Deskripsi Data Penelitian Hubungan antara persepsi pengawasan orang tua bekerja dan perilaku seksual remaja di Batam.

Peneliti menambahkan pertanyaan tidak wajib mengenai pasangan subjek ketika melakukan perilaku seksual. Peneliti meminta subjek untuk menjawab pertanyaan tersebut apabila subjek pernah melakukan minimal salah satu perilaku seksual berpasangan. Ada 63 subjek dari total subjek keseluruhan yang menjawab pertanyaan tambahan tersebut. Dapat dilihat dari tabel data pasangan perilaku seksual subjek penelitian bahwa 82,53 subjek mengaku melakukan perilaku-perilaku seksual bersama dengan pacar atau mantan pacar, 14,28 mengaku melakukan bersama teman dan 3,17 melakukannya bersama pacar dan teman.

2. Analisis Tambahan Data Penelitian

Ada beberapa analisis tambahan dari data penelitian yang berkaitan dengan kelompok subjek menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta status berpacaran subjek penelitian. Berikut tabel serta penjelasan dari masing-masing analisis subjek: Tabel 4.9. Deskripsi Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin Variabel Subjek n Mean Empirik Mean Teoritik Sig. Pengawasan Orang Tua Perempuan 133 77,74 65 0,000 Laki-laki 120 73,97 65 0,000 Perilaku Seksual Perempuan 133 26,92 84,5 0,000 Laki-laki 120 31,04 84,5 0,000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel deskripsi data penelitian menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa mean empirik pengawasan orang tua pada subjek perempuan sebesar 77,74 sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Mean empirik pengawasan orang tua pada subjek laki-laki sebesar 73,97 sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Hal ini menunjukkan bahwa mean empirik pengawasan orang tua pada kedua kelompok subjek lebih tinggi daripada mean teoritiknya. Nilai signifikansi pengawasan orang tua yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua pada kedua kelompok subjek yakni perempuan dan laki-laki dapat dikatakan tergolong tinggi dan signifikan. Pada variabel perilaku seksual, dapat dilihat bahwa skor mean empirik yang diperoleh subjek perempuan maupun laki-laki lebih kecil dibanding skor mean teoritiknya. Pada subjek perempuan mean empirik sebesar 26,92 dan mean teoritik sebesar 84,5 sedangkan pada subjek laki- laki mean empirik sebesar 31,04 dan mean teoritik sebesar 84,5. Nilai signifikansi perilaku seksual yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seksual pada dua kelompok subjek yakni perempuan dan laki-laki tergolong rendah dan signifikan. Gambar 4.1. Diagram Data Penelitian Menurut Jenis Kelamin Jika dilihat dari diagram data penelitian menurut jenis kelamin di atas, subjek perempuan mendapatkan pengawasan orang tua yang lebih tinggi dibanding subjek laki-laki, akan tetapi perilaku seksual subjek perempuan lebih rendah dibanding subjek laki-laki. Gambar 4.2. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Jenis Kelamin 20 40 60 80 100 Pengawasan Orang Tua Perilaku Seksual Perempuan Laki-laki 5 10 15 20 25 30 35 Perempuan Laki-laki Dari diagram data penelitian perilaku seksual menurut jenis kelamin dapat dilihat bahwa perilaku seksual subjek laki-laki lebih tinggi dari subjek perermpuan, terutama pada perilaku sexual self stimulation atau masturbasi. Tabel 4.10. Tabel Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan Variabel Subjek n Mean Empirik Mean Teoritik Sig. Pengawasan Orang Tua SMP 74 75,80 65 0,000 SMASMK 162 75,92 65 0,000 Mahasiswa 17 76,96 65 0,000 Perilaku Seksual SMP 74 27,08 84,5 0,000 SMASMK 162 29,60 84,5 0,000 Mahasiswa 17 29,82 84,5 0,000 Berdasarkan data pada tabel 4.10, dapat kita lihat bahwa mean empirik pengawasan orang tua dari 3 kelompok subjek lebih besar daripada mean teoritik. Mean empirik yang diperoleh subjek SMP sebesar 75,80, subjek SMASMK sebesar 75,92, subjek mahasiswa sebesar 76,96, sedangkan mean teoritiknya sebesar 65. Mean empirik yang lebih besar daripada mean teoritik ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan ketiga kelompok subjek tergolong tinggi. Nilai signifikansi pengawasan orang tua yang diperoleh ketiga kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan ketiga kelompok subjek tergolong tinggi dan signifikan. Pada variabel perilaku seksual, ketiga kelompok subjek mendapatkan mean empirik yang lebih kecil daripada mean teoritiknya. Mean empirik subjek SMP sebesar 27,08, subjek SMA sebesar 29,60, subjek mahasiswa sebesar 29,82, sedangkan mean teoritiknya sebesar 84,5. Mean empirik yang lebih kecil daripada mean teoritik ini menunjukkan bahwa perilaku seksual ketiga kelompok subjek tergolong rendah. Nilai signifikansi perilaku seksual yang diperoleh ketiga kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual ketiga kelompok subjek tergolong rendah dan signifikan. Gambar 4.3. Diagram Data Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan Diagram data penelitian menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan subjek SMP, SMASMK 20 40 60 80 100 Pengawasan Orang Tua Perilaku Seksual SMP SMASMK Mahasiswa maupun mahasiswa tidak terlalu jauh berbeda. Pada variabel perilaku seksual, dapat dilihat bahwa perilaku subjek SMP lebih rendah daripada SMASMK dan mahasiswa. Akan tetapi, perilaku seksual SMASMK dan mahasiswa tidak jauh berbeda. Gambar 4.4. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Tingkat Pendidikan Diagram data penelitian perilaku seksual menurut tingkat menunjukkan bahwa perilaku seksual subjek SMASMK dan mahasiswa lebih tinggi dari subjek SMP, dimana perilaku seksual subjek SMASMK dan mahasiswa hampir sama tingginya. Akan tetapi, perilaku seksual subjek mahasiswa lebih rendah dari subjek SMASMK pada beberapa perilaku, yakni sexual self stimulation atau masturbasi, oral genital stimulation, dan sexual intercourse atau bersenggama. 5 10 15 20 25 30 35 SMP SMASMK Mahasiswa Tabel 4.11. Data Penelitian Menurut Status Berpacaran Variabel Subjek n Mean Empirik Mean Teoritik Sig. Pengawasan Orang Tua Pernah Berpacaran 156 76,11 65 0,000 Belum Pernah Berpacaran 97 75,70 65 0,000 Perilaku Seksual Pernah Berpacaran 156 30,31 84,5 0,000 Belum Pernah Berpacaran 97 26,56 84,5 0,000 Berdasarkan data pada tabel data penelitian menurut status berpacaran dapat kita lihat bahwa mean empirik pengawasan orang tua pada kedua kelompok subjek lebih besar daripada mean teoritik. Subjek yang mengatakan pernah berpacaran diperoleh mean empirik sebesar 76,11 sedangkan mean teoritiknya 65. Subjek yang belum pernah berpacaran, mean empiriknya sebesar 75,70 dan mean teoritiknya sebesar 65. Mean empirik pengawasan orang tua yang lebih besar daripada mean teoritik ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang diperoleh kedua kelompok subjek tergolong tinggi. Nilai signifikansi pengawasan orang tua yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua yang didapatkan kedua kelompok subjek tergolong tinggi dan signifikan. Pada variabel perilaku seksual, mean empirik yang diperoleh kedua kelompok subjek lebih kecil daripada mean teoritiknya. Mean empirik yang diperoleh subjek yang pernah berpacaran sebesar 30,11 dan subjek yang belum pernah berpacaran sebesar 26,56 sedangkan mean teoritik yang diperoleh sebesar 84,5. Mean empirik yang lebih kecil dari mean teoritik ini menunjukkan bahwa perilaku seksual yang diperoleh kedua kelompok subjek tergolong rendah. Nilai signifikansi perilaku seksual yang diperoleh kedua kelompok subjek sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa mean empirik dan mean teoritik signifikan berbeda. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual kedua kelompok subjek tergolong rendah dan signifikan. Gambar 4.5. Diagram Data Penelitian Menurut Status Berpacaran Berdasarkan diagram data penelitian menurut status berpacaran di atas, dapat dilihat bahwa pengawasan yang didapatkan subjek pernah berpacaran maupun yang belum pernah berpacaran tidak terlalu jauh berbeda. Akan tetapi, subjek yang pernah berpacaran memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi dari subjek yang belum pernah berpacaran. 10 20 30 40 50 60 70 80 Pengawasan Orang Tua Perilaku Seksual Pernah Berpacaran Belum Pernah Berpacaran Gambar 4.6. Diagram Data Penelitian Perilaku Seksual Menurut Status Berpacaran Diagram data penelitian perilaku seksual menurut status berpacaran menunjukkan bahwa perilaku seksual subjek yang pernah berpacaran lebih tinggi dari subjek yang belum pernah berpacaran. Hal ini terjadi di semua perilaku seksual yang diteliti.

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov- Smirnov Test melalui program SPSS for windows versi 16.00. Data penelitian dikatakan normal apabila nilai signifikansi p lebih besar dari 0,05 Sugiyono, 2015. Berikut tabel hasil uji normalitas: 5 10 15 20 25 30 35 Pernah Berpacaran Belum Pernah Berpacaran Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian Variabel Kolmogorov- Smirnov Z Asymp. Sig 2-tailed Pengawasan Orang Tua 0,900 0,393 Perilaku Seksual 4,614 0,000 Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa siginifikansi pengawasan orang tua sebesar 0,393. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua memiliki sebaran data yang normal. Pada perilaku seksual signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data yang dimiliki perilaku seksual tidak normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat linearitas hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Uji linearitas ini dilakukan menggunakan test for linearity melalui program SPSS for windows versi 16.00. Hubungan kedua variabel dikatakan linear jika signifikansi p lebih kecil dari 0,05. Berikut tabel hasil uji linearitas: Tabel 4.13. Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel F Sig. Pengawasan Orang tua Perilaku Seksual Combined 1.165 0,238 Linearity 7.794 0,006 Deviation from Linearity 1.014 0,456 Berdasarkan hasil uji linearitas di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi p pengawasan orang tua dengan perilaku seksual sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pengawasan orang tua dengan perilaku seksual linear. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan pengujian korelasi Spearman’s Rho melalui program SPSS for windows versi 16.00. Hal ini dikarenakan sebaran data perilaku seksual tidak terdistribusi normal. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan pengujian satu ekor 1-tailed dikarenakan hipotesis sudah berarah. Berikut ini tabel hasil uji hipotesis: Tabel 4.14. Hasil Uji Hipotesis Penelitian Variabel Correlation Coefficient Sig. 1-tailed Pengawasan Orang Tua Perilaku Seksual -0,238 0,000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis di atas, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi pengawasan orang tua dan perilaku seksual sebesar - 0,238 dengan nilai signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengawasan orang tua dan perilaku seksual. Semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin rendah perilaku seksual, begitu juga sebaliknya. Hipotesis penelitian ini diterima.

E. Pembahasan

Hasil uji hipotesis ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengawasan orang tua dan perilaku seksual yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pengawasan orang tua maka semakin rendah perilaku seksual. Semakin rendah pengawasan orang tua maka semakin tinggi perilaku seksual remaja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Diclemente, Wingood, Crosby, Sionean, Cobb, Harrington, dan Oh 2001 yang melihat pengaruh rendahnya pengawasan orang tua pada perilaku kesehatan remaja yang berbahaya. Diclemente dkk. 2001 menemukan bahwa ada hubungan antara rendahnya pengawasan orang tua dengan perilaku kesehatan yang berbahaya pada remaja. Diclemente dkk. 2001 mengatakan remaja yang mendapatkan pengawasan orang tua yang rendah akan lebih memungkinkan memiliki hasil tes yang positif untuk penyakit menular seksual, tidak menggunakan kondom pada hubungan seksual terakhir, memiliki beberapa pasangan seksual dalam waktu 6 bulan terakhir, memiliki pasangan seksual yang berisiko, memiliki pasangan seksual yang baru dalam 30 hari terakhir, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi selama hubungan seksual terakhir. Selain perilaku seksual berbahaya, Diclemente dkk. juga menemukan bahwa remaja yang mendapat pengawasan orang tua yang rendah pernah menggunakan ganja dan menggunakan ganja lebih sering dalam 30 hari terakhir, mengkonsumsi alkohol dan sering mengkonsumsi alkohol dalam 30 hari terakhir, pernah ditangkap atau ditahan, dan pernah terlibat dalam perkelahian dalam 6 bulan terakhir. Hasil asumsi pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan orang tua bekerja di kota Batam tergolong tinggi dan perilaku seksual remaja Batam masih tergolong rendah. Tingginya tingkat biaya hidup di Batam yang memaksa kedua orang tua untuk bekerja dan tingginya angka seksualitas di Batam tidak serta merta mempengaruhi pengawasan orang tua dan perilaku seksual remaja Batam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun orang tua di Batam keduanya bekerja untuk memenuhi biaya hidup yang tinggi, orang tua tetap melakukan pengawasan terhadap anak remajanya. Kesibukan para orang tua bekerja ini tidak begitu saja mengurangi pengetahuan orang tua akan kegiatan remajanya dan tidak menurunkan kualitas hubungan orang tua dan anak. Orang tua bekerja di Batam masih dapat mengatur stres bekerja sehingga suasana di rumah tetap hangat dan dapat membangun hubungan orang tua anak yang mendukung. Sebagian besar subjek mengatakan bahwa subjek masih tinggal bersama orang tua. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI