Tujuan Menghitung Beban Kerja Work Load Mengukur Beban Kerja Perawat

prestasi yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu. Gillies 1996 menyatakan bahwa untuk memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus mengumpulkan data tentang : jumlah pasien yang masuk pada unit itu setiap haribulantahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, di unit tersebut, rata- rata hari perawatan pasien, jenis tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien, frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memberikan tindakan keperawatan. Perkiraan beban kerja perawat pada tiap unit dapat dilakukan dengan mengumpulkan data tentang jumlah klien yang masuk pada unit itu setiap haribulantahun, kondisi atau tingkat ketergantungan klien di unit tersebut, rata- rata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan klien, frekuensi masing- masing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memberi tindakan keperawatan Gillies, 1996.

2.9 Tujuan Menghitung Beban Kerja Work Load

Menghitung beban kerja perawat memiliki beberapa alasan penting, seperti yang dikemukakan Gillies 1999, menyebutkan alasan diukurnya beban kerja perawat untuk mengkaji status kebutuhan perawatan klien, menentukan dan mengelola staf, kondisi kerja dan kualitas asuhan, menentukan dan mengeluarkan biaya alokasi sumber-sumber yang adekuat dan untuk mengukur hasil intervensi keperawatan.

2.10 Mengukur Beban Kerja Perawat

Untuk mengukur beban kerja dikembangkan berdasarkan sistem klasifikasi klien, Gillies, 1994. Perhitungan ini menghasilkan perhitungan beban Universita Sumatera Utara kerja yang lebih akurat karena dalam sistem klasifikasi klien dikelompokkan sesuai tingkat ketergantungan klien atau sesuai waktu, tingkat kesulitan serta kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Lebih jauh Swansburg Swansburg 1999 membagi tingkat ketergantungan klien menjadi lima kategori :

1. Kategori 1 Perawatan Mandiri

a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut : dapat melakukan makan, minum sendiri atau dengan bantuan yang minimal, merapikan diri dapat melakukan sendiri, dan kebutuhan eliminasi dapat ke kamar mandi sendiri serta mengatur kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri. b. Keadaan umum baik, masuk ke rumah sakit untuk prosedur diagnosik sederhana, check-up, bedah minor. c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan penjelasan untuk tiap prosedur tindakan, membutuhkan penjelasanorientasi waktu, tempat dan orang tiap shift. d. Tindakan dan pengobatan tidak ada atau hanya tindakan dan pengobatan sederhana.

2. Kategori 2 Perawatan Minimal

a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut : makanminum perawat membantu dalam mempersiapkan, masih dapat makan dan minum sendiri, merapikan diri perlu sedikit bantuan demikian juga dengan penggunaan urinal, kenyamanan posisi tubuh perlu sediikit bantuan. Universita Sumatera Utara b. Keadaan umum : tampak sakit sedang, perlu monitoring tanda-tanda vital, urine diabetik, drainage atau infus. c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dibutuhkan 5-10 menit setiap shift, klien mungkin sedikit bingung atau agitasi tetapi dapat dikendalikan dengan obat. d. Pengobatan dan tindakan diperlukan waktu 20-30 menit setiap shift. Diperlukan evaluasi terhadap aktifitas pengobatan dan tindakan. Perlu observasi status mental setiap 2 jam.

3. Kategori 3 Perawatan Moderat

a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut : makan dan minum disuapi, masih dapat mengunyah dan menelan makanan, merapikan diri tidak dapat dilakukan sendiri, eliminasi disediakan pispot atau urinal, ngompol dua kali setiap shift, kenyamanan posisi tergantung kepada perawat. b. Keadaan umum mencakup gejala sakit dapat hilang timbul, perlu observasi fisik dan emosi setiap 2-4 jam. Infus monitoring setiap 7 jam. c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi perlu 10-30 menit setiap shift, gelisah, menolak bantuan dapat dikendalikan dengan obat. d. Pengobatan dan tindakan perlu 30-60 menit per shift, perlu sering diawasi terhadap efek samping atau reaksi alergi. Perlu observasi status mental setiap 1 jam.

4. Kategori 4 Perawatan Ekstensif Semi Total

a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut : makan dan minum, tidak bisa mengunyah dan menelan, perlu sonde, Universita Sumatera Utara merapikan diri perlu dibantu semua, dimandikan, perawatan rambut dan kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering ngompol lebih dari dua kali setiap shift. Kenyamanan posisi perlu dibantu dua orang. b. Keadaan umum : tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah, gangguan sistem pernapasan akut, perlu sering dipantau. c. Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi : perlu lebih dari 30 menit setiap shift, klien gelisah, agitasi dan tidak dapat dikontrol atau dikendalikan dengan obat. d. Pengobatan atau tindakan : perlu lebih dari 60 menit per shift. Pengobatan lebih banyak dilakukan dalam satu shift. Observasi status mental perlu lebih sering kurang dari 1 jam.

5. Kategori 5 Perawatan Intensif Total

Klien yang termasuk dalam kategori ini memerlukan pengawasan secara intensif terus-menerus dalam setiap shift dan dilakukan satu perawatan untuk satu klien. Semua kebutuhan klien diurusdibantu oleh perawat.Johnson, 1984 dalam Swansburg and Swansburg, 1999. Sedangkan kebutuhan waktu untuk pendidikan kesehatan, pengobatan dan tindakan lain dijelaskan pada tabel 2. Universita Sumatera Utara Tabel 2.2. Kebutuhan Waktu untuk Pendidikan Kesehatan, Pengobatan dan Tindakan untuk Setiap Shift No. Kategori Pendidikan Kesehatan Pengobatan dan Tindakan Lain Jumlah 1 Mandiri Minimal asumsi 20’ Minimal asumsi 0’ 20’ 2 Minimal 5’-10’ 20’-30’ 40’ 3 Moderat 10’-30’ 30’-60’ 90’ 4 Semi total 30’ asumsi 50’ 60 asumsi 80 130’ 5 Total Klien di ICU Klien di ICU Waktu yang diperlukan untuk melakukan pendidikan kesehatan pada klien dengan kategori mandiri relatif lebih tinggi dari kategori klien minimal karena pada klien mandiri memerlukan pendidikan kesehatan yang terkait dengan perawatan diri di rumah discharge planning. Menurut Meyer dalam Gillies, 1994 dibutuhkan waktu 15 menit untuk pendidikan kesehatan. Untuk shift malam hari kegiatan langsung diterima oleh klien hanya berupa tindakan dan pengobatan, sebab klien perlu beristirahat dan tidur. Jadi pendidikan kesehatan pada umumnya diberikan pada shift pagi dan sore. Perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan atau klasifikasi klien dapat dilakukan berdasarkan kegiatan keperawatan selama memberi asuhan keperawatan. Kegiatan keperawatan seperti kegiatan keperawatan langsung dan kegiatan keperawatan tidak langsung Johnson, 1984 dalam Swansburg and Swansburg, 1999. Lebih lanjut Situmorang 1994, mengatakan bahwa kegiatan keperawatan selama memberikan asuhan keperawatan terbagi dalam tiga kategori, yaitu : Universita Sumatera Utara a. Kegiatan keperawatan langsung direct care Kegiatan keperawatan langsung adalah kegiatan yang difokuskan kepada klien dan keluarganya, meliputi komunikasi dengan klien dan keluarganya, pemeriksaan atau kontrol klien, mengukur tanda-tanda vital, tindakan atau prosedur keperawatan atau pengobatan, nutrisi dan eliminasi, kebersihan klien, mobilisasi, transfusi, serah terima klien, pemeriksaan specimen untuk pemeriksaan laboratorium, termasuk pendidikan kesehatan. Menurut Gillies 1994 kebutuhan waktu untuk perawatan langsung setiap klien adalah 4 jamhari, sedangkan untuk klasifikasi perawatan mandiri self care dibutuhkan waktu 1 2 x 4 jam = 2 jam; partial care dibutuhkan waktu 3 4 x 4 jam = 3 jam; total care dibutuhkan waktu 1-1 1 2 b. Kegiatan keperawatan tidak langsung indirect care x 4 jam = 4-6 jam; intensif care dibutuhkan waktu 2 x 4 jam = 8 jam. Penyuluhan kesehatan tiap klien = 0,25 jam. Kegiatan keperawatan tidak langsung indirect care adalah kegiatan yang tidak langsung pada klien tetapi berhubungan dengan persiapan atau kegiatan untuk melengkapi asuhan keperawatan seperti mendokumentasikan hasil pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun intervensi, mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah dilakukan, mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan, melakukan kolaborasi dengan dokter tentang program terapi, mempersiapkan status klien, mempersiapkan formulir untuk memeriksa laborariumradiologi, mempersiapkan alat untuk pelaksanaan tindakan keperawatanpemeriksaan atau tindakan khusus. Universita Sumatera Utara Masih merupakan kegiatan tidak langsung yaitu merapikan lingkungan klien, menyiapkan atau memeriksa alat dan obat emergensi, melakukan koordinasikonsultasi dengan tim kesehatan lainnya, mengadakan atau mengikuti pre dan post konferes, keperawatankegiatan ilmiah keperawatan dan medis, memberikan bimbingan dalam melakukan tindakan keperawatan, melakukan komunikasi tentang obat klien dengan pihak farmasiapotik, mengirimmenerima berita klien melalui telepon dan membaca status klien. Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tidak langsung tidak dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan klien. Apapun tingkat ketergantungan klien, waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tidak langsung tetap sama, yaitu 38 menithariklien Gillies, 1989. Sedang menurut Wolf Young dalam Gillies, 1994 = 60 menithariklien, hal yang sama berdasar hasil riset di John hopkins Hospital dibutuhkan 60 menithariklien untuk kegiatan tidak langsung Gillies, 1994. c. Kegiatan non-keperawatan pribadi perawat Kegiatan pribadi perawat adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perawat, seperti sholat, makan,minum, kebersihan diri, duduk di nurse station, ganti pakaian, dan ke toilet, dengan lokasi 15 dari total waktu kerja setiap shift. Kegiatan lain perawat dan tidak produktif adalah kegiatan yang tidak terkait dengan tugas dan tanggung jawab sebagai perawat, merupakan kegiatan pribadi, misalnya : nonton TV, baca koran, mengobrol, telepon, urusan pribadi, pergi ke luar ruangan, pergi untuk keperluan pribadi, atau keluarga, datang terlambat dan pulang lebih awal dari jadwal. Universita Sumatera Utara Perhitungan beban kerja juga dapat dilihat dengan mengkategorikan kegiatan ke dalam kegiatan produktif atau tidak produktif. Waktu produktif adalah waktu maksimum atau optimum yang dipakaidigunakan karyawan atau staf untuk kegiatan uatma sesuai tugas, peran, dan fungsinya, artinya disini dilakukan dengan cara benar oleh orang yang benar dan menggunakan alatperalatan yang benar Mochal, 2001. Lebih lanjut disebutkan secara umum rata-rata jam produktif perhari karyawan adalah 6 – 6,5 jam perhari dari 8 jam perhari atau 75- 80, sedang sisanya digunakan untuk kegiatan yang non produktif seperti aktifitas administratif, bersifat pribadi seperti kebutuhan utuk berobat, ke kamar mandi toilet dan lainnya. Sedangkan menurut Marquis 2010, karyawan memiliki waktu tidak produktif selama 1 jam dari waktu kerja terdiri dari 30 menit istirahat makan siang, dan 2 kali 15 menit untuk istirahat. Ilyas 2004, waktu kerja produktif optimum perawat adalah berkisar dari 80 waktu kerja, digunakan untuk menilai apakah beban kerja perawat tinggi. Berdasarkan Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat 1 bahwa jam kerja karyawan dalam 1 minggu adalah 40 jam, jika menggunakan 5 hari kerja maka jam kerja per hari adalah 8 jam, dan jika menggunakan 6 hari kerjaminggu maka jam kerja per hari adalah 7 jam.

2.11 Teknik Perhitungan Beban Kerja

Menghitung beban kerja personal secara sederhana dapat dilakukan dengan mengobservasi apakah beban kerja yang ada dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu dengan menunjukkan langsung pada yang bertugas, hasilnya Universita Sumatera Utara bersifat kualitas sehingga sulit untuk menggambarkan beban kerja personal tersebut dan sangat subjektif. Swansburg and Swansburg 1999, mengatakan bahwa ada empat teknik perhitungan beban kerja perawat, yaitu : 1. Time study and task frequency Adalah studi untuk menghitung beban kerja dari segi kualitas yang dikaitkan pekerjaan dengan waktu yang dibutuhkan. Tujuannya untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan, langkah- langkahnya adalah sebagai berikut : a. Menentukan sampel yang akan diambil setelah diklasifikasikan b. Membuat formulir kesehatan yang akan diamati serta waktu yang digunakan c. Menentukan observer, harus yang mengetahui kompetensi responden d. Satu observer mengamati satu orang perawat selama 24 jam. 2. Work sampling merupakan variasi dari time study and task frequncy Work sampling adalah mengamati apa yang dilakukan perawat. Informasi yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah waktu da kegiatan yang dilakukan oleh perawat melalui pengamatan interval waktu tertentu atau secara random sebagai sample kegiatan. Pada work sampling orang yang diamati harus dilihatamati dari kejauhan. Ilyas 2004, menjelaskan pada work sampling dapat diamati hala-hal spesifik terhadap pekerjaan seperti : a aktifitas apa yang sedang dilakukan personal pada waktu jam kerja; b apakah aktivitas personal tersebut berkaitan Universita Sumatera Utara dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja; c proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif; d pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja. Masih menurut Ilyas 2004 dengan cara work sampling peneliti akan mendapatkan informasi yang tepat dari sejumlah personal yang diteliti mengenai kegiatan dan banyaknya pengamatan kegiatan dari mulai datang sampai pulangnya responden. Beberapa tahap yang harus dilakukan dalam melakukan survey adalah : a. Menentukan jenis personal perawat yang ingin diteliti b. Bila jenis personel ini jumlahnya banyak, perlu dilakukan simple random sampling. c. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif atau diklasifikasikan kegiatan langsung dan tidak langsung. d. Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling. Pengamat diharapkan memiliki latar belakang sejenis dengan subjek yang ingin diamati. Setiap peneliti pengamat akan mengamati 5-8 orang perawat yang bertugas saat itu. e. Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2 – 15 menit tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan perawat. Semakin tinggi tingkat mobilitas pekerjaan yang diamati, maka makin pendek waktu pengamatan. Semakin pendek jarak pengamatan semakin banyak sampel pengamatan yang dapat diambil oleh peneliti sehingga akurasi penelitian Universita Sumatera Utara menjadi lebih akurat. Pengamatan dilakukan selama jam kerja 7 jam dan bila jenis tenaga yang diteliti berfungsi 24 jam atau 3 shift, maka pengamatan dilakukan sepanjang hari. Contoh formulir kegiatan teknik work sampling pada tabel berikut : Tabel 2.3. Format Observasi Kegiatan Keperawatan Formulir Work Sampling Pengamat : Ruang : Tanggal : Dinas pagisoremalam No. Jam Kode Responden Kegiatan Keperawatan dituliskan nomor kegiatan yang dilaksanakan Langsung Tidak Langsung Non Keperawatan 1 07.30 2 07.45 3 08.00 4 08.15 Dst Secara teknis proses pengamatan kegiatan dengan menggunakan work sampling ini adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk pengamat b. Setiap pelaksana pengamatan observer mengamati 5 orang tenaga perawat di satu ruangan. c. Memulai pelaksanaan kegiatan pengamatan mulai pukul 07.00 pagi. d. Menetapkan waktu interval pengamatan setiap 5 menit. e. Bentuk pengamatan sebagai berikut : 1 Pada menit pertama, observer mengamati kegiatan perawat A 2 Pada lima menit kedua, observer mengamati kegiatan perawat B 3 Pada lima menit ketiga,observer mengamati kegiatan perawat C Universita Sumatera Utara 4 Pada lima menit keempat, observer mengamati kegiatan perawat D 5 Pada lima menit kelima, observer mengamati kegiatan perawat E 6 Pada lima menit keenam, observer mengamati kegiatan perawat A, demikian seterusnya. Pengamatan pada hari kedua dan seterusnya dapat dilakukan pada perawat yang berbeda sepanjang perawat tersebut masih bertugas pada ruangan yang sedang diobservasi beban kerjanya. Teknik work sampling merupakan cara yang efektif dalam mengumpulkan data mengenai jenis dan waktu perawatan karena laporan tersebut sedikit bias oleh minat pribadi. Untuk memastikan adanya objektivitas dan kepercayaan, maka pengamat harus dilatih dalam hal pengamatan Gillies, 1994. 3. Continous sampling Sama dengan work sampling, perbedaannya terletak pada cara pengamatan yang dilakukan terus-menerus terhadap setiap kegiatan perawat dan dicatat secara terperinci serta dihitung lamanya waktu untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Pencatatan dilakukan mulai perawat datang sampai pulang. Pengamatan dapat dilakukan pada satu atau lebih responden secara bersamaan. Bentuk formulir observasi kegiatan yang digunakan terlihat pada tabel berikut. Universita Sumatera Utara Tabel 2.4. Format Observasi Kegiatan Keperawatan Pengamat : Ruang : Tanggal : Dinas pagisoremalam No. Kegiatan Perawat Dimulai Diakhiri Jumlah Waktu 1 2 3 4 Dst Total jumlah kegiatan = Total waktu dalam menit = 4. Self Reporting variasi time study and task frequency Perawat memeriksa daftar kegiatan yang ditetapkan lebih dahulu atau formulir tugas harian yang dilaksanakan. Catatan-catatan dalam formulir tugas harian dapat dibuat untuk periode waktu tertentu untuk pekerjaan-pekerjaan yang ditugaskan. Dengan formulir tugas harian akan didapatkan data tentang jenis kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan dilakukan. Masih menurut Ilyas 2004 cara lain untuk menghitung beban kerja personal perawat dapat dilakukan dengan cara : a. Time and Motion Study Observer mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh perawat yang sedang diamati. Teknik ini tidak sekedar mengetahui beban kerja dari personelperawat tetapi juga dapat mengetahui kualitasmutu kerja personel yang diamati. Pada teknik ini ditetapkan sampel perawat yang diklasifikasikan sebagai tenaga perawat mahir, maka penentuan sampling dengan cara purposive sampling. Jumlah perawat yang diamati dapat satu orang saja sepanjang perawat tersebut Universita Sumatera Utara dapat mewakili klasifikasi perawat mahir. Pelaksana pengamatan juga dilakukan oleh perawat mahir yang memiliki kompetensi dan fungsi perawat mahir bidangnya dari rumah sakit yang berbeda. Penelitian dengan time dan motion study dapat juga untuk mengevaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan dan pendidikan bersertifikat keahlian. b. Daily Log Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling. Kegiatan pada teknih ini adalah orang yang diteliti menulis sendiri kegiatan yang ia lakukan dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut . Daily log sangat bergantung pada relatif sederhana dan murah karena peneliti hanya menyiapkan pedoman dan formulir . Gillies 1994 mengatakan metode atau teknik daily log ini memiliki kelemahan seperti ketidakcakapan beberapa perawat dalam melaporkan kegiatan yang mereka lakukan secara objektif atau mengatur waktunya secara akurat. Bahkan perawat bisa cenderung untuk menghitung waktu yang digunakan pada kegiatan yang bernilai tinggi saja misalnya kegiatan mengganti balutan dan mengabaikan menghitung waktu untuk kegiatan yang dianggap tidak penting, misalnya mengambil hasil foto ke bagian radiologi, dan sebagainya. Dalam penelitian ini beban kerja yang akan diteliti dengan menggunakan teknik continous sampling modifikasi dengan pertimbangan teknik ini sesuai dengan tujuan dimana akan diketahui Universita Sumatera Utara beban kerja pada setiap responden yang diasumsikan akan berpengaruh terhadap pelaksanaan perilaku Caring

2.12. Beban Kerja Perawat di ICU

Berdasarkan penelitian Padilha, Sousa, Kimura, Miyadahira, Da Cruz, Vattimo, Fusco, Decampos, Mendes, Mayor 2006, penelitiannya di Sao Paulo Brazil tentang hubungan antara karakteristik penyakit pasien dan beban kerja perawat di intensive care unit dengan menggunakan instrumen TISS bahwa, beban kerja perawat tinggi. Waktu kerja perawat yang diperlukan untuk melakukan intervensi pada pasien dengan liver transplantasi 339,2 menitshift, dan pasien dengan kasus trauma 296,8 menitshift. Untuk kedua kasus tersebut diatas dibutuhkan rasio perawat pasien 1:1. Sedangkan, pasien dengan hematologi 275,6 menitshift, nefrologi 265 menitshift, internal medicine 265 menitshift, medical emergency 243,8 menitshift. Surgery 233,2 menitshift, neurologi 233menitshift, mempunyai score TISS 22-26 sehingga kebutuhan perawat pasien tetap 1:1 dan kelebihan waktu perawat diberikan untuk intervevsi pasien dengan score TISS 34. Sedangkan rasio perawat pasien 1:2 dilakukan pada pasien dengan score TISS yang rendah pada kasus surgical support 222,6 menit, penyakit infeksi 199,8 menit, luka bakar 148,4 menit, kasus dengan score TISS kurang dari 22. Pada penelitian yang dilakukan oleh Padilha, desousa, Queijo, Mendes, Miranda 2007, di Sao Paulo Brazil dengan menggunakan instrumen NAS bahwa beban kerja perawat 67,2 termasuk dalam kategori tinggi. Dari hasil penelitiannya terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja perawat yang Universita Sumatera Utara tinggi dengan lama rawat LOS dan peristiwa terjadinya kematian. Maksudnya, lama rawat pasien 1,07 kali menyebabkan beban kerja perawat tinggi dan peristiwa kematian 2,65 kali menyebabkan beban kerja perawat tinggi, hal ini dapat dimaknai bahwa jika pasien dirawat dalam waktu yang lama kemungkinan berhubungan dengan kondisi keparahan penyakit sehingga membutuhkan banyak intervensi keperawatan atau akhirnya mengalami kematian karena keparahan penyakit. Pada penelitian dilakukan Stafseth, Solms, Bredal 2011 di Norwegia didapatkan data bahwa, beban kerja perawat pada 4 unit ICU dalam kategori tinggi 75-90 untuk shift 8-10 jam. Hal ini disebabkan karena perawat di Norwegia benar-benar berada bersama pasien selama waktu tugas. Hal yang berbeda dengan di Brazil dimana perawat dapat meninggalkan pasien sendiri di ruangan dengan melakukan restrain. Berdasarkan penelitian Panunto, Guiraldello 2011 di rumah sakit pendidikan Sao Paulo Brazil dengan menggunakan instrumen NAS bahwa beban kerja perawat 62,2 termasuk dalam kategori tinggi. Dari identifikasi kegiatan perawat selama 24 jam dalam hubungannya dengan beban kerja perawat bahwa, frekuensi aktivitas perawat yang paling tinggi :pemeriksaan laboratorium 97, pengobatan 97, prosedur tindakan higine 81,5, pengaturan posisi 3 x 24 jam 70,7, memberi dukungan pada keluarga i jam tiap shift 93,2, tugas rutin administrasi dan manajerial 71,1, dukungan respiratori 83,6, mengukur output urin 96,7. Sedangkan frekuensi aktifitas yang rendah dalam aktivitas perawat sebagai berikut : menghitung balancing cairan 57,5, observasi rutin disamping pasien Universita Sumatera Utara selama 2 jam atau lebih 35,9, pengamatan kelancaran sirkulasi 53,7, penanganan peningkatan fungsi paru 64,8, pengobatan vaso aktif 49,1, memberi makan enteral 37,5. Beberapa aktifitas yang sangat rendah, kuarng dari 1 adalah : prosedur kebersihan setelah 4 jam dalam setiap shift 0,2, administrasi intravena karena kekurangan cairan yang banyak 0,2, CPR dalam 24 jam 0,7, mengukur tekanan intrakrania 0,3, pemeriksaan alkalosis dan alsidosis 0,2. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dan rata beban kerja perawat adalah 62, 2. SD= 20,8. Menurut penelitian yang dilakukan Padilha, de sousa, Garcia, Bento, Finardi, Hatarshi 2009, diperoleh data pengukuran beban kerja perawat di ICU selama 1 bulan, diketahui bahwa terjadi kelebihan tenaga profesional perawat sebesar 0,8-4,8 orang untuk shift 6 jam kerja. Dari hasil pengamatannya terjadi kekurangan tenaga perawat hanya pada hari ke – 16, yaitu sebesar 1,2 jam. Proporsi perawat pasien 1:1,5 di unit intensive care Brazil merupakan proporsi yang berlebih pada tenaga perawat profesional hampir setiap harinya. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien. Penelitian kualitatif yang dilakukan Adomat, Hicks 2003 dengan menghitung beban kerja perawat menggunakan rasio perawat pasien 1:2 dan 1:1 bahwa, penghitungan waktu kerja perawat yang diobservasi tidak dapat memberikan gambaran terhadap kebutuhan pelayanan keperawatan pasien berdasarkan rasio. Hal demikian terlihat dalam observasi yang dilakukan pada pasien dengan kategori 1, perbandingan perawat pasien 0,5:1. Hasil penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas perawat mulai dari intervensi keperawatan Universita Sumatera Utara 18,78 menit, mencatat observasi 10,78 menit, berbicara dengan pasien 16,59 menit, observasi pasien 5,15 menit, berbicara dengan pengunjung 3,28 menit, persiapan pasien masuk 3,56 menit, persiapan pasien pulang 0,22 menit, pekerjaan domestik 0,93 menit, observasi 16,13 menit not observed by the bedside. Keseluruhan aktivitas tersebut ± 76 menitpasien. Sedangkan, pengkategorian rasio perawat pasien 1:1, aktivitas perawat mulai dari intervensi keperawatan 13,38 menit, mencatat observasi 17,43 menit, berbicara dengan pasien 1,52 menit, observasi pasien 1,93 menit, berbicara dengan pengunjung 1,12 menit, membimbing mahasiswa 1,39 menit, persiapan pasien masuk 0,37 menit, observasi 11,90 menit not observed by the bedside, keseluruhan waktu yang diperlukan untuk aktivitas perawatpasien sebanyak 50 menitshift. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pengukuran beban kerja perawat di intensive care unit bervariasi. Banyak faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat : jumlah pasien, karakteristik penyakit pasien, keterampilan perawat, kondisi lingkungan rumah sakit sebagai organisasi, type sebuah rumah sakit. Seorang administrator harus secara terus-menerus melakukan evaluasi beban kerja perawat baik dalam waktu harian, bulanan maupun tahunan.hal ini menjadi penting karena dampak yang dapat timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara jumlah tenaga perawat terhadap kebutuhan, perawatan terhadap pasien. Universita Sumatera Utara

2.13 Hubungan Caring dan Beban Kerja

Sobirin 2006 dalam penelitiannya tentang hubungan beban kerja dan motivasi dengan penerapan perilaku Caring di Rumah Sakit BRSUD unit Swadana kabupaten Subang bahwa, 52,5 perawat pelaksana dalam penerapan perilaku Caring kategori tinggi dan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dan perilaku Caring, yaitu tinggi beban kerja maka semakin rendah perilaku Caring perawat. Perbandingan keperawatan langsung dan tidak langsung di Rumah Sakit BRSUD unit Swadaya Subang 60 : 40. Hal yang serupa juga didaptkan Julianti 2009 dalam penelitiannya tentang hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan pelaksanaan perilaku Caring menurut persepsi klien di Irna lantai jantung Rumah Sakit Husada Medan. Meilati 2010 dalam penelitiannya tentang hubungan lingkungan kerja dengan perilaku Caring perawat di Rumah Sakit PGI Cikini bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Caring perawat adalah pengembangan profesi dan dukungan organisasi perawat.

2.14 Landasan Teori

Penghitungan beban kerja perawat dapat dilakukan berdasarkan tingkat ketergantungan dan klasifikasi kebutuhan klien terhadap kegiatan keperawatan ketika memberikan asuhan keperawatan. Klasifikasi kegiatan keperawatan terdiri dari kegiatan keperawatan langsung direct care, kegiatan keperawatan tidak langsung indirect care dan kegiatan non keperawatan kegiatan pribadi perawat Swansburg Swansburg, 1999. Dalam melaksanakan tugas keperawatan dapat terjadi ketidakseimbangan dan ketidaktepatan jumlah personil perawat dan aktifitas yang harus dilakukan seorang perawat, karna kondisi pasien, tingkat Universita Sumatera Utara ketergantungan,jumlah pasien, rata-rata hari perawatan pasien , frekwensi masing – masing tindakan keperawatan, sehingga menimbulkan keletihan, kelelaha, dan menurunnya motivasi semangat dalam melaksanakan tugas Gillies, 1994 . Motivasi adalah dasar bagi setiap orang dalam bertindak berperilaku, termasuk berperilaku caring bagi perawat. Caring adalah inti essensi dari pelayanan keperawatan terdiri dari 10 faktor caratif Watson, 1985

2.15 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Beban kerja perawat pelaksana Swansburg, 1999 • Kegiatan produktif kegiatan keperawatan langsung dan kegiatan keperawatan tidak langsung • Kegiatan non-produktif kegiatan pribadi perawat Perilaku Caring Perawat yaitu melihat 10 faktor karatif dari Watson 1985 Universita Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif analitik yaitu menganalisis hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat pelaksana Sujarwo, 2001 dengan pendekatan pengamatan cross sectional pengambilan data pada waktu bersamaan hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ICU dewasa, pasca bedah, ICU anak, dan ICU jantung, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, alasan pemilihan lokasi penelitian karena Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan pusat rujukan dalam pelayanan kesehatan untuk wilayah Sumatra,Riau dan Aceh dengan fasilitas medis yang lengkap pada unit perawatan intensif sehingga akan lebih objektif untuk mengetahui beban kerja perawat berkaitan dengan perilaku caring di unit intensif. Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Juni 2013 hingga 28 Juni 2013. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang bertugas di ICU dewasa 22 orang ICU pasca bedah 24 orang, ICU anak 19 orang, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, sehingga keseluruhan populasi 65 orang perawat. Universita Sumatera Utara