HUBUNGAN ANTARA ORANGTUA DAN MAHASISWA TAHUN TEMUAN-TEMUAN YANG RELEVAN

D. HUBUNGAN ANTARA ORANGTUA DAN MAHASISWA TAHUN

PERTAMA Mahasiswa tahun pertama berada pada tahap perkembangan emerging adulthood Arnett, 2000. Pada tahap perkembangan ini, mahasiswa belajar untuk berhubungan dengan orangtua sebagai dua orang dewasa yang saling menghormati Santrock, 2014a. Hubungan antara orangtua dan emerging adulthood tidak lepas dari hubungan pada tahap perkembangan sebelumnya. Hubungan antara ibu dan anak lebih dahulu terjalin daripada hubungan antara ayah dan anak. Hubungan antara ibu dan anak sudah mulai terjalin sejak anak masih berada di dalam kandungan ibu Brandon, Pitts, Denton, Stringer, Evans, 2009 dalam Maas, 2013. Setelah anak lahir, ibu juga lebih banyak berperan dalam mengasuh anak daripada ayah, sehingga anak cenderung lebih terikat kepada ibu Blakemore, Berenbaum, Liben, 2009; Parke Clarke-Stewart, 2011 dalam Santrock, 2014b; Vergara, 2011 dalam Bozhenko, 2011. Pada masa remaja, anak juga memiliki hubungan yang lebih dekat dengan ibu daripada ayah. Ibu tidak hanya membuat dan menegakkan aturan, tetapi juga mendengarkan masalah remaja, terlibat dalam perasaan dan kebutuhan remaja, berbagi rahasia, serta menunjukkan rasa hormat terhadap cara pandang remaja. Interaksi tersebut berkontribusi terhadap rasa keterhubungan pada remaja. Di sisi lain, remaja cenderung memandang ayah mereka sebagai figur otoriter. Hubungan antara ayah dan anak remaja cenderung kurang intim Youniss Smollar, 1994. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa anak memiliki hubungan yang lebih dekat dengan ibu daripada ayah. Dengan demikian, lebih tepat apabila penelitian ini mengukur pemisahan psikologis mahasiswa dari sosok ibu.

E. TEMUAN-TEMUAN YANG RELEVAN

Beyers dan Goossens 2003 melakukan penelitian mengenai hubungan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada 969 mahasiswa tahun pertama, ketiga, dan kelima di sebuah universitas di Belgia. Sebagian besar responden tersebut tidak tinggal bersama orangtua. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemisahan psikologis berhubungan positif dengan keseluruhan dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi. Penelitian Delhaye, Kempenaers, Linkowski, Stroobants, dan Goosens 2012 menyatakan bahwa pemisahan psikologis berhubungan positif signifikan dengan penyesuaian diri emosional pada 350 mahasiswa kedokteran tahun kedua di Belgia. Hasil penelitian Hilmawati dan Susiati 2015 pada 68 mahasiswa psikologi Universitas Padjajaran yang tinggal terpisah dari orangtua menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hasil penelitian Choi 2002 menyatakan bahwa kebebasan konfliktual sebagai salah satu aspek pemisahan psikologis berhubungan positif signifikan dengan keseluruhan dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi pada 170 mahasiswa Korea-Amerika tahun pertama hingga tahun keempat di Amerika Serikat. Responden penelitian tersebut terdiri dari mahasiswa yang tinggal bersama orangtua maupun yang tinggal terpisah dari orangtua. Penelitian Orrego dan Rodriguez 2001 menunjukkan bahwa aspek kebebasan konfliktual berhubungan positif dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada 94 mahasiswa Universitas Miami, Amerika Serikat yang sebagian besar tidak tinggal bersama orangtua. Hasil penelitian Lapsley dan Edgerton 2002 terhadap 156 mahasiswa tahun pertama hingga tingkat ketiga di sebuah universitas di Kanada juga menyatakan bahwa aspek kebebasan konfliktual dari sosok ibu berhubungan positif signifikan dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi dalam dimensi sosial dan personal- emosional. Responden penelitian tersebut terdiri dari mahasiswa yang tinggal bersama orangtua maupun yang tinggal terpisah dari orangtua. Penelitian Choi 2002 pada 170 mahasiswa Korea-Amerika tahun pertama hingga tahun keempat di Amerika Serikat menunjukkan hasil bahwa aspek kebebasan emosional, fungsional, dan sikap berhubungan negatif dengan keseluruhan dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi. Penelitian Hilmawati dan Susiati 2015 memaparkan bahwa aspek kebebasan emosional berhubungan negatif dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi dalam dimensi sosial pada 68 mahasiswa psikologi Universitas Padjajaran. Hasil penelitian Lapsley dan Edgerton 2002 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aspek kebebasan emosional, fungsional, dan sikap dari sosok ibu dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi dalam dimensi sosial dan personal-emosional pada 156 mahasiswa tahun pertama hingga tingkat ketiga di sebuah universitas di Kanada. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan hubungan yang beragam positif, negatif, signifikan, dan tidak signifikan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hubungan yang beragam merupakan akibat dari alat ukur yang berbeda dan pengukuran pemisahan psikologis yang tidak memisahkan antara ayah dan ibu. Beberapa penelitian hanya mengukur sebagian aspek pemisahan psikologis dan dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi. Penelitian-penelitian tersebut memiliki cacah responden yang berbeda serta melibatkan responden dari berbagai tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan latar belakang budaya. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini hendak menguji hubungan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan mengukur seluruh aspek dan dimensi yang mendasari kedua variabel tersebut. Penelitian ini juga hendak memperkaya informasi mengenai hubungan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan memfokuskan responden pada mahasiswa tahun pertama di Indonesia yang merantau, serta hanya mengukur pemisahan psikologis mahasiswa dari sosok ibu.

F. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA PEMISAHAN PSIKOLOGIS