Pembebasan Tahanan Politik pada Masa Orde Baru

28 penyelesaian masalah Timor Timur, pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-kroninya, pemberian gelar Pahlawan Reformasi bagi korban Trisakti.

B. Pembebasan Tahanan Politik pada Masa Orde Baru

Dalam upaya menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan upaya mengatasi tekanan dan tuntutan dari masyarakat, Presiden B.J Habibie membuat kebijakan melepaskan seluruh tahanan politik pada masa Pemerintahan Orde Baru. Tindakan yang dilakukan Presiden B.J Habibie untuk membebaskan tahanan politik pada masa Pemerintahan Orde Baru ini meningkatkan legitimasi Presiden B.J Habibie di dalam negeri maupun luar negeri. Kebijakan B.J Habibie ini pula sebagai upaya Habibie dalam menjalankan reformasi yang dikehendaki masyarakat dan sebagai upaya menepis anggapan mengenai dirinya di kalangan aktivis reformasi dan masyarakat sebagai anak emas Soeharto. Legitimasi Presiden B.J Habibie terlihat pada kebijakan yang dikeluarkannya dengan diberikannya amnesti dan abolisi yang merupakan langkah penting menuju keterbukaan dan rekonsiliasi. Di antara yang dibebaskan tahanan politik kaum separatis dan tokoh-tokoh tua mantan PKI, yang telah ditahan lebih dari 30 tahun. Amnesti diberikan kepada H. Mohammad Sanusi dan tokoh-tokoh lain yang ditahan setelah Insiden Tanjung Priok tahun 1984. Selain tokoh-tokoh tua mantan PKI, Amnesti diberikan pula pada tokoh-tokoh aktivis petisi 50, merupakan kelompok yang sebagian besar terdiri dari mantan jendral salah satunya adalah kepala staf 29 Angkatan bersenjata Jendral Abdul Haris Nasution yang menuduh Soeharto melanggar perinsip Pancasila dan Dwi Fungsi ABRI. Pada bulan November 1998, Presiden B.J. Habibie mengumumkan almarhum Mohammad Natsir sebagai pemimpin bangsa, hal ini menyisaratkan bahwa pemberontakan PRRI pun dimaafkan. ABRI membebaskan beberapa aktivis mahasiswa yang telah menghilang sejak kampanye pemilu 1997, akan tetapi masih banyak mahasiswa yang hilang yang telah dibunuh. Wiranto mengumumkan bahwa militer bisa menyelidiki orang-orang termasuk Prabowo, yang diduga telah menculik para aktivis reformasi. 41 Selain membebaskan tahanan politik masa Orde Baru, Presiden B.J Habibie juga membebaskan tahanan Mahasiswa dan aktivis reformasi. Di antara mereka yang dibebaskan adalah Dr. Sri Bintang Pamungkas, Ketua PUDI dan Dr. Mochtar Pakpahan, Ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia SBSI. Presiden juga mencabut UU Subversi dan menyatakan dukungan budaya oposisi serta melakukan pendekatan kepada mereka yang selama ini menentang Rezim Orde Baru, diantaranya adalah K.H. Abdurrahman Wahid dan para tokoh-tokoh aktivis petisi 50 yaitu kelompok yang sebagian besar terdiri dari mantan-mantan jenderal yang menuduh Soeharto melanggar prinsip dari Pancasila dan Dwi Fungsi ABRI. 42 Selain membebaskan tahanan politik masa Orde Baru, Presiden B.J. Habibie juga memberi gelar Pahlawan Reformasi kepada 4 korban mahasiswa Trisakti yang menuntut lengsernya Soeharto pada tanggal 12 Mei 1998. 41 M.C. Ricklefs, ibid, hlm. 665 42 Tuk Setyohadi, Op. Cit, hlm. 184 30 Pemberian gelar pahlawan reformasi merupakan hal positif yang dianugerahkan oleh pemerintahan Presiden B.J Habibie, penghargaan ini mampu melegitimasi Habibie sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan dan pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor gerakan Reformasi. Pemberian gelar pahlawan kepada korban trisakti juga sebagai upaya pemerintah menjalankan reformasi yang dikehendaki oleh rakyat, selain itu sebagai upaya yang dilakukan oleh Presiden B.J Habibie untuk mengambil simpati dan kepercayaan rakyat yang kurang mempercayai dirinya dalam menjalankan reformasi.

C. Kebebasan Pers