Tabel III. Pilihan Obat Antihipertensi Berdasarkan Kondisi Pasien Menurut ESH dan ESC 2013
Kondisi Obat
Kerusakan organ tanpa gejala
- LVH
ACEi, CCB, ARB -
Atherosklerosis tanpa gejala CCB, ACEi
- Microalbuminuria
ACEi. ARB -
Renal dysfunction ACEi, ARB
Clinical CV Event
- Previous stroke
Agen lain yang efektif menurunkan tekanan darah
- Angina pectoris
β-Blocker, CCB -
Heart failure Diuretik, β-blocker, ACEi, ARB
- Aortic aneurysm
β-blocker -
Atrial fibrillation ACEi, ARB, β-blocker
- ESRD
ACEi, ARB -
Peripheral artery CCB, ACEi
Penyakit lain
- ISH
Diuretik, CCB -
Metabolic syndrome ACEi, ARB, CCB
- Diabetes mellitus
ACEi, ARB, CCB -
Pregnancy β-blocker, CCB
Mancia et al, 2013.
D. Pengendalian Tekanan Darah
Pengendalian tekanan darah adalah hal yang sangat penting, karena penderita hipertensi memiliki risiko terserang penyakit jantung koroner 2 kali
lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki tekanan darah normal Junaidi, 2010. Pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan cara
mempertahankan kualitas hidup, melakukan tindak lanjut, dan pengelolaan hipertensi secara tepat, dan melakukan terapi rutin agar tekanan darah dapat
terkontrol dan mencegahterjadinya komplikasi seperti stroke WHO, 2015.
Menurut Departemen Kesehatan RI 2002, salah satu hal yang diperhatkan dalam mengontrol hipertensi adalah kemampuan pasien untuk patuh terhadap instruksi
tenaga kesehatan.
Pengendalian tekanan darah dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat. Angka kesadaran hipertensi di Indonesia hanya 50, hal ini lebih
rendah dibandingkan degan tingkat kesadaran masyarakat Amerika yang mencapai 69. Dari angka tersebut tekanan darah yang terkendali dengan baik
masih dibawah 10 Bustan, 2007.
E. Rule of Halves
Tekanan darah tinggiadalah salah satu frekuensi terbesar dalam faktor risiko kardiovaskular.
Rule of Halves adalah suatu teori penyajian dalam statistik yang mencangkup sebagian dari populasi berada di suatu sisi median dan
sebagiannya di sisi lain Deepa, 2003. Rule of Halves pada
hipertensi menyatakan bahwa hanya setengah dari pasien yang mengalami hipertensi yang menyadarinya, setengah dari pasien
hipertensi yang sadar mendapatkan terapi, dan setengah dari pasien hipertensi yang mendapatkan terapi adalah pasien dengan hipertensi yang terkontrol.
Gambar 2. Rule of Halves
F. Faktor Penyebab Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang diakibatkan oleh berbagai faktor. Faktor risiko yang dapat mengakitbatkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin,
konsumsi garam yang berlebihan, Body Mass Index BMI atau Index Massa
Tubuh IMT, kebiasaan merokok, asupan makanan, kebiasaan olahraga, penyakit degeneratif seperti diabetes, dan konsumsi alkohol yang berlebihan Kartikasari,
2012.
a. Umur
Pertambahan umur menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah, karena pada umur lanjut terjadi peningkatan aktivitas simpati dan resistensi
perifer serta penurunan sensitivitas pada fungsi fisiologis. Pada umur 45 tahun, dinding arteri mengalami penebalan yang diakibatkan oleh penumpukan zat
kolagen di lapisan otot. Pengaturan metabolisme zat kapur akan mengalami gangguan, sehingga banyak zat kapur yang ditemukan di dalam darah
hypercalemia Kumar, Abbas, and Fausto, 2005. Endapan zat kapur pada pembuluh darah menyebabkan penyempitan
pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi aliran darah hal ini yang memicu peningkatan tekanan darah. Pada umur 45 tahun, elastisitas arteri mengalami
penurunan dan cenderung kaku sehingga untuk memenuhi kebutuhan darah pada jaringan, jantung akan memompa lebih kuat sehingga tekanan darah akan
meningkat Kumar et al., 2005.
Hipertensi di pengaruhi oleh umur. Pada individu dengan umur ≥60 tahun lebih berisiko mengalami kenaikan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Pier
2013, menunjukan bahwa setiap peningkatan 10 tahun diikuti dengan peningkatan tekanan darah sebanyak 10 mmHg. Penurunan tekanan darah dapat
dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin sehingga dapat mencegah
penyakit kardiovaskuler Fagard, 2011. Survei pada tahun 2011-2012 ditemukan hasil, pada umur 40
– 59 tahun prevalensi hiperetensi sebanyak 32,4, kesadaran akan hipertensi 83,0,
responden yang melakukan terapi sebanyak 73,7, dan responden yang memiliki tekanan darah terkendali sebanyak 57,8. Pada responden umur 60
– 75 tahun prevalensi hipertensi sebanyak 65, kesadaran akan hipertensi sebanyak 86,1,
responden yang melakukan terapi sebanyak 82,2, dan responden yang memiliki terkendali sebanyak 50,5 Nwankwo, 2013.
b. Body Mass Index BMI
Data Riskesdas tahun 2007 menunjukan faktor risiko yang paling utama dalam menyebabkan hipertensi adalah kegemukan. Peningkatan berat badan
dapat meningkatkan kebutuhan darah untuk suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah dalam sirkulasi pembuluh
darah. Orang yang memiliki berat badan melebihi normal akan lebih mudah
terkena hipertensi Tiengo A, 2001. Penambahan berat badan dihubungkan
dengan pertambahan jaringan lemak yang menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Hal ini mengganggu suplai oksigen ke seluruh organ tubuh
Chataut, 2011.
1 Chataut, 2011.
Tekanan darah berkorelasi dengan BMI sehingga hipertensi dikaitkan dengan kelebihan berat badan akibat pola makan yang buruk Tee, Teoh, Aiman,
Aiful, Har, Tan et al, 2010. Definisis operasional overweight didasarkan atas
Body Mass Index BMI yang mempunyai korelasi kuat dengan lemak tubuh. BMI merupakan ekuasi antara berat badan kg dibagi dengan tinggi badan kuadrat
m
2
. BMI dikategorikan menjadi lima klasifikasi. Terdapat perbedaan kategori
antara WHO dan Asia pasifik.
Tabel IV. Klasifikasi BMI Untuk Populasi Asia Klasifikasi
BMI kgm
2
Underweight 18,5
Normal 18,5
– 22,9 Overweight
≥23 At risk
24 – 24,9
Obese I 25
– 29,9 Obese II
30 WHO, 2004
Kelebihan berat badan disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh secara berlebihan.
The World Health Organization WHO merekomendasikan BMI sebagai dasar pengukuran kelebihan berat badan pada anak dan remaja berumur
2 tahun. Ini merupakan cara termudah untuk memperkirakan kelebihan berat badan serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh.
G. Landasan Teori