Menjalin Hubungan Persahabatan Kekaisaran Cina Dengan Kerajaan- Kerajaan di Nusantara

24 Hubungan perdagangan antara Cina ke Asia Tenggara sudah lama terjadi. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya daerah-daerah di Asia Tenggara yang menjadi pusat perdagangan bagi para pedagang-pedagang mancanegara seperti di daerah Malaysia, Siam, Filipina dan Nusantara. Para pedagang Cina masuk kedaerah-daerah Asia Tenggara terutama pada masa negara-negara kerajaan masih diperintah oleh para raja-raja lokal. 46 Pada masa itu para pedagang Cina masih berjumlah sedikit yang sampai di Asia Tenggara. Sedikitnya pedagang yang sampai di Asia Tenggara disebabkan karena keadaan Laut Selatan Cina yang tidak aman. Ketidak amanan jalur perdagangan tersebut mengganggu perdagangan yang terjadi antara Cina dengan Asia Tenggara. Meskipun demikian, dengan kedatangnya pedagang Cina ke Asia Tenggara membuat terjalinnya hubungan perdagangan yang baik antara bangsa Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Asia Tenggara. Pada abad ke 13 hubungan perdagangan antara Cina dengan Nusantara semakin baik ketika Cina pada masa Dinasti Ming dipimpin oleh Kaisar Yongle dengan mengirim ekspedisi pelayaran. Sedangkan pada awal Dinasti Ming masa kekuasaan Kaisar Chu Yuan Chang belum adanya ekspedisi pelayaran besar Dinasti Ming, disebabkan karena keadaan Cina masa awal Dinasti Ming yang masih kacau dan juga keadaan jalur perdagangan di Laut Cina Selatan yang tidak aman, membuat kaisar lebih mementingkan kesetabilan dalam negeri Dinasti Ming dari pada hubungan luar negeri dengan negeri-negeri di Samudera Selatan. 46 Hidajat, Masyarakat Dan kebudayaan Cina Indonesia, Bandung, Tarsito, 1977, hlm. 61 25 Sehingga Kaisar Chu Yuan Chang menerapkan kebijakan dengan melarang perdagangan-pedagang Cina untuk berlayar ke negeri-negeri di luar Cina. Pada masa pemeritahan Kaisar Yongle beliau mengutus Laksamana Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi pelayaran dari Cina ke negeri-negeri di Samudera Selatan. Ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho ke Nusantara, bertujuan untuk menjalin perdagangan antara kekaisaran Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa kepemimpinan Dinasti Ming berkembangnya hubungan perdagangan antara Cina dengan Nusantara, banyaknya pedagang dari Cina yang menempati daerah-daerah yang ada di Nusantara memperjelas adanya hubungan baik antara kekaisaran Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. 47 Dengan adanya ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Nusantara semakin mempererat perdagangan antara Cina dengan Nusantara. Selain itu, banyaknya pedagang Cina yang datang ke Nusantara untuk berdagang dan mencari rempah-rempah merupakan barang yang dibutuhkan bagi masyarakat Cina. Pada tahun 1407 M, Laksamana Cheng Ho melakukan penangkapan perompak yang ada di Sumatera yang kemudian diadili oleh kaisar Cina. Tindakan penangkapan perompak yang dilakukan Laksamaana Cheng Ho merupakan cara memperlancar hubungan perdagangan baik dari Cina maupun Nusantara. 47 Sie Tjoen Lay, Disekitar Sejarah Indonesia-Tiongkok, Bandung, K.P.P.K, 1960, hlm. 23 26

C. Mengamankan Jalur Pelayaran Perdagangan Cina Dengan Nusantara Dari Para Bajak Laut

Semakin berkambangnya perdagangan antara Negeri Cina dengan Nusantara, membuat semakin ramainya jalur-jalur perdagangan laut yang ada di Asia Tenggara. Pada masa awal Dinasti Ming perdagangan antara Cina dengan negeri-negeri di Asia-Afrika semakin berkembang baik. Hal ini membuat daerah- daerah yang menjadi jalur perdagangan semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang dari mancanegara. Akan tetapi, Laut Cina Selatan yang menjadi pusat jalur perdagangan antara Cina dengan negeri-negeri lain tidaklah aman, dikaranakan adanya bajak laut yang merampok para pedagang-pedagang Cina maupun para pedagang-pedagang lainnya yang melintas di Laut Cina Selatan. Di samping itu juga terganggunya pengiriman upeti yang diberikan oleh para kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Cina kepada kekaisaran Dinasti Ming. Mengatasi masalah bajak laut yang merugikan kekaisaran Cina maupun para pedagang, pemerintahan Dinasti Ming menindak tegas para bajak laut yang ada di Laut Cina Selatan. Pada masa Kaisar Yongle pada tahun 1407 M, mengutus Laksamana Cheng Ho untuk melakuakan ekspedisi ke Samudera Selatan untuk menangkap para bajak laut yang meresahkan kekaisaran Dinasti Ming dan pedagang yang ada di Laut Cina Selatan. Ekspedisi pelayaran Dinasti Ming yang dipimpin Laksamana Cheng Ho, untuk mengamankan jalur pelayaran niaga dari bajak laut di Laut Cina Selatan. Jalur perdagangan di Laut Cina Selatan yang menjadi jalur perdagangan sering diganggu oleh para bajak laut yang dipimpin oleh Lin Tao 27 Chien yang telah menguasi Pattani. 48 Serta seorang pemimpin bajak laut lain yang berasal dari Guangzhou yang bernama Chen Chuyi Tan Tjo Gi 49 yang memiliki daerah kekuasaan di Palembang, dari sinilah dilakukannya perompakan terhadap kapal-kapal yang melalui Selat Malaka. Hal ini disebabkan pemerintahan Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang lemah, hal ini dikarenakan berkali-kali mendapatkan serangan dari kerajaan Jawa Kerajaan Majapahit, dan ketidak berdayaan Kerajaan Sriwijaya mengatasi para bajak Laut, sehingga mengakibatkan Kota Palembang berhasil dikuasai oleh para bajak laut Chen Chuyi Tan Tjo Gi ini sebelum kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Nusantara. 50 Dalam ekspedisinya pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan, telah tujuh kali melakukan persinggahan ke Nusantara dalam perjalanannya dari Cina menuju Afrika. Pada Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho pada tahun 1407 M Ia singgah di Palembang. Ketika berada di Palembang Laksamana Cheng Ho mendapat serangan para bajak laut yang dipimpin oleh Chen Chuyi yang merupak gembong bajak laut. 51 Penyerangan yang dilakukan oleh bajak laut Chen Chuyi kepada Laksamana Cheng Ho, yang bertujuan untuk menjarah kapal Laksamana Cheng Ho yang merupakan kapal 48 Lin Tao Chien merupakan pemimpin bajak laut yang terkenal kekejamannya yang telah menguasai Pattani. Ia melarikan diri dari propinsi Hokkian ke Siam bersama dua ribu orang pengikutnya, dan Pattani sebagai markas dan pusat para bajak laut asal Hokkian untuk beroperasi mengganggu dan merampok kapal-kapal dagang di pesisir Cina. Pattani merupakan kota pelabuhan di selatan Siam Thailand dan Kukang Palembang. 49 Chen Chuyi Tan Tjo Gi merupakan seorang yang berasal dari Chaozhou Teochiu Propinsi Guangdong. Karena melanggar hukum di Cina, Chen Chuyi melarikan diri beserta keluarganya ke Palembang. Mula mula Chen Chuyi bekerja untuk raja Sriwijaya dan kemudia Ia menggerakkan bajak laut yang ada di Pelembang dan mengangkat dirinya sebagai gembong bajak laut setelah raja Sriwijaya mangkat. Ia berbuat sewenang-wenang antara lain merampok kapal-kapal yang memlalui Selat Malaka. 50 Benny G. Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, Jakarta, Elkasa, 2002, hlm. 25 51 Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 94