Masuknya Islam di Cina

67 Cheng Ho. Persinggungan agama setelah era Laksamana Cheng Ho singgah di Nusantara, menunjukan adanya hubungan konflik yang terjadi antara Cina muslim dengan Cina perantauan. Konflik yang terjadi antara Cina muslim dan Cina perantauan didasari oleh Laksamana Cheng Ho yang merupakan seorang tokoh yang dipuja oleh orang-orang Cina muslim maupun Cina imigran. Bagi kelompok Cina muslim Laksamana Cheng Ho merupakan tokoh penggerak dalam pertumbuhan pesat Islam di kalangan orang Cina di Kepulauan Melayu. Sehingga sepeninggal Laksamana Cheng Ho, komunitas muslin yang ada di Semarang menyelenggaran Shalat Ghib. Hal ini dikarenakan Islam melarang pemasangan dan pemujaan patung dan Laksamana Cheng Ho diabadikan melalui legenda- legenda oleh komunitas Cina Muslim. Pemujaan bagi Cina perantauan atau bagi Cina non muslim, Laksamana Cheng Ho merupan tokoh yang heroik sebagai pelindung dan penjaga orang Cina perantauan, hal ini di sebabkan adanya gelombanga pasang yang di alami oleh kelompok Cina perantauan, kemudian redanya gelombang pasang setelah kemataian Laksamana Cheng Ho. Sehingga kelompok Cina perantauan mulai mendewakan dan mengubah masjid yang pernah dibangun oleh Laksamana Cheng Ho menjadi klenteng. Seperti yang terjadi di Semarang Masjid yang bergaya arsitektur Cina peninggalan Laksamana Cheng Ho diubah menjadi klenteng Sam Po Kong yang dipersembahkan untuk Laksamana Cheng Ho, sehingga mulai berkembang pemujaan terhadap Laksamana Cheng Ho. Dalam ritual pemujaan rakyat Cina, para pahlawan dalam sejarah Cina dengan biografi-biografi yang terkumpul didewakan karen perilaku dari tokoh semasa hidup patut diteladani. 68 Seperti Cheng Ho sebgai Dewa Laut, Mazu sebagai Dewi Laut, Guan Yin sebagai Dewi Kerahiman dan lain sebagainya. 126

C. Dampak Arsitektur Ekspedisi Laksamana Cheng Ho Ke Nusantara

Laksamana Cheng Ho merupakan bahariwan besar yang telah melakukan ekspedisi pelayaran ke berbagai negara di Asia maupun di Afrika. Terkenalnya Laksamana Cheng Ho juga memiliki keahlian lebih dalam hal arsitrktur pembangunan. Ketika Laksamana Cheng Ho menjabat sebagai kasim di istana Dinasti Ming, Laksamana Cheng Ho pernah memimpin pembangunan untuk berbagai kuil, pagoda maupun masjid yang ada di Cina, seperti pagoda di Kuil Balas Budi di Nanjing yang merupakan karya dari Laksamana Cheng Ho. Keahlian arsitektur juga mempengaruhi daerah-daerah yang menjadi persinggahan ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Nusantara. Seperti di kelenteng Sam Po Kong di Semarang, yang awalnya merupakan masjid dan memiliki kesamaan dengan masjid-masjid yang ada di Cina Selatan. Hal ini memiliki kesamaan diantara keduanya memiliki bentuk pagoda, tiang yang tinggi, atap yang datar, pinggiran atap yang menggelombang, serambi yang berliku-liku. Hal ini memiliki persamaan antara masjid-masjid di Cina Selatan, dan sama dengan bangunan kelenteng yang dibangun oleh Cheng Ho di Nusantara. Kelenteng Sam Po Kong di Semarang yang asalnya merupakan masjid yang di bangun oleh Laksamana Cheng Ho. 126 Tan Ta Sen, Cheng Ho Penyebar Islam Dari China ke Nusantara, Jakarta, Buku kompas, 2010, hlm. 242 69 Dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho sehingga memunculkan perkampungan Cina di Nusantara, seperti rumah-rumah yang ada di Semarang yang di bangun oleh awak kapal Laksamana Cheng Ho dan para orang Cina yang menetap di Semarang, sehingga memberikan pengaruh terhadap arsitektur yang ada di Nusantara. Daerah pantai-pantai utara Pulau Jawa banyak terdapat bangunan-bangunan dengan gaya Cina. Rumah-rumah di pantai utara Pulau Jawa mendapatkan pengaruh dari Cina, dengan memiliki ciri-ciri dibagian atap rumahnya memiliki kemiripan dengan atap rumah yang bercorak Cina. Hal ini telah menunjukan bahwa pengaruh kebudayaan dalam segi arsiektur telah dapat diterima oleh masyarakat di Nusantara. juga adanya pengaruh dari bangunan masyarakat Jawa terhadap bangunan orang-orang Cina yang ada di Nusantara. Bentuk rumah yang besar yang memperlihatkan pengaruh kebudayaan Jawa dengan Cina. Hingga pada saat ini masih dapat ditemukan pada beberapa temapat di kampung Cina, arsitektur yang ada pada rumah-rumah Cina di Nusantara yang memiliki perpaduan kebudayaan dengan masyarakat Jawa. Pada rumah-rumah Cina yang ada di Jawa memiliki pendopo dibagian depannya dan di bagian belakangnya dihubungkan dengan rumah-rumah besar. Dibagian pendopo rumah Cina juga memiliki tiang-tiang besar sebagai penyangga atapnya, ini juga memiliki kesamaan dengan rumah rumah yang ada di Jawa yang bermotif joglo, yang memiliki pendopo juga terhubung dengan ruangan-ruangan besar lainnya. Pada pagian pendopo di rumah-rumah jawa memiliki tiang-tiang besar yang