Pada faktor otoritas dokter Physician’s authority didapatkan sikap ners lebih positif 6.46. Hal ini menunjukkan penolakan ners terhadap peran dominasi
total dokter dalam aspek pelayanan pasien.
5.2. Sikap Dokter Spesialis tentang Kolaborasi Perawat-Dokter
Sikap dokter spesialis tentang kolaborasi didapatkan Mean Total = 47.79. Hal ini menunjukkan sikap ners lebih positif Mean total = 54.13 tentang
kolaborasi perawat-dokter. Faktor kolaborasi berbagi pendidikan dan kolaborasi Shared education and collaboration F1 didapatkan Mean = 22.70. Faktor
kolaborasi merawat vs menyembuhkan Caring vs curing F2 didapatkan Mean = 10.20. Faktor kolaborasi Otonomi perawat Nurse’s autonomy F3 didapatkan
Mean = 10.71. Faktor kolaborasi otoritas dokter Physician’s authority F4 didapatkan Mean = 4.18.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan faktor – faktor kolaborasi perawat-dokter didapatkan sikap ners lebih positif. . Ners mempunyai
pandangan yang lebih positif mengenai; kontribusi besar perawat ke arah pendidikan interdisiplin dan kolaborasi interprofesional, kontribusi perawat
terhadap aspek psikososial dan pendidikan pasien, keterlibatan perawat dalam membuat keputusan tentang perawatan pasien dan kebijakan. Hasil penelitian ini
menunjukkan juga tentang persetujuan dokter spesialis terhadap peran dominasi total dokter dalam aspek pelayanan pasien.
Peneliti sebelumnya yaitu Jones dan Fitzpatrick 2009 menemukan bahwa para dokter menganggap pendidikan keperawatan menimbulkan bias dalam
Universita Sumatera Utara
peran perawat di dalam tim. Menurut beliau ketrampilan interpersonal yang terbatas dalam kerja tim disebut sebagai penyebab ketegangan hubungan antara
perawat anestesi dan dokter anestesi dan perlu adanya kerja sama dan saling menghormati. Jones dan Fitzpatrick 2009 juga menemukan kurangnya otonomi
perawat anestesi disebut berkaitan dengan kepuasan kerja dan ruang lingkup praktek. Mengenai otoritas dokter terutama mengenai seorang dokter yang
menjadi pimpinan tim, mengatakan teamwork dan saling menghargai belum optimal Jones dan Fitzpatrick, 2009
5.3. Kepuasan Kerja Dokter Spesialis dalam Kinerja Perawat
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah dokter spesialis merasa tidak puas dalam kinerja perawat di RSUP H. Adam Malik Medan 52.1.
Berkaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dokter spesialis, didapatkan 50.7 dokter spesialis mengatakan tidak puas terhadap
kemampuan perawat dalam berkomunikasi. Kemampuan perawat dalam berkomunikasi meliputi; menghubungi dokter bila terjadi kegawatan pada pasien,
mengkomunikasikan hasil pantauan, konsultasi tentang pasien, berdiskusi tentang kondisi pasien dengan baik, dan komunikasi interpersonal dengan pasien. Gordon,
2005 menemukan dalam penelitiannya bahwa kurangnya komunikasi antara perawat dan dokter dapat mengakibatkan kesalahan medis dan mengganggu
keselamatan pasien. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kurangnya kepuasan dokter
spesialis berkaitan dengan faktor kemampuan perawat dalam berkomunikasi.
Universita Sumatera Utara
Kurangnya kemampuan perawat dalam berkomunikasi meliputi kemampuan perawat dalam menghubungi dokter apabila terjadi kegawatan pada pasien,
mengkomunikasikan hasil pantauan secara sistematis apabila terjadi perubahan kondisi pasien, melakukan konsultasi tentang perawatan pasien, berdiskusi
tentang kondisi pasien, mengendalikan dirinya sehingga bisa membuat suasana pelayanan keperawatan menjadi tenang dan tentram bagi dokter dan pasien, dan
berkomunikasi interpersonal dengan pasien. Kurangnya kepuasan dokter spesialis disebabkan kurangnya kemampuan
dan pengetahuan perawat tentang komunikasi yang efektif, pengelolaan konflik, negosiasi, advokasi dan mendengarkan. Umumnya perawat tidak percaya diri
pada gaya komunikasi mereka selama bertugas, terutama komunikasi antara perawat dan dokter. Kemampuan Perawat masih kurang untuk mengantisipasi
kebutuhan dokter dan memahami kebutuhan dokter dengan benar. Dokter hanya memberikan sedikit waktu untuk melakukan komunikasi dengan perawat dan
terkadang kurang menganggap penting informasi yang diperoleh dari perawat dan sering menganggapnya sebagai gangguan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh McCaffrey, Hayes, Stuart, Cassell, Farrell, Miller-Reyes, et al, 2010 yang menemukan kebanyakan perawat tidak percaya pada gaya
komunikasi yang mereka alami di tempat kerja, dokter hanya memberikan sedikit waktu dalam berkomunikasi, perawat kurang memahami kebutuhan dokter, dan
dokter menganggap informasi yang diberikan oleh perawat sebagai hal yang kurang penting dan menganggapnya sebagai gangguan.
Universita Sumatera Utara
Sebagai sebuah RS pendidikan seringkali yang melakukan pelaporan kepada dokter spesialis bila terjadi kegawatan pada pasien, mengkomunikasikan
hasil pantauan, dan konsultasi tentang pasien adalah residen program pendidikan dokter spesialis PPDS. Hasil observasi peneliti selama bertugas di RSUP H.
Adam Malik Medan, hal ini membuat kurangnya kemauan perawat untuk berkomunikasi dengan dokter spesialis, perawat lebih merasa nyaman melakukan
komunikasi dengan PPDS. Wajar jika dokter spesialis kurang puas terhadap komunikasi yang dilakukan oleh perawat karena memang perawat sangat jarang
melakukan komunikasi dengan dokter spesialis. Perawat secara maksimal harus terus meningkatkan kemampuan mereka
untuk berkomunikasi demikian juga dengan dokter spesialis harus melakukan komunikasi yang baik sebagai salah satu upaya membangun kerja sama diantara
dokter spesialis dan perawat. Sebagaimana peneliti sebelumnya menemukan bahwa untuk banyak dokter, kepuasan kerja bergantung pada hubungan yang baik
dengan staf dan kolega, kontrol waktu, sumber daya yang memadai, dan otonomi klinis Williams et al., 2003 dalam Leary et al., 2009
Kecakapan dan ketrampilan perawat, kemampuan perawat melaksanakan tugas delegasi dan kemampuan dalam melaksanakan tugas rutin klinis harus
mendapat perhatian dari manajemen rumah sakit, karena hal ini adalah menjadi faktor yang penting dalam meningkatkan kepuasan kerja dokter spesialis. Sesuai
dengan pendapat Lichtenstein, 1984 bahwa kepuasan kerja dokter spesialis dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1 tenaga perawat yang cakap dan terampil, 2
perawat harus mampu menyelesaikan tugas-tugas yang didelegasikan dokter
Universita Sumatera Utara
dengan baik, dan 3 perawat harus mampu menyelesaikan tugas rutin klinis. Kepribadian dan keramahan perawat dan kemampuan perawat dalam
berkomunikasi adalah faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja dokter spesialis dalam kinerja perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Walker dalam
Misener et al ,1996 mengatakan bahwa sikap perawat yang mampu dan mengerti apa yang seharusnya dikerjakan dan mengerjakannya tidak dalam keadaan
terpaksa merupakan elemen kunci untuk membina hubungan dengan dokter. Jika hubungan tersebut berjalan dengan baik akan membuat pekerjaan lebih efektif dan
efisien sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan.
5.4. Hubungan antara Sikap Dokter Spesialis tentang Kolaborasi Perawat- dokter dengan Kepuasan Kerja Dokter Spesialis.
Penelitian ini menemukan adanya hubungan antara sikap dokter spesialis tentang kolaborasi perawat-dokter dengan kepuasan kerja dokter spesialis. nilai p
kurang dari α dimana p
value
Sikap dokter spesialis tentang kolaborasi perawat dokter M = 47,79 berhubungan dengan kepuasan kerja dokter spesialis dalam kinerja perawat.
Sikap dokter spesialis tentang kolaborasi pe rawat-dokter menunjukkan kurangnya = 0.009 dan
α = 0.05 yang berarti hipotesa alternatif diterima, berarti ada hubungan yang signifikan antara sikap dokter spesialis
tentang kolaborasi dengan kepuasan kerja dokter spesialis dan kekuatan hubungan korelasi r 0.219 berarti hubungan kedua variabel adalah lemah 0.00 – 0.25
Tabel 4.7.
Universita Sumatera Utara
hubungan kerjasama yang seharusnya dibangun berdasarkan rasa saling percaya, rasa hormat, kemampuan serta memahami pentingnya peran masing-masing
anggota tim dan mampu bertindak dalam situasi kesehatan stress tinggi, kolegialiti dan komunikasi Messmer, 2008.
Sikap dokter spesialis tentang kolaborasi perawat-dokter menunjukkan peran dominasi total dokter spesialis dalam perawatan pasien, hal ini berbeda
dengan sikap ners tentang kolaborasi perawat-dokter. Perbedaan sikap ini dapat saja menjadi penyebab terjadi konflik diantara ners dan dokter spesialis. Temuan
penelitian sebelumnya menyebutkan konflik dengan dokter telah diidentifikasi sebagai satu stres dalam lingkungan kerja perawat Greenfield,1999, dalam
Nelson, King dan Brodine, 2008. Perawat mungkin menghadapi pelecehan verbal dan fisik ketika konplik timbul dengan dokter Rosenstein, 2002, Nelson, King
dan Brodine, 2008. Konplik yang mungkin timbul dari perbedaan pendapat mengenai kebutuhan pasien, atau dari hubungan hirarki berlangsung lama
didominasi oleh dokter Greenfield,1999, dalam Nelson, King dan Brodine, 2008.
Sikap dokter spesialis tentang kolaborasi berhubungan dengan kepuasan dokter spesialis dalam kinerja perawat. Sebagaimana dijelaskan bahwa tujuan
kolaborasi adalah meningkatkan hasil klinis dan kepuasan bagi pasien, dapat mengurangi biaya rumah sakit Ward, Schall, Sullivan, Bowen, Erdmann,
Hojat, 2008, dan meningkatkan kepuasan bagi keluarga pasien, perawat, dan dokter McGrail, Morse, Glessner Gardner, 2008.
Universita Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan kompleksitasnya masalah kepuasan dokter spesialis terutama yang berkaitan dengan kolaborasi perawat-dokter. Disamping
itu kompleksitasnya perawat yang bertugas di RSUP H. Adam Malik juga menjadi masalah dalam pencapaian kepuasan kerja dokter spesialis. Sebagai mana
disampaikan oleh dokter spesialis selama proses pengumpulan data bahwa perawat yang bertugas di RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai kecakapan
dan ketrampilan yang sangat berbeda antara satu ruangan dengan ruangan lainnya. Berbeda kemampuan perawat antara rawat inap biasa dengan rawat inap
khusus atau ruangan khusus seperti: ICU, kamar operasi, kardiovaskuler, HD, dll. Temuan penelitian sebelumnya juga menjelaskan bahwa struktur komponen yang
juga berperan dalam tingginya kolaborasi adalah; kedekatan fisik perawat dan dokter, berada di tempat unit yang sama misalnya di ICU; kontinuitas dan
stabilitas perawat dan dokter seperti kamar operasi, ruang pemulihan, ruang gawat darurat dan departemen rawat jalan; melihat dan menilai pasien bersama-sama
McGrail, Morse, Glessener dan Gardner, 2008.
Universita Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN