Model Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter

saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

2.1.2. Model Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter

Menurut Burchell, Thomas, dan Smith 1983 dalam Siegler dan Whitney 2000 terdapat dua model praktek kolaborasi yaitu: 1. Model Praktek Kolaborasi, Tipe I Gambar pertama merupakan model praktik kolaborasi yang menekankan komunikasi dua arah, tapi tetap menempatkan dokter pada posisi utama dan membatasi hubungan antara dokter dan pasien. Dokter Registered Pemberi Nurse Pelayanan Lain Pasien Gambar 2.1. Model Praktik Kolaboratif, Tipe I Burchell, Thomas, dan Smith, 1983 dalam Siegler dan Whitney, 2000 2. Model Praktek Kolaborasi, Tipe II Gambar kedua lebih berpusat pada pasien, dan semua pemberi pelayanan harus saling bekerja sama, juga dengan pasien. Model ini tetap melingkar, Universita Sumatera Utara menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus menerus. Dokter Registered Nurse PASIEN Pemberi Pelayanan Lain Gambar 2.2 Model Praktik Kolaborasi, Tipe II Burchell, Thomas, dan Smith, 1983 dalam Siegler dan Whitney, 2000 Ruble dan Thomas 1976 dalam Siegler Whitney, 2000 mengembangkan suatu ilustrasi yang dapat membantu interpretasi proses kolaborasi. Gambar ketiga menggambarkan grafik interaksi antara dua pribadi. Ordinat menyatakan tingkat seseorang memuaskan kebutuhannya sendiri; absis menyatakan tingkat orang tersebut memuaskan kebutuhan pihak lain. Kolaborasi terbentuk disaat seseorang berusaha memuaskan kebutuhannya sendiri dan kebutuhan pihak lain secara maksimal. Maka grafik ini dapat memperlihatkan apa yang sering tidak dapat dijelaskan dalam defenisi, bahwa proses kolaborasi membutuhkan sikap yang tegas dan kerjasama, bukan penyerahan seseorang untuk memuaskan pihak lain demi mempertahankan harmoni. Model ini sangat terbatas, meskipun dapat digambarkan interaksi potensial antara perawat dan dokter atau antara dua orang pribadi dalam suatu kelompok yang besar dan antar- Universita Sumatera Utara disiplin, tetapi grafik ini tidak dapat menggambarkan interaksi yang kompleks yang biasa berlangsung dalam kerja kelompok. Bersaing berkolaborasi Asertif Menyetujui Keasertifan Tidak asertif menghindari menunjuang Tidak kooperatif kooperatif Kekooperatifan Gambar 2.3. Ilustrasi Proses Kolaborasi Ruble dan Thomas, 1976 dalam Siegler dan Whitney, 2000 Gardner 2005 menyebutkan kerjasama yang efektif antara keperawatan dan profesi kesehatan lainnya untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi, semakin penting dan tumbuh terus menerus. Kolaborasi adalah kemitraan yang kompleks. Ini adalah proses yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini juga merupakan suatu hasil sintesis dari perspektif yang berbeda, sebuah solusi yang Integratif. Hal ini penting untuk mengingat bahwa konflik adalah bagian alami dari kolaborasi. Konflik ini memberikan kesempatan untuk memperdalam kesepakatan komitmen. Penggunaan strategi ketrampilan resolusi konflik dan kemampuan dapat efektif dalam meningkatkan keputusan kualitas dan tim komitmen. Gardner 2005 menawarkan sepuluh pelajaran untuk meningkatkan kolaborasi. Berfokus pada nilai kolaborasi dapat memotivasi perawatan kesehatan profesional untuk menerapkan pelajaran ini dalam praktek sehari-hari mereka: Universita Sumatera Utara 1. Pelajaran 1 Mengenal diri sendiri Know thyself . Ada banyak realitas secara bersamaan. Realitas setiap orang didasarkan pada pengembangan persepsi diri. Diperlukan untuk percaya diri dan orang lain untuk mengetahui model mental diri sendiri bias, nilai-nilai dan tujuan. 2. Pelajaran 2 Belajar untuk menghargai dan mengelola keragaman Learn to value and manage diversity. Perbedaan adalah aset penting untuk proses kolaboratif yang efektif dan hasil. 3. Pelajaran 3 Mengembangkan keterampilan resolusi konflik yang konstruktif Develop constructive conflict resolution skills. Di paradigma kolaboratif, konflik dipandang alami dan sebagai sebuah kesempatan untuk memperdalam pemahaman dan kesepakatan. 4. Pelajaran 4 Gunakan kekuatan Anda untuk menciptakan situasi menang -menang Use your power to create win-win situations berbagi kekuasaan dan mengakui kekuatan dasar sesorang adalah bagian dari kolaborasi yang efektif. 5. Pelajaran 5 Menguasai keterampilan interpersonal dan proses Master interpersonal and process skills . Kompetensi klinis, kerjasama, dan fleksibilitas yang paling sering diidentifikasi sebagai atribut penting untuk praktek kolaboratif efektif. Universita Sumatera Utara 6. Pelajaran 6: Menyadari bahwa kolaborasi adalah sebuah perjalanan Recognize that collaboration is a journey. Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk kolaborasi efektif membutuhkan waktu dan latihan. Resolusi konflik, keunggulan klinik, menghargai penyelidikan, dan pengetahuan tentang proses kelompok adalah ketrampilan belajar seumur hidup. 7. Pelajaran 7 Pengaruh semua forum multidisiplin Leverage all multidisciplinary forums. Menjadi baik hadir secara fisik dan mental dalam tim Forum, dapat memberikan kesempatan untuk menilai bagaimana dan Kapan menawarkan komunikasi kolaboratif untuk membangun kemitraan. 8. Pelajaran 8 Menghargai bahwa kolaborasi dapat terjadi secara spontan Appreciate that collaboration can occur spontaneously. Kolaborasi adalah suatu kondisi yang saling mapan yang bisa terjadi secara spontan jika faktor-faktor yang tepat di tempat. 9. Pelajaran 9 Keseimbangan otonomi dan persatuan dalam hubungan kolaboratif Balance autonomy and unity in collaborative relationships. Belajar dari keberhasilan dan kegagalan kolaborasi anda. Menjadi bagian dari sebuah tim yang eksklusif sama buruknya dengan bekerja dalam isolasi. Bersedia mencari umpan balik dan mengakui kesalahan untuk keseimbangan dinamis. Universita Sumatera Utara 10. Pelajaran 10 Mengingat bahwa kolaborasi tidak diperlukan untuk semua keputusan Remember that collaboration is not required for all decisions. Kolaborasi tidak obat mujarab, atau itu diperlukan dalam segala situasi. Perubahan peran pada perawat dan dokter telah mengakibatkan ketegangan interdisipliner dan konflik antara perawat-dokter. Praktek kolaboratif yang kuat memberikan kepuasan untuk pelayanan yang berkualitas tinggi, hemat biaya perawatan pasien tetapi juga untuk profesional perawat dan dokter. Kerjasama dalam perawatan dimulai dengan visi bersama dan pelaksanaan visi ini kemudian mengarah pada kolaborasi. Eksekutif dan manajer bertanggung jawab mendukung dan memfasilitasi proses yang berkaitan dengan pelaksanaan visi ini. Secara khusus harus dipastikan bahwa sistem dalam organisasi tidak menimbulkan konflik antara pelayan kesehatan. Selain itu, mereka harus meningkatkan visi dan perubahan perilaku dengan kegiatan bersama perawat-dokter yang berpusat di sekitar kedua professional berbagi minat dalam perawatan pasien yang baik LeTourneau, 2004. Untuk membangun komunikasi dan kolaborasi antara dokter dan perawat perlu dilakukan beberapa cara LeTourneau, 2004 yaitu: 1. Melibatkan dokter dalam memberikan pendidikan berkelanjutan bagi perawat, keduanya dikelas secara resmi juga secara informal dalam pengaturan pekerjaan. 2. Kembangkan kelompok kolaboratif perawatan di mana perawat-dokter bertemu dan membahas perbaikan perawatan dalam bidang mereka. Universita Sumatera Utara 3. Libatkan dokter dan perawat dalam melakukan analisis akar penyebab dan kegagalan, mode, dan efek. 4. Menunjuk perawat melayani di Komite-komite kunci staf medis seperti kredensial, kualitas, atau Komite Eksekutif medis. Tugas ini melambangkan bahwa Anda menghargai dan menghormati perawat. 5. Memiilih dokter dan pemimpin staf medis untuk duduk di Komite praktek Keperawatan.

2.2. Kepuasan Kerja Dokter