Pengujian Hipotesis 1. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit

41 3.4.2. Pengujian Hipotesis 3.4.2.1. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit 1. X2-Chi Square Statistic Alat uji paling fundamental untuk mengukur overal fit adalah likelihood Ratio Chi-Square Statistic. Chi-Square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar lebih dari 200, statistic Chi-Square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang uji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi-Squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang kecil dan tidak signifkan. X2 bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.Penggunaan Chi-Square hanya sesuai bila ukuran antara 100 dan 200. Bila ukuran sampel ada di luar rentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji yang lain. 2. RMSEA-The Root Mean Square Error Of Approximation RMSEA adalah sebuah index yang dapat digunakan mengkompensasi Chi-Square Statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan Goodness-Of-Fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi ini RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan index untuk 42 dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan Degress Of Freedom. 3. GFI-Goodness of Fit Index GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Index kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matrix kovarians sampel yang dijelaskan oleh matrix kovarians populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 poor fit sampai dengan 1.0 perfect fit. Nilai yang tinggi dalam index ini menunjukkan sebuah ‘better fit’. 4. AGFI-Adjusted Goodness of Fit Index AGFI = GFIDF tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteri yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matrix kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik Good Overal Model Fit sedangkan besaran nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup Adequate fit. 5.TLI-Tucker Lewis Index TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model 43 adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan A Very Good Fit. 6. CMINDF sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMINDF tidak lain adalah statistik Chi-Square, X2 dibagi DF-nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X2 relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi. 7. CFI-Comparative Fit Index Besaran index ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi A Very Good Fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0,95. Keunggulan dari indeksi ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model.Indeks CFI adalah identik dengan Relative Noncentrality Index RNI. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Obyek

Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Menyusul krisis keuangan global yang menghantam hampir semua sektor industri termasuk industri makanan, industri kecap juga terkena imbasnya. Ditambah lagi pada 2008 lalu terjadi kenaikan harga bahan baku utama yaitu kacang kedelai akibat penyesuaian terhadap kenaikan harga bahan bakar. Disamping itu kenaikan harga komoditas di pasar internasional mengakibatkan inflasi yang tinggi dan melemahnya daya beli masyarakat. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan industri makanan termasuk industri kecap. Penurunan terjadi terutama pada segmen bawah karena kenaikan harga jual kecap seiring dengan kenaikan harga kacang kedelai sebagai bahan baku utama. Akibatnya sebagian produsen dari kecap segmen bawah untuk sementara tidak berproduksi, karena anjloknya permintaan konsumen dari kalangan ini. Sedangkan permintaan kecap dari segmen menengah atas tidak mengalami perubahan. Sehingga industri kecap segmen menengah atas tetap bersaing ketat. Namun demikian, persaingan di segmen menengah atas tersebut sekarang berlangsung secara lebih sehat. Sebab tidak lagi terjadi perang harga secara terbuka antara dua produsen besar yaitu Grup Heinz dengan Grup Wings, seperti yang terjadi tiga tahun belakangan ini. Semua produsen kecap