Hubungan Perdagangan Antara Cina Dengan Nusantara
27 Chien yang telah menguasi Pattani.
48
Serta seorang pemimpin bajak laut lain yang berasal dari Guangzhou yang bernama Chen Chuyi Tan Tjo Gi
49
yang memiliki daerah kekuasaan di Palembang, dari sinilah dilakukannya perompakan terhadap
kapal-kapal yang melalui Selat Malaka. Hal ini disebabkan pemerintahan Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang lemah, hal ini dikarenakan berkali-kali
mendapatkan serangan dari kerajaan Jawa Kerajaan Majapahit, dan ketidak berdayaan Kerajaan Sriwijaya mengatasi para bajak Laut,
sehingga mengakibatkan Kota Palembang berhasil dikuasai oleh para bajak laut Chen
Chuyi Tan Tjo Gi ini sebelum kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Nusantara.
50
Dalam ekspedisinya pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan, telah tujuh kali melakukan persinggahan ke Nusantara dalam
perjalanannya dari Cina menuju Afrika. Pada Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho pada tahun 1407 M Ia singgah di Palembang. Ketika berada di
Palembang Laksamana Cheng Ho mendapat serangan para bajak laut yang dipimpin oleh Chen Chuyi yang merupak gembong bajak laut.
51
Penyerangan yang dilakukan oleh bajak laut Chen Chuyi kepada Laksamana Cheng Ho, yang
bertujuan untuk menjarah kapal Laksamana Cheng Ho yang merupakan kapal
48
Lin Tao Chien merupakan pemimpin bajak laut yang terkenal kekejamannya yang telah menguasai Pattani. Ia melarikan diri dari propinsi Hokkian ke Siam bersama dua ribu orang
pengikutnya, dan Pattani sebagai markas dan pusat para bajak laut asal Hokkian untuk beroperasi mengganggu dan merampok kapal-kapal dagang di pesisir Cina.
Pattani merupakan kota pelabuhan di selatan Siam Thailand dan Kukang Palembang.
49
Chen Chuyi Tan Tjo Gi merupakan seorang yang berasal dari Chaozhou Teochiu Propinsi Guangdong. Karena melanggar hukum di Cina, Chen Chuyi melarikan diri beserta keluarganya
ke Palembang. Mula mula Chen Chuyi bekerja untuk raja Sriwijaya dan kemudia Ia menggerakkan bajak laut yang ada di Pelembang dan mengangkat dirinya sebagai gembong
bajak laut setelah raja Sriwijaya mangkat. Ia berbuat sewenang-wenang antara lain merampok kapal-kapal yang memlalui Selat Malaka.
50
Benny G. Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, Jakarta, Elkasa, 2002, hlm. 25
51
Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 94
28 harta kekaisaran Dinasti Ming Cina. Penyerangan yang dilakukan oleh bajak laut
yang ada di Palembang ini dapat di taklukan oleh Laksamana Cheng Ho dan pengikutnya. Kesiapan Laksamana Cheng Ho dalam menghadapi para bajak laut
Chen Chuyi, sehingga berhasil mengalahkan lebih dari 5000 orang, membakar 10 kapal dan menahan 7 kapal bajak laut Chen Chuyi, dismping itu juga berhasil
menahan dua slempel bajak laut Chen Chuyi, yang merupakan simbol kekuasaan bajak laut di daerah tersebut. Chen Chuyi yang merupakan pimpinan bajak laut
tersebut dibawa ke Cina untuk mendapat hukuman dari Kaisar Dinasti Ming Cina dan pada akhirnya gembong bajak laut Chen Chuyi mendapatkan hukuman mati
oleh Kaisar Cina.
52
Tindakan tegas Laksamana Cheng Ho memberantas bajak laut yang ada Laut Cina Selatan tersebut membuat Laut Cina Selatan menjadi aman dan
tentram. Hubungan perdagangan dan perjalanan upeti antara kekaisaran Cina dan kerajaan Nusantara dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, kondisi aman di
sekitar laut di Asia Tenggara juga berdampak pada pelabuhan di selatan Cina menjadi makmur dan ramai dikunjungi para pedagang dari luar Cina. Di samping
itu, dengan pemberantasaan bajak laut yang dilakuakan oleh Laksamana Cheng Ho, menimbulkan terjadinya hubungan baik antara kekaisaran Cina dengan
Kerajaan Palembang. Hubungan baik tersebut dapat dibuktikan dengan adanya pengiriman utusan yang dilakukan oleh Kerajaan Palembang ke Kekaisaran
Dinasti Ming Cina.
53
52
Ibid., hlm. 95
53
Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok- Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 120
29 Tindakan Laksamana Cheng Ho untuk memberantas bajak laut yang ada di
Nusantara, juga memberikan dampak yang baik bagi kerjasama dalam perdagangan antara Cina dengan Nusantara. Kondisi jalur perdagangan yang
aman membuat semakin ramainya jalur perdagangan di Selat Malaka, hal ini membuat semakin banyaknya para pedagang-pedagang Cina maupun pedagang
dari mancanegara yang mengunjungi Nusantara. Amannya jalur prlayaran laut yang ada di Laut Cina Selatan membuat pengiriman upeti yang diberikan oleh
kerajaan-kerajaan yang ada di luar Cina menjadi lancar tanpa harus kawatir terhadap ancaman para bajak laut yang ingin merompak kapal-kapal yang
mengirimkan upeti ke kaisaran Dinasti Ming Cina.
30