendiri sehingga dapat mempermainkan harga untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi, sebaliknya lebih merugikan peternak
kemitraan sehingga rata-rata pendapatan peternak kemitraan lebih rendah dibanding dengan pendapatan peternak mandiri. Oleh karena itu, dengan
Universita Sumatera Utara
permasalahan tersebut di atas penulis tertarik menganalisis tesis dengan judul ” Analisis Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Selesai dan
Kecamatan Kuala di Kabupaten Langkat.
1.2. Permasalahan Penelitian