Kesadaran Terhadap Hipertensi Terapi Hipertensi

Tabel II . Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah mmHg Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg Optimal 120 danatau 80 Normal 120-129 danatau 80-84 Batas tinggi normal 130-139 danatau 85-89 Kelas I Hipertensi 140-159 danatau 90-99 Kelas II Hipertensi 160-179 danatau 100-109 Kelas III Hipertensi ≥180 danatau ≥110 Sistolik Hipertensi ≥140 danatau 90 Mancia et al., 2013 Mekanisme terjadinya hipertensi adalah terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme ACE. Peningkatan sekresi hormon anti diuretik ADH menyebabkan urin yang dieksresikan sedikit sehingga terjadi peningkatan osmolaritas dan menyebabkan urin menjadi pekat. Urin yang pekat dapat diencerkan dengan cara peningkatan volume cairan ekstraseluler dengan menarik cairan pada bagian intraseluler. Hal ini menyebabkan peningkatan volume.

B. Kesadaran Terhadap Hipertensi

Kesadaran dan pengetahuan mengenai hipertensi adalah faktor penting dalam mencapai tekanan darah yang terkendali Alexander, 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini ditunjukan melalui hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada umur 18 tahun ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7, diantaranya hanya 7,2 penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4 kasus yang minum obat hipertensi Departemen Kesehatan RI, 2009. Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai faktor risiko serta penyakit komplikasi dari hipertensi merupakan salah satu alasan yang menyebabkan rendahnya prevalensi kesadaran hipertensi. Masyarakat belum menyadari betapa pentingnya melakukan kontrol tekanan darah di pusat kesehatan terdekat. Sehingga sebagian kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis Departemen Kesehatan RI, 2009.

C. Terapi Hipertensi

Tujuan terapi hipertensi adalah untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh hipertensi. Perubahan gaya hidup yang sesuai adalah landasan untuk mencegah hipertensi. Studi klinis menunjukan bahwa menurunkan tekanan darah dengan menjaga gaya hidup setara dengan mengkonsumsi terapi tunggal hipertensi. Terapi non-farmakologi yang digunakan untuk menunjang terapi farmakologi yang diberikan, antara lain mengurangi makanan yang mengandung lemak, mengurangi asupan garam dan MSG, menghilangkan kebiasaan merokok dan minum alkohol , membiasakan diri untuk berolahraga rutin setiap hari, dan mengkonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, dan sayur-sayuran Sacks, 2010. Olahraga dapat membakar lemak sehingga tidak menimbulkan penumpukan lemak yang berlebihan, olahraga juga dapat memperlancar peredaran darah. Olahraga yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah aerobik, jalan santai, meditasi, dan yoga. Istirahat yang cukup dapat mengurangi kelelahan dan ketegangan otot. Istirahat dianjurkan dengan berbaring terlentang sehingga dapat melancarkan aliran darah ke otak dan dapat mengurangi stress Muhammadun, 2010. Menurut The Task Force for The Management of Arterial Hypertension of The European Society of Hypertension and of the European Society of Cardiolog 2013, pasien dengan hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran, produk susu rendah lemak, makanan tinggi serat, biji-bijian, protein yang berasal dari tanaman, dan mengurangi makanan yang mengandung lemak jenuh dan tinggi kolesterol. ESH dan ESC menganjurkan untuk melakukan diet mediterania. Sejumlah studi dan meta-analisis telah melaporkan bahwa diet mediterania memberikan efek perlindungan untuk kardiovaskular . Dietary Approaches to Stop Hypertension DASH menyarankan untuk mengurangi atau membatasi penggunaan garam berlebih, dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran. Pola makan DASH di susun berdasarkan energi yang dibutuhkan perhari yaitu 2000 kalorihari U.S Department of Health and Human Services, 2006. Modifikasi gaya hidup dapat mengurangi tekanan darah, meningkatkan khasiat dari obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Asupan natrium yang disarankan tidak lebih dari 1.600 mg, asupan natrium tersebut memiliki efek yang setara dengan mengkonsumsi terapi obat tunggal The Seventh Report of the Joint National Committee, 2003. Ada beberapa obat antihipertensi yang digunakan baik obat tunggal atau kombinasi bila diperlukan yaitu, diuretik thiazid, ACE inhibitor, Angiotensin II Channel Blocker ARB, Calcium Chanel Blocker CCB. JNC 7 merekomendasikan diuretik tipe tiazid bila memungkinkan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik sendiri atau dikombinasikan dengan salah satu dari kelas lain ACEI, ARB, CCB, da n β-blockers receptors Depkes, 2006. Gambar 1. Alogaritma Terapi Farmakologi dalam Penanganan Hipertensi Dipiro et al., 2008 ESH dan ESC menganjurkan penggunaan diuretik termasuk tiazid, chlorthalidone dan indapamide, ACE inhibitor, β-blocke, CCB, dan ARB cocok untuk pengobatan antihipertensi baik sebagai monoterapi atau dalam kombinasi. Semua kelas obat antihipertensi memiliki kelebihan dan juga kontraindikasi sehingga dibutuhkan pertimbangan pemilihan terapi berdasarkan kondisi tertentu. Tabel III. Pilihan Obat Antihipertensi Berdasarkan Kondisi Pasien Menurut ESH dan ESC 2013 Kondisi Obat Kerusakan organ tanpa gejala - LVH ACEi, CCB, ARB - Atherosklerosis tanpa gejala CCB, ACEi - Microalbuminuria ACEi. ARB - Renal dysfunction ACEi, ARB Clinical CV Event - Previous stroke Agen lain yang efektif menurunkan tekanan darah - Angina pectoris β-Blocker, CCB - Heart failure Diuretik, β-blocker, ACEi, ARB - Aortic aneurysm β-blocker - Atrial fibrillation ACEi, ARB, β-blocker - ESRD ACEi, ARB - Peripheral artery CCB, ACEi Penyakit lain - ISH Diuretik, CCB - Metabolic syndrome ACEi, ARB, CCB - Diabetes mellitus ACEi, ARB, CCB - Pregnancy β-blocker, CCB Mancia et al, 2013.

D. Pengendalian Tekanan Darah

Dokumen yang terkait

Hubungan Body Mass Index(BMI) dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Kedokteran dan Fisioterapi Alliance College Of Medical Sciences (ACMS) Yang Mempunyai Riwayat Keluarga Hipertensi

1 65 55

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015 (kajian faktor umur dan jenis kelamin).

0 1 113

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet).

5 38 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101