Penilaian Kompetensi Sikap KAJIAN TEORI

c Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar. d Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya. 2 Adapun manfaat dilakukannya penilaian hasil belajar adalah: a Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung. b Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam pencapaian kompetensi. c Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik. d Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan. e Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru. f Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektifitas pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah.

5. Penilaian Kompetensi Sikap

Sikap berawal dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons suatu objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga kompenen, yaitu: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Sedangkan komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Oleh karena itu, semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Dari penjelasan mengenai pengertian sikap dapat dikemukakan bahwa penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan, merespons atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter. Dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap dibagi menjadi dua Kompetensi Inti, yakni Kompetensi Inti 1 untuk sikap spiritual dan kompetensi Inti 2 untuk sikap sosial. Kompetensi Inti 1 dan 2 tidak diajarkan dalam Proses Belajar Mengajar PBM, artinya kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki Kompetensi Dasar KD, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tetapi tidak dijabarkan dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui PBM. Meskipun demikian, sikap spiritual dan sosial harus terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak pengiring dari pembelajaran. Hal ini disebabkan, baik spiritual maupun sikap sosial itu tidak dalam konteks untuk diajarkan, tetapi untuk diimplementasikan atau diwujudkan dalam tindakan nyata oleh peserta didik. Oleh karena itu, jika sikap itu diajarkan, sesungguhnya guru sedang mengajarkan pengetahuan tentang sikap, tetapi bukan membentuk dan merealisasikan sikap jujur dan disiplin dalam tindakan nyata sehari-hari peserta didik. Oleh karena sikap spiritual dan sikap sosial harus muncul dalam tindakan nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, maka pencapaian kompetensi sikap tersebut harus dinilai oleh guru secara berkesinambungan. Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yaitu: a Kemampuan menerima Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain- lain. Pada tingkat menerima atau memerhatikan ini, peserta didik memiliki keinginan memerhatikan suatu fenomena khusus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Dalam ranah ini, tugas pendidik adalah mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerja sama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan dan hal ini lah yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif. b Kemampuan merespons atau menanggapi Kemampuan merespons adalah kemampuan menunjukkan perhatian yang aktif, kemampuan melakukan sesuatu, dan kemampuan menanggapi. Pada ranah ini, peserta didik tidak hanya memerhatikan fenomena khusus, tetapi ia juga bereaksi. Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukkan antara lain melalui: bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas, menaati aturan, mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf atas suatu kesalahan, mendamaikan perselisihan pendapat, menunjukkan empati, melakukan perenungan dan melakukan instropeksi. c Kemampuan menilai atau menghargai Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atau penyesalan. Kemampuan menilai melibatkan penentuan nilai, keyakinan dan komitmen. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain melalui: mengapresiasi, menghargai peran, menunjukkan keprihatinan, mengoleksi sesuatu, menunjukkan rasa simpatik dan empatik kepada orang lain, menjelaskan alasan sesuatu yang dilakukannya, bertanggung jawab terhadap perilaku, menerima kelebihan dan kekurangan diri. d Kemampuan mengorganisasi atau mengelola Kemampuan mengorganisasi atau mengelola adalah kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan mengorganisasi adalah peserta didik mendukung penegakan kedisiplinan. e Kemampuan berkarakter Kemampuan berkarakter atau mengayati adalah kemampuan memadukan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang dalam memengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dalam hal ini nilai itu telah tertanam dalam secara konsisten pada sistemnya dan mempengaruhi emosinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan berkarakter adalah peserta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir dalam bertindak di sekolah, rumah, dan masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu: a Sikap Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta informasi verbal. b Minat Menurut Getzel 1966:98, minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk mencapai tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia 1990:583, minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. c Konsep diri Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu, informasi mengenai konsep diri penting bagi sekolah yaitu untuk memberikan motivasi belajar peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d Nilai Menurut Tyler 1973:7, nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktifitas dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya suatu pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat. e Moral Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri, misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering kali dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Secara umum objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. b Sikap terhadap gurupengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap gurupengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. c Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhdap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di siini mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. d Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tertentu. Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus lain, peserta didik memiliki sifat negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negri. e Sikap berhubungan dengan kompentensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Teknik-teknik penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut: a Observasi Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati. Melalui penilaian kompetensi sikap melalui pengamatan atau observasi juga bisa dilakukan untuk melihat sikap atau respons peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian, tingkat pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dapat dipantau dengan baik berdasarkan data empiris. Dalam menentukan aspek apa saja yang mau diobservasi atau diamati harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Aspek yang diamati harus tampak atau muncul dalam suatu aktivitas tertentu. Misalnya mengamati aspek kerja sama dalam diskusi kelompok, maka aktifitas kerja sama dalam diskusi harus jelas terlihat atau muncul. 2 Aspek yang diamati atau diobservasi hendaknya terukur. Artinya sesuatu yang diamati hendaknya jelas ukurannya atau indikatornya, sehingga memudahkan keika guru menggunakan instrument observasi tersebut. 3 Aspek yang diamati hendaknya mengacu pada indikator pencapaian kompetensi yang sudah kita tetapkan yang mengacu pada kompetensi inti sikap spiritual dan sosial. 4 Aspek yang diamati yang dituangkan dalam pernyataan atau butir instrument hendaknya menggunakan kata kerja operasional yang memiliki arti jelas. b Penilaian diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Dapat dikatakan bahwa penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. c Penilaian antarpeserta didik atau penilaian antarteman Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sosial dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain. Penilaian antarpeserta didik menuntut keobjektifan dan rasa tanggung jawab dari peserta didik, sehingga menghasilkan data yang akurat. d Jurnal Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Catatan-catatan tersebut secara tertulis dan dijadikan dokumen bagi guru untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap peserta didik. Catatan-catatan kelemahan dan kekurangan peserta didik berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial selanjutnya ditindaklanjuti dengan upaya-upaya pembinaan dan bimbingan, agar supaya terjadi perubahan sikap dan perilaku dari peserta didik secara bertahap. e Wawancara Wawancara merupakan teknik penilaian dengan cara guru melakukan wawancara terhadap peserta didik menggunakan pedoman atau panduan wawancara berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial tertentu yang ingin digali dari peserta didik. Dalam melakukan wawancara dengan peserta didik sebaiknya jangan terlalu formal, tetapi dengan dialog-dialog PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sederhana. Dengan demikian, peserta didik akan terbuka dalam memberikan informasi yang diperlukan guru yang berkaitan dengan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial tanpa merasa sedang diintrogasi oleh guru. Menurut PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat Sangat Baik SB, Baik B, Cukup C, dan Kurang K.

B. KERANGKA BERPIKIR