Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Ruang ICU RSUP. H. Adam Malik

kerja diartikan sebagai patients days yang merujuk pada jumlah prosedur, pemeriksaan kunjungan visite pada klien. Semakin banyak aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan, maka beban kerja semakin besar, tetapi tidak demikian yang terjadi pada saat penelitian dilakukan

5.2 Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Ruang ICU RSUP. H. Adam Malik

Medan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 92,1 perawat yang perilakunya caring behavior dan 7,9 perawat pelaksana yang perilakunya Non caring behavior. Sedangkan perilaku caring perawat per ICU ditemukan pada ICU dewasa sebesar 86,3 perawat pelaksana dengan perilaku caring behavior dan sebesar 7,0 perawat pelaksana yang perilakunya non caring behavior. Pada Ruang ICU pasca bedah ditemukan sebesar 86,3 perawat pelaksana dengan perilaku caring behavior dan sebesar 10,9 perawat pelaksana dengan perilaku non caring behavior. Pada ruang ICU anak ditemukan sebesar 95,8 perawat pelaksana dengan perilaku caring behavior dan sebesar 4,2 perawat pelaksana yang perilaku non caring behavior. Pada ruang ICU jantung tidak ditemukan perawat pelaksana dengan perilaku non caring behavior dan secara keseluruhan pengamatan ditemukan sebesar 92,1 perawat pelaksana dengan perilaku caring behavior dan sebesar 7,1 perawat pelaksana yang perilakunya non caring behavior. Caring adalah cara memperlakukan individu sebagai manusia seutuhnya. Universita Sumatera Utara Pada hasil yang didapat terlihat bahwa rata-rata perilku caring perawat cukup baik dan masih ditemukan di RSUP. H. Adam Malik Medan perawat dengan perilaku non caring behavior, tetapi dengan persentase yang kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata perilaku caring pada setiap shift adalah caring behavior dan setiap ruang ICU sudah melakukan caring dengan baik dalam melakukan asuhan keperawatan. Hal ini sangat sesuai dengan teori Watson Tomey, 2006 bahwa caring merupakan suatu sikap ideal moral yang harus dimiliki perawat dalam membina hubungan interpersonal dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Berdasarkan pengamatan penulis,Perawat ICU dewasa, ICU pasca bedah, ICU anak, lebih sedikit menggunakan komunikasi interpersonal sebagai sarana efektif perilaku caring karena Pasien ICU adalah pasien dalam kondisi kritis, tidak sadarkoma, tingkat ketergantungan total,memakai beberapa alat monitor, sehinggga perawat ICU berperilaku caring tidak melalui komonikasi verbal saja tetapi melalui sikap tanggap perawat ketika merespon informasi dari monitor untuk melakukan berbagai prosedur pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan pasien. Pernyataan ini didukung dengan hasil penelitian Wilkin dan Slavin 2004, seorang perawat harus dapat memahami setiap informasi dan merespon informasi tersebut dipandang sebagai salah satu wujud caring kepada klien. Locsin, 2005, dalam penelitiannya bahwa kompetensi perawat terhadap teknologi dan pengaplikasiannya sebagai bentuk caring di ICU, karena informasi dapat digunakan perawat untuk melakukan pengkajian, dan evaluasi. Universita Sumatera Utara ICU jantung dengan perilaku caring paling baik, merawat pasien post operasi jantung, kondisi kritis, menggunakan alat-alat monitoring, tetapi pasien dalam keadaan sadar, sehingga Perawat dapat mengkomunikasikan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan perawat benar-benar mendapingi pasien sambil mengamati semua alat – alat monitor yang digunakan pasien. Pada penelitian ini didapatkan perilaku caring perawat di ICU mencapai 92,9 menunjukkan adanya peningkatan yang drastis jika dibandingkan dengan penelitian yang dikukan Qomariah, 2012, bahwa perilaku caring perawat hanya 53,3. Angka tersebut menunjukkan prestasi yang baik dari perawat dengan peningkatan mencapai 40.Hal ini mungkin erat hubungannya dengan persiapan yang dilakukan pihak rumah sakit termasuk perawat untuk pelaksanaan kegiatan akretasi internasional yang memang sudah dipersiapkan sejak setahun belakangan. kegiatan akreditasi tersebut Pengukuran perilaku caring dengan mengacu pada pengembangan dari faktor caratif Watson, 1979 yang mencakup pembentukan nilai humanistik dan altruistik, menanamkan sikap penuh harapan, menanamkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain, hubungan saling percaya dan saling membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, memperbaiki mental, sosiokultural dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomologis. Universita Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian dari sepuluh faktor-faktor caratif yang dinyatakan oleh Watson mayoritas pelaksanaan caratif caring yang telah dilakukan dengan baik. hasil pegamatan yang dilakukan menunjukkan perawat pelaksana telah memperlakukan pasien sebagai individu yaitu sebesar 88,4, telah menjadi tumpuan harapan bagi pasien sebesar 77,2, telah bersikap peka terhadap pasien sebesar 84,7, telah percaya dan membantu pasien masing- masing sebesar 83,6 dan 80,5, telah memberikan informasi kepada pasien sehingga pasien dapat mengambil keputusan dalam pengobatannya sebesar 68,8, dan telah memenuhi kebutuhan pasien dan menyatakan secara tak tertulis sebesar 80,4. Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, memberikan perhatian yang lebih kepada pasien, memiliki sikap yang empati, bersikap peka terhadap pasien, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan keperawatan. Perilaku caring sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit karena kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan Saputri, 2010. 5.3 Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU RSUP. H. Adam Malik Medan Uji yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Chi Square yaitu uji yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel kategorik Universita Sumatera Utara dan tidak dapat mengetahui kelompok mana yang memiliki resiko lebih besar antara kedua kategorik. Prinsip dasar uji Chi Square adalah untuk membandingkan frekwensi yang terjadi observasi dan frekwensi harapan ekspektasi, Bila nilai frekwensi observasi dan nilai harapan sama maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna signifikan tetapi bila nilai frekwensi observasi dan nilai frekwensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna signifikan. Pada penelitian ini frekwensi observasi adalah beban kerja perawat pelaksana dan frekwensi harapan adalah perilaku caring. Hasil uji Chi Square yang dilakukan terhadap data beban kerja perawat dan perilaku caring perawat menunjukkan p = 0,000 0,005 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan perilaku caring perawat pelaksana di ruangan ICU. Beban kerja perawat di ICU pada waktu penelitian dilakukan 88,9 kurang dari 360 menit .Sedangkan 11,1 lebih dari 360 menit. Data tersebut menunjukkan ada perawat yang bekerja melebihi waktu kerjanya yaitu sebesar 11,1. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan kelebihan waktu kerja yang terjadi bukan karena banyaknya aktifitas keperawatan yang harus dilakukan tetapi cendrung kepada karena adanya aktifitas kegiatan pribadi .Misalnya ada perawat yang mengurus anggota keluarganya yang sedang sakit, melengkapi segala keperluan untuk kegiatan kreditasi. Perawat dengan beban kerja lebih tersebut lebih banyak terjadi pada perawat shitf malam karena mempunyai jadwal kerja 12 jam, yang artinya lebih dari 360 menit. Sehingga peneliti dapat Universita Sumatera Utara menyimpulkan bahwa perawat dengan beban kerja ≤ 360 menit bersikap caring behavior dan perawat dengan beban kerja 360 menit bersikap non caring behavior. Penelitian ini sesuai dengan penelitan Julianti,2009 dalam penelitiannya tentang hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan penerapan perilaku caring perawat, bahwa perawat dengan perilaku caring tinggi rata rata beban kerjanya lebih sedikit dan perawat dengan perilaku caring rendah rata-rata beban kerjanya lebih tinggi. 5.4 Keterbatasan Penelitian 5.4.1 Proses Bantuan Tenaga ObserverPengamat