F. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA PEMISAHAN PSIKOLOGIS
DAN PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI
Pemisahan psikologis adalah kemampuan seseorang untuk memiliki rasa diri sebagai individu yang berbeda dan terlepas dari orangtua, dengan tetap
menjalin hubungan baik dengan orangtua. Dalam penelitian ini, pemisahan psikologis terdiri dari lima aspek yaitu kebebasan konfliktual, kebebasan
emosional, kebebasan fungsional, kebebasan sikap, dan keterhubungan.
Mahasiswa perantau tahun pertama dengan pemisahan psikologis yang baik menunjukkan bahwa mereka memiliki kelima aspek tersebut.
Kebebasan konfliktual mengindikasikan bahwa mahasiswa bebas dari perasaan bersalah, cemas, terkekang, marah, tanggung jawab, dan tidak suka
yang berlebihan terhadap orangtua. Kebebasan mahasiswa bebas dari perasaan negatif yang berlebihan terhadap orangtua berkaitan dengan
kemampuan mahasiswa untuk mengontrol emosi dengan baik. Kebebasan mahasiswa dari perasaan terkekang yang berlebihan oleh
orangtua berhubungan
dengan kemampuan
mahasiswa untuk
mengaplikasikan motivasi akademik, terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, dan menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan
tinggi. Mahasiswa tidak merasa dibatasi oleh orangtua dalam melakukan suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan di perguruan tinggi. Perasaan
tersebut berkaitan dengan kepuasan mahasiswa terhadap status mereka
sebagai mahasiswa.
Kebebasan emosional menunjukkan bahwa mahasiswa bebas dari kebutuhan akan persetujuan, kedekatan, dan dukungan emosional yang
berlebihan dari orangtua. Kebebasan dari kebutuhan akan persetujuan yang berlebihan dari orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk
mengaplikasikan motivasi akademik, terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, dan menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan
tinggi. Mahasiswa mampu mempertanggungjawabkan tindakan mereka, sehingga mereka tidak lagi memerlukan persetujuan yang berlebihan dari
orangtua.
Kebebasan dari kebutuhan akan kedekatan yang berlebihan dengan orangtua berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk menjalin
hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa menyadari bahwa mereka mampu menjalin kedekatan dengan orang lain,
bukan hanya dengan orangtua. Kebebasan dari kebutuhan akan dukungan emosional yang berlebihan dari orangtua berkaitan dengan kemampuan
mahasiswa untuk mengatasi tuntutan akademik dan mengatasi perubahan lingkungan sosial di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa mampu
mengatasi permasalahan tanpa memerlukan keterlibatan orangtua secara
emosional.
Kebebasan fungsional mengindikasikan bahwa mahasiswa mampu mengatasi masalah, mengambil keputusan, serta memenuhi kebutuhan tanpa
bantuan dari orangtua. Kemampuan untuk mengatasi permasalahan tanpa bantuan orangtua berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk
mengatasi tuntutan akademik dan mengatasi perubahan lingkungan sosial. Mahasiswa mampu mencari solusi permasalahan tanpa melibatkan orangtua.
Kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa bantuan orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan motivasi
akademik, terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, dan menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa
mampu menentukan cara mengaplikasikan motivasi akademik yang dimiliki, mampu memutuskan kegiatan apa yang ingin diikuti, serta memutuskan
dengan siapa mereka berteman atau berhubungan tanpa perlu melibatkan orangtua. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orangtua
berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk memiliki kondisi fisik yang baik. Mahasiswa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa
bantuan orangtua. Kebebasan sikap menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki sikap, nilai,
dan keyakinan yang berbeda dari orangtua. Sikap, nilai, dan keyakinan yang berbeda dari orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk
mengaplikasikan motivasi akademik dan mengatasi tuntutan akademik. Sikap, nilai, dan keyakinan yang berbeda dari orangtua juga berhubungan
dengan kemampuan mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, menjalin hubungan dengan orang lain di perguruan tinggi, mengatasi
perubahan lingkungan sosial, serta memiliki persepsi yang positif terhadap tuntutan di perguruan tinggi. Mahasiswa memiliki sikap, nilai, dan keyakinan
yang lebih sesuai untuk menghadapi tuntutan di perguruan tinggi yang dijalani saat ini.
Keterhubungan mengindikasikan penilaian mahasiswa bahwa orangtua memahami, menghormati, mempercayai, dan bersedia berkomunikasi secara
terbuka dengan mereka. Penilaian mahasiswa bahwa orangtua memahami, menghormati, dan mempercayai mereka berhubungan dengan kemampuan
mahasiswa untuk mengaplikasikan motivasi akademik dan mengatasi tuntutan akademik. Penilaian tersebut juga berkaitan dengan kemampuan
mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi, dan mengatasi
perubahan lingkungan sosial. Mahasiswa menilai bahwa orangtua memahami dan menerima motivasi akademik yang mereka miliki, memahami dan
menerima kegiatan yang mereka ikuti, memahami hubungan sosial yang mereka inginkan, dan mempercayai tindakan yang mereka lakukan.
Keterhubungan juga menunjukkan bahwa mahasiswa memahami, menghormati, mempercayai, dan bersedia berkomunikasi secara terbuka
dengan orangtua. Kemampuan mahasiswa untuk memahami, menghormati, mempercayai, dan berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua berkaitan
dengan kemampuan mahasiswa untuk mengontrol emosi dengan baik. Mahasiswa mampu menerima orang lain sebagaimana adanya dan mampu
menjalin hubungan sosial dengan baik. Kemampuan tersebut berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan di perguruan
tinggi dan menjalin hubungan dengan orang lain di perguruan tinggi. Dengan
demikian, mahasiswa juga mampu memiliki kepuasan terhadap status mahasiswa.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pemisahan psikologis yang baik berkaitan dengan kemampuan mahasiswa tahun pertama yang merantau untuk
mengatasi tuntutan akademik dan interpesonal di perguruan tinggi, memberikan respon fisik dan psikologis yang baik terhadap berbagai tuntutan
di perguruan tinggi, serta memiliki perasaan positif terhadap institusi dan keberadaan mereka di perguruan tinggi. Dengan demikian, mahasiswa yang
berhasil melakukan pemisahan psikologis mampu memiliki penyesuaian diri di perguruan tinggi yang baik. Ringkasan dinamika hubungan antara
pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi dapat dilihat pada Bagan 1.
B
agan 1. Dinamika hubungan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi
Kebebasan Konfliktual bebas dari perasaaan bersalah, cemas, terkekang,
marah, tanggung jawab, dan tidak suka yang berlebihan terhadap orangtua
Kebebasan Emosional bebas dari kebutuhan akan persetujuan, kedekatan,
dan dukungan emosional yang berlebihan dari orangtua
Kebebasan Fungsional mampu mengatasi permasalahan, mengambil
keputusan, dan memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orangtua
Kebebasan Sikap memiliki sikap, nilai, dan keyakinan yang berbeda dari
orangtua
Pemisahan Psikologis
yang Baik Penyesuaian Diri
di Perguruan Tinggi yang Baik
Penyesuaian Diri Akademik mampu mengaplikasikan motivasi akademik,
memiliki prestasi akademik yang baik, mampu mengatasi tuntutan akademik
Penyesuaian Diri Sosial terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, mampu
menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi, mampu
mengatasi perubahan ligkungan sosial
Penyesuaian Diri Personal-Emosional mampu mengontrol emosi dengan baik,
memiliki persepsi positif terhadap tuntutan di perguruan tinggi, memiliki
kondisi fisik yang baik Kelekatan pada Institusi kepuasan
terhadap fakultas atau program studi, kepuasan terhadap universitas, kepuasan
terhadap status mahasiswa
Kemandirian
Kemampuan
menjalin hubungan
sosial
Keterhubungan menilai bahwa orangtua memahami, menghormati, mempercayai,
dan bersedia berkomunikasi secara terbuka; mampu memahami,
menghormati, mempercayai, dan bersedia berkomunikasi secara terbuka
dengan orangtua
G. HIPOTESIS PENELITIAN