kemungkinan melakukan kesalahan sebesar 5. Bila hasil analisis menunjukkan alfa 0,01 1 ada korelasi yang signifikan, maka pada alfa
0,05 5 sudah pasti ada korelasi yang signifikan meyakinkan. Sedangkan bila hasil menunjukan alfa 0,05 5 ada korelasi yang
signifikan, maka pada alfa 0,01 1 belum tentu ada korelasi yang signifikan meyakinkan.
Menurut Hasan 2002 rumus untuk menentukan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
∑ √ ∑
atau
∑ ∑ ∑ √ ∑
∑ ∑
∑
Keterangan: : Korelasi antara variabel X dan Y
: ̅ y
: ̅
n : Jumlah sampel
X : Variabel dependen Y : Variabel independen
4. Menganalisis Hasil Perhitungan Korelasi
Menurut Algifari 2013 untuk mengetahui keeratan hubungan korelasi antara dua macam variabel digunakan ukuran koefisien korelasi
r. Besarnya koefisien korelasi antara dua macam variabel adalah nol sampai ±1. Apabila dua buah variabel memiliki nilai r = 0, berarti antara dua
variabel tersebut tidak ada hubungan. Sedangkan apabila dua variabel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki r = ±1, berarti dua variabel tersebut memiliki hubungan yang sempurna. Tanda minus - pada nilai r menunjukkan hubungan yang
berlawanan arah apabila nilai variabel yang satu naik, maka nilai variabel yang lain turun. Sedangkan tanda plus + pada nilai r menunjukkan
hubungan yang searah apabila nilai variabel yang satu naik, maka nilai variabel yang lain juga naik. Semakin tinggi nilai r antara dua variabel
semakin mendekati -1 atau +1, maka tingkat keeratan hubungan antara dua variabel semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah nilai r antara dua
variabel semakin mendekati 0, maka tingkat keeratan hubungan antara dua variabel semakin lemah. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap
koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut ini:
Tabel 3.1 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisian Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono 2008: 231
5. Menganalisis Hasil Uji Hipotesis
Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara risiko nilai tukar dan kinerja keuangan dapat dilakukan dengan cara berikut, yaitu:
a. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas. Caranya dengan
membandingkan sig. 2-tailed atau nilai probabilitas variabel dengan 0,05. Dengan ketentuan sebagai berikut:
1 Bila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti tidak ada korelasi
yang signifikan H
o
diterima. 2
Bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 berarti ada korelasi yang signifikan H
o
ditolak. b.
Menggunakan penjelasan tanda bintang di bawah tabel sudut kiri. Tanda bintang hanya muncul bila ada korelasi yang signifikan, tetapi bila
tidak ada tanda bintang yang muncul berarti tidak ada korelasi yang signifikan.
41
BAB IV GAMBARAN PERUSAHAAN
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek di Indonesia pertama kali didirikan pada tahun 1912 pada jaman kolonial Belanda. Tujuan didirikannya Bursa Efek di Indonesia untuk
kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Sejak didirikan pada tahun 1912 perkembangan dan pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia tidak berjalan seperti
yang diharapkan oleh pemerintah Belanda, bahkan pada beberapa periode waktu kegiatan di Bursa Efek Indonesia sempat mengalami masa-masa sulit.
Pada tahun 1914-1918 Bursa Efek di Batavia sekarang Jakarta sempat ditutup selama terjadinya Perang Dunia I. Kemudian pada tahun 1925
– 1942 Bursa Efek di Jakarta kembali dibuka bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan
Bursa Efek di Surabaya. Namun, pada awal tahun 1939 karena adanya isu politik Perang Dunia II Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup dan
hanya berselang beberapa tahun pada tahun 1942-1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama terjadinya Perang Dunia II. Pada tahun 1956-1977
karena adanya program nasionalisasi perusahaan Belanda Bursa Efek di Indonesia semakin tidak aktif yang kemudian mengakibatkan perdagangan di
Bursa Efek menjadi vakum untuk beberapa tahun. Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10
Agustus 1977. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah pengawasan BAPEPAM Badan Pelaksana Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga