populasi sasaran ada sebanyak 28 bank dan seluruh bank dalam populasi sasaran untuk periode saat Pemerintahan Jokowi akan menjadi sampel
dalam penelitian ini. Daftar bank yang menjadi sampel untuk periode saat Pemerintahan Jokowi periode tahun 2014 dapat dilihat pada bagian
lampiran II. Daftar data mengenai risiko nilai tukar bank sebelum Pemerintahan Jokowi periode tahun 2010-2013 dapat dilihat pada bagian
lampiran III. Data mengenai kinerja keuangan yang dalam penelitian ini diukur melalui laba bersih setelah pajak bank untuk periode tahun 2010-
2013, dapat dilihat pada bagian lampiran IV. Sedangkan untuk data mengenai risiko nilai tukar bank saat Pemerintahan Jokowi periode tahun
2014 dapat dilihat pada lampiran V. Data mengenai kinerja keuangan bank untuk periode tahun 2014 dapat dilihat pada bagian lampiran VI.
2. Melakukan Uji Statistik Deskriptif
a. Statistik Deskriptif Risiko Nilai Tukar Sebelum Pemerintahan
Jokowi
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil uji statistik deskriptif risiko nilai tukar bank sebelum Pemerintahan Jokowi.
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Risiko Nilai Tukar Bank Sebelum Jokowi
Risiko2010 Risiko2011
Risiko2012 Risiko2013
N Valid
24 24
24 24
Missing Mean
100178797370 112786653575
129333023132 167727977357
Range 731590000000
802337000000 1095671000000 2165604000000 Minimum
-1281000000 -2421000000
-10312000000 -138562000000
Maximum 730309000000
799916000000 1085359000000 2027042000000
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah, 2016
Grafik 5.1 Grafik Risiko Nilai Tukar Bank Sebelum Jokowi
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah, 2016
Pada tabel 5.1 angka 24 menunjukkan jumlah data yang valid sah untuk diproses, sedangkan angka nol 0 menunjukkan jumlah data yang
hilang missing. Hal ini berarti semua data diproses dan tidak ada data yang
hilang. Rata-rata
risiko nilai
tukar 2010
adalah Rp
100.178.797.370,00 dengan range yang merupakan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar Rp 731.590.000.000,00. Risiko nilai
tukar tertinggi pada 2010 yang dialami oleh bank-bank yang menjadi
Rp500,000,000,000 Rp-
Rp500,000,000,000 Rp1,000,000,000,000
Rp1,500,000,000,000 Rp2,000,000,000,000
Rp2,500,000,000,000 Tahun 2010
Tahun 2011 Tahun 2012
Tahun 2013
sampel penelitian adalah Rp 730.309.000.000,00. Risiko tersebut dialami oleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk dengan kode emiten BBRI,
sedangkan risiko nilai tukar bank terendah selama tahun 2010 adalah Rp 1.281.000.000,00. Risiko tersebut dialami oleh Bank Woori Saudara
Indonesia 1906 Tbk dengan kode SDRA. Rata-rata risiko nilai tukar 2011 adalah Rp 112.786.653.575,00
dengan range yang merupakan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar Rp 802.337.000.000,00. Risiko nilai tukar tertinggi
pada 2011 yang dialami oleh bank-bank yang menjadi sampel penelitian adalah Rp 799.916.000.000,00. Risiko tersebut dialami oleh Bank
Mandiri Persero Tbk dengan kode emiten BMRI, sedangkan risiko nilai tukar bank terendah selama tahun 2011 adalah Rp 2.421.000.000,00.
Risiko tersebut dialami oleh Bank Capital Indonesia Tbk dengan kode BACA.
Rata-rata risiko nilai tukar 2012 adalah Rp 129.333.023.132,00 dengan range yang merupakan jarak antara nilai maksimum dan
minimum sebesar Rp 1.095.671.000.000,00. Risiko nilai tukar tertinggi pada 2012 yang dialami oleh bank-bank yang menjadi sampel penelitian
adalah Rp 1.085.359.000.000,00. Risiko tersebut dialami oleh Bank Mandiri Persero Tbk dengan kode emiten BMRI, sedangkan risiko nilai
tukar bank terendah selama tahun 2012 adalah Rp 10.312.000.000,00. Risiko tersebut dialami oleh Bank J Trust Indonesia Tbk dengan kode
BCIC. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rata-rata risiko nilai tukar 2013 adalah Rp 167.727.977.357,00 dengan range yang merupakan jarak antara nilai maksimum dan
minimum sebesar Rp 2.165.604.000.000,00. Risiko nilai tukar tertinggi pada 2013 yang dialami oleh bank-bank yang menjadi sampel penelitian
adalah Rp 2.027.042.000.000,00. Risiko tersebut dialami oleh Bank Mandiri Persero Tbk dengan kode emiten BMRI, sedangkan risiko nilai
tukar bank terendah selama tahun 2013 adalah Rp 138.562.000.000,00. Risiko tersebut dialami oleh Bank Danamon Indonesia Tbk dengan kode
BDMN. Pada grafik 5.1 dapat dilihat bahwa dari seluruh bank yang menjadi
sampel untuk periode sebelum Pemerintahan Jokowi Tahun 2010-2013 ada bank yang mengalami kenaikan risiko nilai tukar dari tahun ke tahun,
ada pula bank yang justru mengalami penurunan risiko nilai tukar dari tahun ke tahun. Ada sekitar 14 bank yang mengalami kenaikan risiko
nilai tukar, yaitu bank dengan kode emiten AGRO, BABP, BBCA, BBNI, BBNP, BBRI, BKSW, BMRI, BNBA, BNII, INPC, MAYA,
NISP, PNBN dan SDRA, sedangkan 6 bank justru mengalami penurunan, yaitu bank dengan kode emiten BCIC, BDMN, BNGA,
BSIM, MCOR dan MEGA serta sisanya sebanyak 3 bank selama periode tahun 2010-2013 risiko nilai tukar mengalami fluktuatif, yaitu bank
dengan kode emiten BACA, BBKP, dan BSWD. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan Sebelum Pemerintahan