140 mmHg, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tekanan darah responden Kecamatan Kalasan tergolong sebagai tekanan darah normal kategori tinggi
Mancia et al., 2013. Rerata BMI pada responden Kecamatan Kalasan 23 kgm
2
hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden Kecamatan Kalasan memiliki kelebihan berat badan. Responden dengan rerata TDS dan BMI seperti
yang ditunjukan pada Tabel VII, memiliki risiko mengalami hipertensi.
Responden membutuhkan edukasi lebih lanjut mengenai hipertensi dan pencegahannya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup responden.
Rerata denyut nadi pada responden Kecamatan Kalasan cukup tinggi, karena denyut nadi normal pada pria adalah 75 denyutmenit dan wanita 80
denyutmenit. Hal ini dapat disebabkan ketika dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi responden sedang mengalami ketegangan sehingga memicu
meningkatnya denyut nadi.
A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah
Responden di Kecamatan Kalasan
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan Rule of Halves
͟ sebagai acuan.
Rule of Halves ͟ mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat
dalam pengontrolan tekanan darah disajikan dengan median statistik. Pada populasi responden hipertensi terdapat setengahnya yang menyadari menderita
hipertensi, setengah populasi yang menyadari hipertensi melakukan terapi hipertensi dan hanya setengah populasi yang melakukan terapi hipertensi memiliki
tekanan darah yang terkendali Deepa,2003.
͞Rule of Halves͟ digunakan sebagai standar pengukuran yang dapat menunjukan populasi yang diteliti memiliki kesadaran yang baik atau buruk,
pengobatan yang relatif baik atau buruk, dan pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi.
Rule of Halves ͟ juga dapat menjadi informasi mengenai daerah
yang membutuhkan tindakan khusus dalam menangani kesadaran yang rendah, terapi yang rendah, dan pengendalian responden hipertensi yang tidak memadai
Varadaraja, 2014.
Gambar 5. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Berdasarkan
“Rule of Halves”
Dalam penelitian ini, prevalensi responden dengan tekanan darah 14090 mmHg dianggap sebagai responden yang menderita hipertensi. Responden
hipertensi pada Kecamatan Kalasan berjumlah 357 responden yang merupakan 100 populasi hipertensi. Kesadaran pada penelitian ini adalah responden yang
memiliki tekanan darah 14090 mmHg dan pernah melakukan terapi hipertensi sebelumnya.
Pada Gambar 5, persentase responden yang sadar adalah 25,4 dan
responden yang tidak sadar sebesar 63,3. Hasil yang diperoleh dalam data penelitian adalah kesadaran responden kurang dari setengah responden penelitian.
Hal ini menunjukan bahwa kesadaran responden di Kecamatan Kalasan masih rendah. Penelitian yang sama dilakukan oleh Varadaraja 2014, menunjukan
persentase kesadaran responden hipertensi di S.S Institute of Medical Sciences
sebesar 34,4. Penelitian yang dilakukan memiliki kesamaan hasil dengan penelitian tersebut, kesadaran kurang dari 50 tidak sesuai dengan
Rule of Halves
͟. Terapi hipertensi adalah suatu upaya pengobatan secara farmakologi
maupun non-farmakologi yang dilakukan oleh individu yang menderita hipertensi,
pengobatan dilakukan secara rutin. Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui
bahwa responden sadar hipertensi yang melakukan terapi hampir mencapai setengah dari populasi responden sadar hipertensi, yaitu 45 responden 12,6.
Hasil tersebut dapat dikatakan sesuai dengan ͞Rule of Halves͟.
Tabel VIII. Terapi Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY
Golongan Obat Nama obat
Jumlah pengguna Persen
ACEI Captopril
23 51,1
CCB Amlodipin
12 26,7
ARB Valsartan
1 2,2
Lupa nama obat 8
17,8 Non-farmakologi
1 2,2
Masyarakat di Kecamatan Kalasan melakukan terapi hipertensi dengan mengkonsumsi obat golongan ACEi seperti captropil 51,1, dan mengkonsumsi
CCB seperti amlodipin 26,7. Namun dari tabel tidak dapat disimpulkan
terkontrol atau tidak karena peneliti hanya mengambil data sekali dan tidak melakukan pengontrolan tekanan darah responden setelah melakukan terapi baik
farmakologi atau non-farmakologi .
Masyarakat sering menggunakan bahan dapur untuk menurunkan tekanan darah, seperti daun sirsak. Daun sirsak sering digunakan sebagai pengobatan
alternative hipertensi. Kandungan daun sirsak yang diperkirakan memiliki efektivitas menurunkan darah adalah kalium. Ion kalium yang ditemukan pada
cairan ekstrasel akan menyebabkan otot jantung mengalami relaksasi. Kalium juga mengatur keseimbangan cairan tubuh bersama natrium, menghambat
pengelauaran renin, berperan dalam vasodilatasu arteriol, dan mengurangi respon vasokontriksi endogen, sehingga menyebabkan tekanan darah turun Hansel,
2015. Penelitian Nwakoca 2012, menunjukan bahwa pemberian daun sirsak kepada tikus secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah.
Pengendalian hipertensi adalah terkendalinya tekanan darah responden
sadar hipertensi yang melakukan terapi rutin menjadi 14090 mmHg. Gambar 5,
menunjukan pengendalian hipertensi di Kecamatan Kalasan sebesar 4 responden 0,5 dari 45 responden sadar hipertensi yang melakukan terapi secara rutin.
Responden yang terkendali tekanan darahnya di Kecamatan Kalasan tidak mencapai setengah dari jumlah responden sadar hipertensi yang melakukan terapi
rutin. Hasil penelitian ini kurang sesuai jika dilihat berdasarkan Rule of Halves.
Hal ini menunjukan bahwa pengendalian tekanan darah responden hipertensi masih sangat rendah. Penelitian yang dilakukan Varadaraja 2014, menunjukan
pengendalian hipertensi yang masih rendah yaitu sebesar 75,9 responden yang
tekanan darahnya tidak terkendali. Maka penelitian yang dilakukan menunjukan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya.
B. Faktor Risiko Kesehatan Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan