Perilaku Seksual 1. Pengertian Perilaku Seksual

yang baik, serta persiapan mental sebelum memasuki perkawinan. Ada juga undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai batasan usia perkawinan adalah yaitu Undang-Undang No. 11974 Pasal 7 ayat 1 yang berbunyi “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun”. J.T. Fawcett 1973 mengatakan beban cost dan hambatan barriers juga menjadi faktor tertundanya usia perkawinan dari sisi individunya. Perkawinan menjadi beban bagi individu karena hilangnya kebebasan dan mobilitas pribadi, bertambahnya kewajiban dan usaha, serta bertambahnya bebas ekonomi. Sedangkan yang dianggap hambatan adalah kebiasaan dan norma yang menyulitkan perkawinan, adanya piilihan lain selain menikah, hukum yang dianggap mempersulit perkawinan maupun perceraian, adanya keserbabolehan seksual, serta undang-undang yang membatasi usia minimum perkawinan. c. Tabu atau Larangan Seksualitas masih menjadi hal yang tabu di Indonesia, dimana norma agama masih melarang seseorang melakukan hubungan seks pra nikah. Psikoanalisis melihat seksualitas dianggap tabu karena seks merupakan dorongan yang bersumber dari “id”. Dorongan-dorongan seksual ini bertentangan dengan moral yang ada di dalam “superego”, sehingga dorongan ini harus ditekan dan tidak boleh dimunculkan ke orang lain dengan tingkah laku terbuka. d. Kurangnya Informasi tentang Seks Seksualitas yang masih dianggap tabu ini juga berpengaruh pada sulitnya remaja atau bahkan orang tua untuk berdiskusi mengenai seksualitas. Remaja yang tidak mendapatkan penjelasan mengenai seksualitas dari orang tua maupun tenaga pendidik membuat remaja mencari informasi melalui media massa lain. Media massa ini dipilih karena mudahnya akses untuk mencari informasi, walaupun belum tentu informasi tersebut benar. e. Pergaulan Semakin Bebas Pada tahun 1987 pergaulan remaja antar jenis kelamin di Jakarta menunjukkan bahwa remaja dalam berpacaran selain berpegangan tangan dengan pacarnya, mereka juga berciuman, meraba payudara, memegang alat kelamin, serta berhubungan seks. Rex Forehand dalam Sarwono, 2012 mengatakan bahwa pengawasan dari orang tua dibutuhkan agar dapat memantau pergaulan anak.

4. Karakteristik Remaja yang Aktif Secara Seksual

Berk 2012 mengatakan aktivitas seksual remaja seringkali dikaitkan dengan beberapa hal di bawah ini, yaitu: a. Pengaruh perkembangan diri Pengaruh perkembangan dari diri ini meliputi kontrol pribadi yang lemah dan pubertas dini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Pengaruh keluarga Kondisi keluarga yang mempengaruhi aktivitas seksual remaja meliputi perceraian keluarga, keluarga dengan orang tua tunggal, tinggal dengan keluarga besar, keterlibatan dalam aktivitas keagamaan, pengawasan lemah dari orang tua, hubungan komunikasi anak – orang tua yang buruk dan saudara yang aktif secara seksual. c. Teman sebaya Teman sebaya yang juga aktif secara seksual dapat memicu remaja untuk semakin melakukan aktivitas seksualnya. d. Pendidikan Prestasi buruk di sekolah dan kecenderungan untuk melakukan tindakan yang melanggar norma.

C. Remaja 1. Pengertian Remaja

Remaja merupakan periode transisi masa perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan- perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Perubahan-perubahan yang dialami ini mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga proses berpikir abstrak dan kemandirian Santrock, 2007. World Health Organization atau WHO dalam Sarwono, 2012 mengemukakan remaja adalah suatu masa dimana: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri Muangman, 1980: 9 WHO menetapkan batas usia remaja adalah 10 – 20 tahun, dimana usia 10-14 tahun merupakan remaja awal dan usia 15-20 tahun remaja akhir. Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda Sarwono, 2012. Sarwono sendiri mengatakan bahwa batasan usia remaja Indonesia adalah usia 11-24 tahun dan belum menikah. Hurlock 1955 menuliskan bahwa usia remaja dimulai dari usia 13 atau 14 tahun hingga 18 tahun. Papalia 2008 rentang usia yang lebih luas dari Hurlock, yaitu dimulai dari 11 atau 12 tahun hingga sekitar 20 tahun. Steinberg 2002 dan Santrock 2007 juga memiliki batasan usia yang hampir serupa dengan Papalia. Santrock 2007 menuliskan bahwa batasan usia remaja dimulai dari usia 10 tahun hingga 21 tahun, dimana pembagiannya adalah 10 – 13 tahun termasuk remaja awal; 14 - 17 tahun adalah remaja pertengahan; dan 18 - 21 tahun termasuk remaja akhir. Steinberg 2002 juga memiliki pembagian usia remaja yang hampir sama dengan Santrock yaitu remaja awal 10 – 13 tahun; remaja pertengahan 14 – 18 tahun; dan remaja akhir 19 – 22 tahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan teori-teori di atas, peneliti merumuskan remaja sebagai sebuah proses peralihan dan berkembangnya individu yang terkait dengan kondisi biologis, kognitif, psikologis, serta sosio ekonomi menjadi lebih mandiri. Peneliti juga mengambil batasan usia remaja rata-rata yang dikemukakan para ahli yaitu usia 11 tahun hingga 21 tahun dan belum menikah.

2. Aspek Remaja

Berk 2012 mengatakan bahwa ada beberapa aspek dalam perkembangan remaja yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Perkembangan Fisik Meningkatnya hormon pertumbuhan dan hormon seks pada remaja membuat pertumbuhan badan remaja menjadi cukup pesat. Pertumbuhan fisik remaja ini berkaitan dengan pertumbuhan tubuh secara keseluruhan dan kematangan ciri seksual remaja. Pada remaja laki-laki, pertumbuhan tubuhnya meliputi pertumbuhan otot, ukuran tubuh, serta pembesaran dada sementara, sedangkan ciri seksualnya meliputi penis dan testis yang membesar, perubahan suara, pertumbuhan bulu ketiak, rambut wajah dan tubuh, serta mengalami keluarnya sperma untuk pertama kalinya yang disebut spermache atau mimpi basah. Pada remaja perempuan, pertumbuhan fisik ini terlihat dengan menumpuknya lemak pada tubuh remaja dan mulai terbentuknya bentuk tubuh yang feminin. Ciri seksual pada remaja perempuan yang berkembang adalah pertumbuhan payudara, rambut kelamin, bulu ketiak, berkembangnya payudara, rahim dan vagina menjadi matang, serta mengalami menstruasi menarche untuk pertama kalinya. Perubahan fisik pada remaja ini dapat menjadi pemicu ketertarikan antar lawan jenis. Perkembangan fisik pada remaja ini dipengaruhi oleh status ekonomi sosial remaja, dimana remaja yang tinggal di lingkungan berkecukupan akan mengalami pubertas lebih awal. Perkembangan fisik remaja juga dipengaruhi oleh asupan gizi yang didapatkan remaja, keadaan konflik di keluarga, maupun berat badan yang dimiliki remaja, apakah remaja tersebut mengalami obesitas atau rajin berolahraga. b. Perkembangan Kognitif Piaget dalam Berk, 2012 mengatakan bahwa remaja mulai memasuki tahap operasional formal, dimana remaja mulai berpikir abstrak, sistematis dan ilmiah. Perkembangan kognitif dimasa remaja menjadikan remaja mampu melakukan penalaran hipotetis deduktif, dimana remaja mencari kemungkinan-kemungkinan atau hipotesis dan mampu menarik kesimpulan dari masalah-masalah yang ditemuinya. Remaja juga memiliki kemampuan pemikiran proposisional, dimana remaja mampu mengevaluasi logika proposisi atau pernyataan verbal tanpa mengacu pada kenyataan. Kemampuan remaja untuk merefleksikan pemikiran mereka sendiri, ditambah dengan perkembangan fisik dan psikologis, diyakini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Piaget menjadikan remaja lebih memikirkan diri mereka sendiri. Egosentrisme remaja ini memunculkan citra yang keliru dari remaja tentang hubungan antara diri dan orang lain. Elkind dan Bowen dalam Berk, 2012 menyatakan distorsi kognitif yang pertama adalah Imaginary Audience dimana remaja meyakini bahwa dirinya menjadi fokus perhatian orang lain dan semua orang memantaunya. Hal ini membuat remaja memperhatikan secara detail mengenai penampilan dirinya dan menjadi sensitif terhadap kritik publik. Distorsi kognitif yang kedua adalah Personal Fabel dimana remaja merasa dirinya penting dan istimewa karena remaja merasa diperhatikan oleh orang lain. Merasa dirinya menjadi orang yang penting dan istimewa ini membuat remaja menganggap dirinya berkuasa. Perasaan berkuasa ini memprediksikan penghargaan diri dan penyesuaian diri yang positif pada remaja. Merasa mampu dan merasa dirinya penting ini dapat membantu remaja menghadapi tantangan yang dihadapinya. Akan tetapi, perasaan remaja akan keunikan dirinya dapat berhubungan dengan perasaan depresi dan pikiran untuk bunuh diri, serta dapat menghambat terbentuknya hubungan akrab dan dukungan sosial. Merasa diri unik ini jika bertemu dengan kepribadian yang senang mencari sensasi akan membuat remaja semakin merasa dirinya istimewa dan kebal terhadap perilaku berisiko pada remaja. Remaja yang merasa diri unik dan senang mencari sensasi, menjadikan remaja cenderung lebih berani melakukan perilaku seksual berisiko, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI