Hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi inti-2 dan nilai afektif di SMP N 2 Pakem Yogyakarta.

(1)

ii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 2 PAKEM

Subana Setyawan Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui guru berperilaku sesuai kompetensi inti-2 dan mendiskripsikan hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi inti-2 dengan hasil belajar afektif pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMPN 2 Pakem.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan metode tendensi sentral yaitu mean, median, modus. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN 2 Pakem yang berjumlah 94 dengan tenik purposive sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: guru berperilaku sesuai dengan kompetensi inti-2 dan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan kompetensi inti-2 sebagai berikut (1) rata-rata frekuensi aspek jujur untuk jawaban “jujur” 46%, “sering” 27%, “kadang-kadang” 20% dan “tidak pernah” 7%, (2) rata-rata frekuensi aspek disiplin untuk jawaban “selalu” 53%, “sering” 28%, “kadang-kadang” 17% dan “tidak pernah” 1%, (3) rata-rata frekuensi aspek tanggung jawab untuk jawaban “selalu” 50%, “sering” 30%, “kadang-kadang” 18% dan “tidak pernah” 2%, (4) rata-rata frekuensi aspek toleransi untuk jawaban “selalu” 32%, “sering” 38%, “kadang-kadang” 23% dan “tidak pernah” 7%, (5) rata-rata frekuensi aspek gotong royong untuk jawaban “selalu” 49%, “sering” 33%, “kadang-kadang” 17% dan “tidak pernah” 2%, (6) rata-rata frekuensi aspek sopan santun untuk jawaban “selalu” 66%, “sering” 27%, “kadang-kadang” 7% dan “tidak pernah” 0%, dan (7) rata-rata frekuensi aspek percaya diri untuk jawaban “selalu” 54%, “sering” 34%, “kadang-kadang” 12% dan “tidak pernah” 1%.


(2)

iii ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN STUDENT’S PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS ACCORDANCE WITH THE 2nd CORE

COMPETENCE AND THE AFFECTIVE SCORES IN SMP N 2 PAKEM

Subana Setyawan Sanata Dharma University

2016

This research aim is to find out whether there is a relationship between student’s perception toward the attitude of teacher according to the 2nd competence core and describe the affective scores of Social Science subject on the 2nd grade of SMP N 2 Pakem.

This research uses descriptive analysis method with central tendencial method mean, median, mode. The samples of this research were 94 students of 2nd grade SMP N 2 Pakem. The samples were taken by purposive sampling technicque. The data were collected by using questionnaire technicque.

The result of the research shows that: the teacher behaves according with the 2nd core competence and student’s perception to the attitude of teacher according to: (1) the average frequency of honest aspect for the answer “always” is 46%, “often” is 27%, “sometimes” is 20% and “never” is 7%, (2) the average frequency of discipline aspect for the answer “always” is 53%, “often” is 28%, “sometimes” is 17% and “never” is 1%, (3) the average frequency of responsible aspect for the answer “always” is 50%, “often” is 30%, “sometimes” is 18% and “never” is 2%, (4) the average frequency of tolerance aspect for the answer “always” is 32%, “often” is 38%, “sometimes” is 23% and “never” is 7%, (5) the average frequency of mutual cooperation aspect for the answer “always” is 49%, “often” is 33%, “sometimes” is 17% and “never” is 2%, (6) the average frequency of manners aspect for the answer “always” is 66%, “often” is 27%, “sometimes” is 7% and “never” is 0%, and (7) the average frequency of confidence aspect for the answer “always” is 54%, “often” is 34%, “sometimes” is 12% and “never” is 1%.


(3)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU

GURU SESUAI KOMPETENSI INTI

2 DAN NILAI AFEKTIF

DI SMP N 2 PAKEM YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh : Subana Setyawan NIM : 111334049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU

GURU SESUAI KOMPETENSI INTI

2 DAN NILAI AFEKTIF

DI SMP N 2 PAKEM YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh : Subana Setyawan NIM : 111334049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU

GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DAN NILAI AFEKTIF

DI SMP N 2 PAKEM YOGYAKARTA

Oleh: Subana Setyawan

NIM: 11 1334 049

Telah disetujui oleh:

Pembimbing


(6)

iii

SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU

GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DAN NILAI AFEKTIF

DI SMP N 2 PAKEM YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Subana Setyawan

NIM : 111334049

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 26 September 2016 Dan dinyatakan telah memenihi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Ignatius B ondan Suratno, S.Pd.,M.Si. ……….... Sekretaris : Natalina Premastuti Br, S.Pd., M.Pd. ………. Anggota : Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. ………. Anggota : Dr. Sebastianus Widanarto P, S.Pd., M.Si. ………. Anggota :Drs. F.X. Muhadi,M.Pd. ……….

Yogyakarta, 26 September 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan


(7)

iv

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

 Yesus Kristus

 Bapak Supardjo dan Ibu Epon Aminah yang berperan sebagai Ayah dan Ibu yang sangat luar biasa dalam hidup saya

 Yati Cahyani Supartika dan Dwidanarto kakak-kakakku yang selalu menjadi penyemangat, mengajari saya untuk tidak mudah putus asa, dan

selalu membantuku di saat aku butuh bantuan  Keluarga Besar

 Semua sahabat dan teman – teman terbaik yang saya miliki, terima kasih untuk setiap bantuan dan doa kalian

 Semua pihak yang memberikan dukungan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universitas Sanata Dharma


(8)

v MOTTO

 Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji Tuhan adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya. (Mazmur 18:31)

 Tak peduli mereka kuat atau tidak, kuncinya adalah seberapa besar tekad kita untuk menang dan jika kalah, itu adalah kesempatan kita untuk berjuang lebih keras.(Hinata Shoyo – Haikyuu)

 Orang tidak bisa mengubah masa lalu. Yang bisa kita lakukan, adalah menerima tindakan kita sendiri. Jika kau masih dibebani oleh dosa-dosamu, tunjukan apa yang akan kau lakukan untuk masa depan. Ini adalah pilihanmu untuk menghadapi sesuatu yang telah terjadi.(Kotomine Kirei)


(9)

vi

PERNYATAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak membuat karya orang lain atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah di buat dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 September 2016 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Subana Setyawan

Nomor mahasiswa : 111334049

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI – 2 DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 2 PAKEM YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya menyerahkan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak ntuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya ijin dari saya maupun memberi royalty selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 26 September 2016 Yang Menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 2 PAKEM

Subana Setyawan Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui guru berperilaku sesuai kompetensi inti-2 dan mendiskripsikan hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi inti-2 dengan hasil belajar afektif pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMPN 2 Pakem.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan metode tendensi sentral yaitu mean, median, modus. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN 2 Pakem yang berjumlah 94 dengan tenik purposive sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: guru berperilaku sesuai dengan kompetensi inti-2 dan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan kompetensi inti-2 sebagai berikut (1) rata-rata frekuensi aspek jujur untuk jawaban “jujur” 46%, “sering” 27%, “kadang-kadang” 20% dan “tidak pernah” 7%, (2) rata-rata frekuensi aspek disiplin untuk jawaban “selalu” 53%, “sering” 28%, “kadang-kadang” 17% dan “tidak pernah” 1%, (3) rata-rata frekuensi aspek tanggung jawab untuk jawaban “selalu” 50%, “sering” 30%, “kadang-kadang” 18% dan “tidak pernah” 2%, (4) rata-rata frekuensi aspek toleransi untuk jawaban

“selalu” 32%, “sering” 38%, “kadang-kadang” 23% dan “tidak pernah” 7%, (5)

rata-rata frekuensi aspek gotong royong untuk jawaban “selalu” 49%, “sering” 33%, “kadang-kadang” 17% dan “tidak pernah” 2%, (6) rata-rata frekuensi aspek sopan santun untuk jawaban “selalu” 66%, “sering” 27%, “kadang-kadang” 7% dan “tidak pernah” 0%, dan (7) rata-rata frekuensi aspek percaya diri untuk

jawaban “selalu” 54%, “sering” 34%, “kadang-kadang” 12% dan “tidak pernah”


(12)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN STUDENT’S PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS ACCORDANCE WITH THE 2nd CORE COMPETENCE AND THE AFFECTIVE SCORES IN SMP N 2 PAKEM

Subana Setyawan Sanata Dharma University

2016

This research aim is to find out whether there is a relationship between student’s perception toward the attitude of teacher according to the 2nd competence core and describe the affective scores of Social Science subject on the 2nd grade of SMP N 2 Pakem.

This research uses descriptive analysis method with central tendencial method mean, median, mode. The samples of this research were 94 students of 2nd grade SMP N 2 Pakem. The samples were taken by purposive sampling technicque. The data were collected by using questionnaire technicque.

The result of the research shows that: the teacher behaves according with the 2nd core competence and student’s perception to the attitude of teacher according to: (1) the average frequency of honest aspect for the answer “always” is 46%, “often” is 27%, “sometimes” is 20% and “never” is 7%, (2) the average frequency of discipline aspect for the answer “always” is 53%, “often” is 28%, “sometimes” is 17% and “never” is 1%, (3) the average frequency of responsible aspect for the answer “always” is 50%, “often” is 30%, “sometimes” is 18% and “never” is 2%, (4) the average frequency of tolerance aspect for the answer “always” is 32%, “often” is 38%, “sometimes” is 23% and “never” is 7%, (5) the average frequency of mutual cooperation aspect for the answer “always” is 49%, “often” is 33%, “sometimes” is 17% and “never” is 2%, (6) the average frequency of manners aspect for the answer “always” is 66%, “often” is 27%, “sometimes” is 7% and “never” is 0%, and (7) the average frequency of confidence aspect for the answer “always” is 54%, “often” is 34%, “sometimes” is 12% and “never” is 1%.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana di Pendidikan akuntansi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan dan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bimbingannya dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi studi di Universitas Sanata Dharma Yogakarta.

5. Kedua orang tuaku Bapak Supardjo dan Ibu Epon Aminah Supartika yang selalu mendoakan, memberikan fasilitas, memotivasi dan sabar dalam


(14)

xi

menemani setiap proses pendidikanku selama ini. Terimakasih Bapak Ibu atas semua jerih payah selama ini.

6. Untuk kedua kakak kandungku Yati Cahyani Supartika dan Dwidanarto yang selalu mengajariku untuk tidak mudah putus asa dalam mengadapi semua masalah dan selalu ada ketika aku membutuhkan bantuan.

7. Untuk kedua keponakanku Riri dan Nara, terima kasih untuk keceriaan yang kalian berikan.

8. Sahabat – sahabatku seperjuangan ketika kuliah Clara Cinta Imanda, Angela Astri P, Junita Sidauruk, Theresita Febrina, Alexander Christian yamg selalu menemaniku di kala sedih dan senang.

9. Teman – teman Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 baik yang sudah lulus maupun masih dalam perjuangan untuk menyelesaikan skripsi, terima kasih untuk setiap bantuan dan dukungan yang telah kalian beikan. 10. Untuk kakak-kakakku Mas Ded, Mas Bud, mas Agung yang selalu

membantuku dan menjadi tempat curhatku.

11. Untuk sahabat-sahabatku Mas Kris, Agung, Edi, Misel, Age, Martha dan Lisa, terima kasih untuk setiap bantuan dan semangat yang kalian berikan. 12. Untuk teman-temanku yang cantik Valen, Bella, Nita, dan Ida terima kasih

untuk setiap semangat yang kalian berikan.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. BatasanMasalah ... 5

C. RumusanMasalah ... 6

D. TujuanPenelitian ... 6

E. ManfaatPenelitian ... 6


(16)

xiii

A. KajianPustaka ... 8

1. Persepsi ... 8

a. PengertianPersepsi ... 8

c. Ciri – ciriPersepsi ... 10

2. Kurikulum 2013 ... 10

a. KerangkadasarKurikulum 2013 ... 13

b. StrukturKurikulum 2013 ... 15

c. Kompetensiinti ... 18

3. HasilBelajar ... 25

a. Pengertianhasilbelajar ... 25

b. Faktor-faktor yang mempengaruhihasilbelajar ... 26

4. Penilaianhasilbelajar ... 30

a. Pengertianpenilaianhasilbelajar ... 30

b. Fungsipenilaianhasilbelajar ... 30

c. Tujuandanmanfaatpenilaianhasilbelajar ... 31

5. Penilaiankompetensisikap ... 32

B. KerangkaBerpikir ... 43

1. Perilaku guru sesuaidenganKompetensi Inti-2... 43

2. Hubunganantarapersepsisiswaterhadapperilaku guru sesuai Kompetensi Inti-2 dengannilaiafektif ... 44

C. PerumusanHipotesis ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46


(17)

xiv

B. WaktudanTempat ... 46

C. VariabelPenelitian ... 46

D. Model danparadigmapenelitian ... 47

E. SubjekdanObyekPenelitian ... 48

F. Teknik Sampling ... 48

G. Variabelpenelitiandanpengukuran... 49

H. TeknikPengumpulan Data ... 51

I.TeknikpengujianInstrumen ... 52

J. TeknikAnalisis Data ... 60

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHSAN ... 74

A. Analisis Data korelasipersepsisiswaterhadap perilaku guru dengannilaiafektif ... 74

B. Deskripsi data ... 74

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Keterbatasan ... 114

C. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116 LAMPIRAN


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Strukturkurikulum SMP/MTs ... 16

Tabel II.2 IndikatorKompetensi Inti-1 danKompetensi Inti-2 ... 21

Tabel III.1 Kisi-kisikuesioner ... 50

Tabel III.2 Skorpernyataankuesioner ... 50

Tabel III.3 Hasilujivaliditas 1 ... 53

Tabel III.4 Hasilujivaliditas 2 ... 56

Tabel III.5Hasilujireliabilitas ... 59

Tabel III.6 Pengujiannormalitas ... 65

Tabel III.7 Intepretasiterhadapnilai r analisiskorelasi ... 66

Tabel III.8 Hasilujikorelasibivariatpersepsisiswaterhadap perilaku guru yang sesuaidengankompetensi inti-2 dengan nilaiafektif ... 66

Tabel III.9 Hasilujikorelasibivariataspekjujurdenganhasilbelajarafektif ... 67

Tabel III.10 Hasilujikorelasibivariataspekdisiplin denganhasilbelajarafektif ... 68

Tabel III.11 Hasilujikorelasibivariataspektanggungjawab denganhasilbelajarafektif ... 69

Tabel III. 12 Hasilujikorelasibivariataspektoleransi denganhasilbelajarafektif ... 70

Tabel III. 13 Hasilujikorelasibivariataspekgotongroyong denganhasilbelajarafektif ... 70


(19)

xvi

Tabel III.14 Hasilujikorelasibivariataspeksopansantun

denganhasilbelajarafektif ... 72

Tabel III.15 Hasilujikorelasibivariataspekpercayadiri denganhasilbelajarafektif ... 73

Tabel IV.1 Karakteristikrespondenberdasarkanjeniskelamin ... 75

Tabel IV.2 Tanggapanrespondenterhadapaspekjujur ... 76

Tabel IV.3 Tanggapanrespondenterhadapaspekdisiplin ... 80

Tabel IV.4 Tanggapanrespondenterhadapaspektanggungjawab ... 90

Tabel IV.5 Tanggapanrespondenterhadapaspektoleransi ... 95

Tabel IV.6 Tanggapanrespondenterhadapaspekgotongroyong ... 99

Tabel IV.7 Tanggapanrespondenterhadapaspeksopansantun ... 103

Tabel IV.8 Tanggapanrespondenterhadapaspekpercayadiri ... 107

Tabel IV.9 Pembanding rata-rata persepsisiswaterhadap perilaku guru sesuaikompetensi inti-2 antaraspek ... 110


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Instrumenpenelitian ... 118

Lampiran 2. Data IndukPenelitian ... 128

Lampiran 3.NilaiRapor ... 150

Lampiran4.UjivaliditasdanReabilitas ... 190

Lampiran 5.Deskripsibutirpertanyaanaspekjujur ... 196

Lampiran 6.Deskripsibutirpertanyaanaspekdisiplin ... 201

Lampiran 7.Deskripsibutirpertanyaanaspektanggungjawab ... 210

Lampiran 8.Deskripsibutirpertanyaanaspektoleransi ... 215

Lampiran 9.Deskripsibutirpertanyaanaspekgotongroyong ... 219

Lampiran 10.Deskripsibutirpertanyaanaspeksopansantun ... 224

Lampiran 11.Deskripsibutirpertanyaanaspekpercayadiri ... 229

Lampiran12.Tabel r product moment ... 233


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas dari campur tangan pemerintah, ini terbukti dari adanya kurikulum yang telah disepakati oleh Mentri Pendidikan dan Budaya Indonesia. Di Indonesia sendiri, telah banyak melakukan perombakan kurikulum dikarenakan tuntutan zaman yang terus berkembang.Sebab, hakikat penyelenggaran pendidikan adalah untuk menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan negara, sehingga diharapkan melalui pendidikan bangasa dan negara ini mengalami kemajuan. Oleh sebab itu, pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal, supaya dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang mempunyai kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan sesuai standar nasional yang telah disepakati.

Di era global saat ini, Indonesia memiliki banyak tantangan yang dihadapi. Hampir setiap hari kita dipertontonkan dengan contoh-contoh yang menyedihkan melalui film maupun acara di stasiun televisi, yang secara gambling memperlihatkan perilaku sadis, mutilasi, kekerasan, premanisme, kejahatan, perselingkuhan, kawin siri, penyalahgunaan obat terlarang, seks bebas, dan korupsi. Kita juga tidak jarang mendengar, melihat, menyaksikan para pemuda, pelajar dan mahasiswa yang sangat-sangat diharapkan oleh negara untuk menjadi penerus bangsa dan negara telah terlibat pelecehan seksual, narkoba, geng motor, VCD porno, dan


(22)

perjudian. Contoh-contoh tersebut erat kaitannya dengan kualitas pendidikan dan kualitas sumber daya manusia, serta menunjukkan betapa rendah dan rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa kita. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan pengembangan kurikulum.

Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan dapat berjalan sesuai yang diharapan, oleh karena itu kurikulum sangat diperhatikan di masing-masing satuan pendidikan. Sebab,kurikulum merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan. Di samping itu kurikulum diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: 1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri; 3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Inilah salah satu fondasi yang mendasari munculnya kurikulum 2013 sebagai solusi untuk menjawab


(23)

persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini dalam bidang pendidikan.

Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi maupun Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan, namun kurikulum ini lebih menekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Dengan adanya kurikulum ini diharapkan peserta didik dapat mempunyai kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditembuhnya sehingga dapat berpengaruh dan menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya.

Di dalam kurikulum 2013 terdapat kompetensi-kompetensi yang didasarkan pada standar nasional pendidikan, yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Menurut PP NO.32 Tahun 2013, Standar Nasional Pendidikan meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelelolaan, Standar Pembiayaan, Strandar Penilaian Pendidikan. Semua lingkup tersebut harus dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan, agar pelaksanaan pendidikan tetap sejalan dan mendukung sepenuhnya tujuan pendidikan nasional.


(24)

Salah satu kompetensi dasar kurikulum 2013 adalah kompetensi inti 2013. Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program dan menjadi landasan pengembangan kompetensi kasar. Di dalam kompetensi inti, terdapat 4 aspek yaitu: 1)sikap spiritual; 2)sikap sosial; 3)pengetahuan; 4)ketrampilan. Beberapa aspek tersebut merupakan implementasi dari soft skills dan hard skills, di samping itu juga keempat aspek tersebut harus menggambarkan keseimbangan antara soft skills dan hard skills.

Hal yang paling menarik perhatian dari antara keempat aspek tersebut adalah aspek sosial atau yang kerap kita sebut dengan KI 2, karena kita tahu bahwa pemuda, pelajar, dan mahasiswa saat ini sangat krisis karakter, hal ini ditunjukkan dengan adanya sering terjadinya tawuran antar pelajar, pemuda, maupun mahasiswa. Aspek sosial sendiri merupakan gambaran bentuk hubungan dengan sesame manusia dan juga lingkungannya. Aspek ini akan mengajarkan kepada peserta didik tentang pentingnya hubungan sosial. Jadi saat nanti peserta didik terjun langsung ke dalam masyarakat, mereka sudah mendapatkan bekal yang cukup untuk bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya.

Setiap satuan pendidikan akan berbeda kompetensi intinya, ini karena disesuaikan dengan perkembangan peserta didik di setiap satuan pendidikan. Misalnya untuk peserta didik SMP/MTs aspek sosialnya adalah menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung


(25)

jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Dalam praktek kurikulum 2013 guru harus menjadi teladan bagi siswanya, oleh karena itu tidak hanya siswa yang melakukan KI 2 tetapi guru harus juga melakukannya, agar tercipta pembelajaran yang efektif. Walaupun peserta didik merupakan subyek di dalam kurikulum 2013 tetapi peran seorang guru tidak dapat lepas dari siswa, oleh karena itu guru harus dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya atau yang biasa kita kenal dengan istilah tut wuri handayani, agar peserta didiknya meniru perilaku guru sesuai dengan KI2 dan dapat menjadikannya kebiasaan bagi peserta didik. Dan guru akan menilai sikap masing-masing peserta didiknya dan dijadikan sebagai bahan evaluasi, dan dari siswa pula kita juga dapat tahu apakah guru tersebut sudah melakukan KI2 dengan baik atau tidak, kalau sudah baik berarti kurikulum 2013 berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu peneliti meneliti persepsi siswa terhadap kurikulum 2013 ditinjau KI2 terhadap hasil belajar.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti akan mengkaji tentang persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan Kompetensi Inti-2 pada kurikulum 2013, yang berkaitan dengan sikap sosial, yaitu jujur,disiplin,tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, santun, dan percaya diri.


(26)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah untuk penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai kompetensi inti-2 dengan hasil belajar afektif mata pelajaran IPS? D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah guru sudah berperilaku sesuai dengan Kompetensi Inti-2 pada kurikulum 2013.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara presepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan Kompetensi Inti-2 dengan hasil belajar afektif pada mata pelajaran IPS.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi atau pedoman sebagai penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kurikulum 2013 ditinjau dari KI2.

2. Kepala sekolah

Menjadi evaluasi bagi kepala sekolah dan membimbing guru-guru untuk menerapkan KI2 dalam kurikulum 2013 dengan baik.


(27)

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran, khususnya menjadi teladan bagi anak didiknya, sehingga nanti guru dapat menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.

4. Siswa

Dapat menjadi acuan bagi siswa tentang performa guru dalam menerapkan KI2, sehingga nanti dapat menegur, maupun mengambil sisi positif dari guru.

5. Peneliti

Menambah pengalaman dan bekal yang cukup mengenai pelaksanaan kurikulum 2013, sehingga nanti dalam menjalankan tugas dalam bidang keguruan dapat menyikapinya dengan bijaksana.


(28)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI 1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya diinterpretasi disebut persepsi (Sarwono,2009:86). Tidak jauh dengan yang disampaikan oleh Sarwono, Walgito berpendapat bahwa persepsi meruapakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2010:99).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat kita simpulkan bahwa persepsi merupakan pemahaman yang terbentuk dari diterimanya stimulus melalui alat indera.

1) Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi adalah sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik.


(29)

Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

Tidak semua stimulus akan direspon oleh organism atau individu. Respon diberikan oleh individu terhadap stimulus yang menarik perhatian individu. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yang dipersepsi oleh individu selain tergantung pada stimulusnya juga tergantung kepada keadaan individu yang bersangkutan. Stimulus yang mendapatkan pemilihan dari individu tergantung kepada bermacam-macam faktor, salah satu faktor adalah perhatian individu, yang merupakan aspek psikologis individu dalam mengadakan persepsi.


(30)

2) Ciri-Ciri Persepsi

Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna ada cirri-ciri tertentu dalam dunia persepsi, yaitu:

a) Modalitas, yakni rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap indera, misalnya cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba, dan sebagainya.

b) Dimensi ruang, sehingga dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, latar depan-belakang. c) Dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda. d) Struktur konteks, yakni keseluruhan yang

menyatukan. 2. Kurikulum 2013

Proses pendidikan dalam kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, kondusif, interaktif, dan lain sebagainya apabila dilandasi dengan kurikulum yang baik dan benar. Kurikulum sejatinya merupakan jantung dari pendidikan, karena baik dan buruknya hasil pendidikan ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu membangun kesadaran kritis terhadap peserta didik ataukah tidak.

Kurikulum sendiri memiliki banyak pengertian, salah satunya dari J.Glen dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for


(31)

Better Teaching and Learning (1956) memberikan definisi kurikulum sebagai “the sum total of school’s efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground or out of school”.

Yang berarti, segala usaha sekolah guna mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah disebut kurikulum.

Pendapat yang hampir serupa juga dikatakan oleh William B. Ragan dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966) menjelaskan arti kurikulum sebagai “all the experiences of children for which the school accepts responsibility. It denotes the results of efforts on the part of the adults of the community and the nation to bring to the children the finest, most whole some influences that exists in the culture”.

Ragan mendifinisikan kurikulum dalam arti yang luas yaitu kurikulum tidak hanya mencakup bahan pelajaran, namun seluruh kehidupan dalam kelas, hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, dan cara mengevalusi juga termasuk di dalamnya.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa kurikulum merupakan usaha yang sekolah untuk mempengaruhi pserta didiknya belajar, baik dalam hal pelajaran maupun sosial.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Sistem Pemdidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berimana, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha


(32)

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandii, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut, tidak akan terlepas dari kurikulum pendidikan. Di Indonesia sendiri sudah beberapa kali berganti model kurikulum, mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004, kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang di rintis pada tahun 2006, dan yang paling baru adalah kurikulum 2013. Hal ini terjadi karena perubahan zaman, serta persoalan yang dihadapinya. Karena pada hakikatnya, penyelenggaraan pendidikan adalah untuk menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh negara. Seingga, diharapkan melalui pendidikan bangsa dan negara ini akan mengalami kemajuan. Oleh sebab itu, bila pendidikan dilaksanakan secara optimal maka akan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas yang memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan sesuai standar nasional yang telah disepakati.

Di Indonesia pada tahun 2013/2014 muncul kurikulum baru yang disebut Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan kurikulum yang sudah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis pada yahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah dirintis pada tahun 2006. Yang membedakan kurikulum 2013 dengan kurikulum yang lainnya adalah titik penekanannya, yaitu pada soft skills dan hard skills.


(33)

a. Kerangka Dasar Kurikulum 2013

Ada beberapa hal yang mendasari penyusunan Kurikulum 2013, yaitu:

1) Aspek filosofis

Filosofis adalah landasan penyusunan kurikulum yang didasarkan pada kerangka berpikir dan hakikat pendidikan yang sesungguhnya. Dalam konteks ini landasan filosofis Kurikulum 2013 adalah:

(a) Pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.

(b) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.

2) Aspek yuridis

Aspek yuridis adalah suatu landasan yang digunakan sebagai payung hukum dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum. Dalam penyusunan Kurikulum 2013 ini, landasan yuridis yang digunakan antara lain:

a) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional.


(34)

b) RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan yang berisi tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum.

c) Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional: Penyempurnaan Kurikulum dan Metodologi Pembelajaran Aktif berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Bangsa untuk Membentuk Daya saing Karakter Bangsa.

d) Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

e) Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi kurikulum 2013.

3) Aspek konseptual

Aspek Konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan pada ide atau gagasan yang diabstraksikan dari peristiwa konkret. Dalam penyusunan Kurikulum 2013 ini landasan konseptualnya, antara lain:

a) Prinsip relevansi.

b) Model Kurikulum berbasis kompetensi. c) Kurikulum lebih dari sekedar dokumen.


(35)

d) Proses pembelajaran, yang meliputi : aktifitas belajar, output belajar, dan outcome belajar. e) Penilaian, kesesuaian teknik penilaian dengan

kompetensi dan penjenjangan penilaian. b. Struktur Kurikulum 2013

Struktur kurikulum adalah pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan Pembelajaran, mata pelajaran, dan beba belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Mulyasa dalam bukunya KTSP menyatakan bahwa struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Pengertian di atas dapat dimaknai bahwa struktur kurikulum harus berisikan sebuah komponen atau susunan mata pelajaran yang di dalamnya memuat beban belajar per minggu yang harus ditempuh oleh peserta didik. Hal ini sejalan dengan acuan Kemendikbud yang menyebutkan bahwa struktur kurikulum ialah menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam kurikulum dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa.


(36)

Melalui uraian tersebut dapat diambil suatu pemahaman bahwa struktur kurikulum paling tidak menyangkut beberapa hal, yaitu memuat sejumlah mata pelajaran dan beban belajar yang akan ditempuh oleh setiap peserta didik dalam satuan pendidikan. Beban belajar di sini ialah diwujudkan melalui alokasi waktu belajar dalam satu minggu.

Tabel II.1

Struktur Kurikulum SMP/MTs Mata Pelajaran

Alokasi Waktu Belajar PerMinggu Kelompok A VII VIII IX 1 Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti

3 3 3

2 PPKn 3 3 3

3 Bahasa Indonesia 6 6 6

4 Matematika 5 5 5

5 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 6 Ilmu Penetahuan Sosial 4 4 4 7 Bahasa Inggris 4 4 4

Kelompok B

1 Seni Budaya (termasuk muatan lokal)

3 3 3

2 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (termasuk muatan lokal)


(37)

Untuk pendidikan tingkat menengah pertama (SMP/MTs), Struktur Kurikulumnya terdiri dari 10 mata pelajaran yang dikelompokkan ke dalam 2 bagian, yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif. Sementara kelompok B merupakan mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

Kemudian, untuk beban belajar di SMP/MTs untuk semua kelas mengalami penambahan jumlah jam pembelajaran per minggu. Yang sebelumnya berjumlah 32 jam/minggu, pada kurikulum 2013 menjadi 38 jam/minggu. Untuk 1 jam belajar di SMP/MTs adalah 40 menit.

Terkait dengan struktur kurikulum SMP/MTs di atas, untuk mata pelajaran IPA dan IPS dalam kurikulum 2013 ini dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.

Di samping itu, tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotism, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam


(38)

ruang (space) wilayah NKRI. IPA juga bertujuan untuk pengenalan terhadap lingkungan biologi dan alam sekitarnya serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.

Bila melihat uraian dari Kemendikbud tersebut, dapat dipahami bahwa mata pelajaran IPA dan IPS maupun mata pelajaran yang lain dapat menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter dan budaya bangsa. Hal ini tercermin dari tujuan setiap mata pelajaran yang berusaha menekankan dan meningkatkan nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter dan budaya bangsa.

c. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program dan menjadi landasan pengembangan kompetensi kasar. Kompetensi inti merupakan bentuk perubahan dari standar kompetensi pada kurikulum sebelumnya (KTSP).

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi ini merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke


(39)

kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar, yaitu suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Sementara organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi mata pelajaran yang berada dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. Selain itu, kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Dalam kurikulum 2013, kompetensi inti mencakup beberapa aspek, diantaranya sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan yang berfungsi sebagai penintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai standar kompetensi lulusan. Aspek sikap spiritual dituangkan dalam kompetensi inti 1 (KI 1), aspek sikap sosial dituangkan dalam kompetensi inti 2 (KI 2), aspek pengetahuan dituangkan dalam kompetensi inti 3 (KI 3), dan aspek ketrampilan dituangkan dalam kompetensi inti 4 (KI 4).

Aspek sosial merupakan gambaran bentuk hubungan dengan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Aspek ini akan mengajarkan kepada peserta didik tentang pentingnya hubungan sosial. Di samping itu, manusia adalah makhluk sosial yang akan membutuhkan bantuan orang lain. Lebih-lebih nanti


(40)

peserta didik akan menyelesaikan studinya dan akan kembali ke masyarakat. Maka dari itu, peserta didik harus memiliki bekal yang cukup dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Adapun aspek pengetahuan merupakan cerminan dari ilmu yang dipelajarinya di bangku sekolah. Aspek ini bersifat kognitif yang diperoleh peserta didik dari materi-materi yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran. Melalui aspek pengetahuan, harapannya peserta didik mampu memahami dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya. Sementara aspek ketrampilan adalah kemampuan untuk melatih kreativitas peserta didik dalam mengolah dan menyajikan materi-materi yang diperoleh di sekolah. Aspek ini lebih menekankan pada kemampuan psikomotor peserta didik.

Berikut ini adalah kompetensi inti kelas VIII

1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkuan pergaulan dan keberadaannya.

3) Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin


(41)

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4) Mengelola, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Berdasarkan rumusan Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 di atas, maka cakupan, pengertian, dan indikator penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada jengang SMP/MTs disajikan dalam table di bawah ini:

Tabel II.2

Indikator KI-1 dan KI-2 Cakupan dan

Pengertian

Indikator

Sikap Spirirual 1. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.

2. Menjalankan ibadah tepat waktu.

3. Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.

4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa 5. Mensyukuri kemampuan

manuasia dalam mengendalikan diri.


(42)

6. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu. 7. Berserah diri kepada Tuhan

apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu

8. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah, dan masyarakat. 9. Memelihara hubungan yang

baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa 10. Bersyukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa sebagai Bangsa Indonesia.

11. Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya.

SIKAP SOSIAL Jujur

Adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan

1. Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan 2. Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas.

3. Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa adanya. 4. Melaporkan barang yang

ditemukan.


(43)

apa adanya.

6. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki. Disiplin

Adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

1. Datang tepat waktu.

2. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/sekolah.

3. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan.

4. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya ilmiah.

Tanggung jawab

Adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

1. Melaksanakan tugas individu dengan baik.

2. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan.

3. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat.

4. Mengembalikan barang yang dipinjam.

5. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.

Toleransi

Adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan yang berbeda

1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat.

2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender.


(44)

dari dirinya meskipun berbeda dengan pendapatnya.

4. Dapat menerima kekurangan orang lain.

5. Dapat memaafkan kesalahan orang lain.

Gotong Royong

Adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong-menolong secara ikhlas.

1. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah.

2. Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan.

3. Bersedia membantu orang lain tanpa mengharapkan imblan. 4. Aktif dalam kerja kelompok. Santun atau sopan

Adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya norma kesantunan bisa berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.

1. Menghormati orang yang lebih tua.

2. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.

3. Tidak meludah di sembarang tempat.

4. Tidak menyela pembicaraan. 5. Mengucapkan terima kasih

setelah menerima bantuan orang lain.

6. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa).

7. Meminta izin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang


(45)

orang lain. Percaya diri

Adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.

1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. 2. Mampu menbuat keputusan

dengan cepat.

3. Tidak mudah putus asa.

4. Tidak canggung dalam bertindak

5. Berani presentasi di dalam kelas

6. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2009:44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus


(46)

input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar, siswa berubah perilakunya disbanding sebelumnya.

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel,1996:51).

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Noer Rohmah (2015:194), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor dari luar dan dari dalam individu.

1) Faktor dari luar individu, merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar individu, yang termasuk faktor-faktor dari luar tersebut adalah:

a) Faktor lingkungan

(1) Lingkungan alami, yaitu tempa tinggal anak didik hidup dan berusaha di dalamnya, tidak boleh ada pencemaran lingkungan.

(2) Lingkungan sosial budaya, adalah hubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial.


(47)

Yaitu seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk untuk mencapai tujuan, yang meliputi:

(1) Kurikulum (2) Program

(3) Sarana dan fasilitas (4) Guru

2) Faktor dari dalam individu, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam individu. Yang termasuk ke dalam faktor dari dalam individu adalah:

a) Kondisi Fisiologis (1) Kesehatan jasmani

(2) Gizi cukup tinggi (gizi kurang maka lekas lelah mudah mengantuk, sukar menerima pelajaran) (3) Kondisi panca indra (mata, hidung, telinga,

pengecap, dan tubuh). Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas, pengajaran klasikal perlu memperhatikan:postur tubuh anak, dan jenis kelamin anak (Untuk menghindari letupan-letupan emosional yang cenderung tak terkendali).


(48)

Belajar hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.

Faktor-faktor psikologis yang utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik antara lain:

(1) Minat

Yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal/aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adanya hubungan antara diri sendiri dan dengan dunia luar, makin kuat/dekat hubungan tersebut semakin besar pula minat tersebut.

(2) Kecerdasan

“Didiklah anak sesuai dengan taraf umurnya” Dari sini jelas bahwa antara kecerdasan dan umur mempunyai hubungan yang sangat erat. Perkembangan seseorang dari yang kongkrit ke yang abstrak tidak bisa dipisahkan dari perkembangan inteligensinya.


(49)

Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih.

Bakat yang tidak dilatih dengan lingkungan maka akan menjadi bakat terpendam (sebatas potensi) yang tidak actual. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, tapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan agar bakat itu bisa terwujud.

Jadi ada dua faktor yang ikut mempengaruhi perkembangan bakat seseorang, yaitu:

(a) Faktor anak itu sendiri ( tergantung pada minat, kesulitan/masalah pribadi,meskipun bakat karena keturunan

(b) Lingkungan anak (tidak ada kesempatan/orang tua miskin, dan lain-lain). (4) Motivasi

Yaitu kemampuan psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

(5) Kemampuan kognitif

Ranah kognitif yaitu kemampuan yang selalu dituntut pada anak didik untuk dikuasai karena


(50)

menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. Ada 3 kemampuan yang harus dikuasai untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yakni:

(a) Persepsi (b) Mengingat

(c) Berpikir. 4. Penilaian Hasil Belajar

a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar

Dalam PERMENDIKBUD Nomor 104 tahun 2014, disebutkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi ketrampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. b. Fungsi Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi:

1) Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan ketrampilan pada setiap


(51)

kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya

2) Sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik.

c. Tujuan dan Manfaat Penilaian Hasil Belajar

1) Tujuan diadakanya penilaian hasil belajar adalah:

a) Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan.

b) Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan.


(52)

c) Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar.

d) Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.

2) Adapun manfaat dilakukannya penilaian hasil belajar adalah: a) Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah

proses pembelajaran berlangsung.

b) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam pencapaian kompetensi. c) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang

dialami peserta didik.

d) Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan. e) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.

f) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektifitas pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah.

5. Penilaian Kompetensi Sikap

Sikap berawal dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons suatu objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau


(53)

tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga kompenen, yaitu: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Sedangkan komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.

Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Oleh karena itu, semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

Dari penjelasan mengenai pengertian sikap dapat dikemukakan bahwa penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan, merespons atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter.

Dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap dibagi menjadi dua Kompetensi Inti, yakni Kompetensi Inti 1 untuk sikap spiritual dan kompetensi Inti 2 untuk sikap sosial. Kompetensi Inti 1 dan 2 tidak diajarkan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), artinya kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki Kompetensi Dasar (KD),


(54)

tetapi tidak dijabarkan dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui PBM. Meskipun demikian, sikap spiritual dan sosial harus terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak pengiring dari pembelajaran.

Hal ini disebabkan, baik spiritual maupun sikap sosial itu tidak dalam konteks untuk diajarkan, tetapi untuk diimplementasikan atau diwujudkan dalam tindakan nyata oleh peserta didik. Oleh karena itu, jika sikap itu diajarkan, sesungguhnya guru sedang mengajarkan pengetahuan tentang sikap, tetapi bukan membentuk dan merealisasikan sikap jujur dan disiplin dalam tindakan nyata sehari-hari peserta didik. Oleh karena sikap spiritual dan sikap sosial harus muncul dalam tindakan nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, maka pencapaian kompetensi sikap tersebut harus dinilai oleh guru secara berkesinambungan.

Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yaitu: a) Kemampuan menerima

Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Pada tingkat menerima atau memerhatikan ini, peserta didik memiliki keinginan memerhatikan suatu fenomena khusus


(55)

atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya.

Dalam ranah ini, tugas pendidik adalah mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerja sama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan dan hal ini lah yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif.

b) Kemampuan merespons atau menanggapi

Kemampuan merespons adalah kemampuan menunjukkan perhatian yang aktif, kemampuan melakukan sesuatu, dan kemampuan menanggapi. Pada ranah ini, peserta didik tidak hanya memerhatikan fenomena khusus, tetapi ia juga bereaksi. Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukkan antara lain melalui: bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas, menaati aturan, mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf atas suatu kesalahan, mendamaikan perselisihan pendapat, menunjukkan empati, melakukan perenungan dan melakukan instropeksi.

c) Kemampuan menilai atau menghargai

Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian


(56)

atau penyesalan. Kemampuan menilai melibatkan penentuan nilai, keyakinan dan komitmen.

Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain melalui: mengapresiasi, menghargai peran, menunjukkan keprihatinan, mengoleksi sesuatu, menunjukkan rasa simpatik dan empatik kepada orang lain, menjelaskan alasan sesuatu yang dilakukannya, bertanggung jawab terhadap perilaku, menerima kelebihan dan kekurangan diri.

d) Kemampuan mengorganisasi atau mengelola

Kemampuan mengorganisasi atau mengelola adalah kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan mengorganisasi adalah peserta didik mendukung penegakan kedisiplinan.

e) Kemampuan berkarakter

Kemampuan berkarakter atau mengayati adalah kemampuan memadukan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang dalam memengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dalam hal ini nilai itu telah tertanam dalam secara konsisten pada sistemnya dan mempengaruhi emosinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan berkarakter adalah peserta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir dalam bertindak di sekolah, rumah, dan masyarakat.


(57)

Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu: a) Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta informasi verbal.

b) Minat

Menurut Getzel (1966:98), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk mencapai tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990:583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. c) Konsep diri

Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu, informasi mengenai konsep diri penting bagi sekolah yaitu untuk memberikan motivasi belajar peserta didik.


(58)

d) Nilai

Menurut Tyler (1973:7), nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktifitas dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya suatu pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat.

e) Moral

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri, misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering kali dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Secara umum objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:


(59)

a) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

b) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.

c) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhdap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di siini mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

d) Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan


(60)

tertentu. Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus lain, peserta didik memiliki sifat negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negri.

e) Sikap berhubungan dengan kompentensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.

Teknik-teknik penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati. Melalui penilaian kompetensi sikap melalui pengamatan atau observasi juga bisa dilakukan untuk melihat sikap atau respons peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian, tingkat pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dapat dipantau dengan baik berdasarkan data empiris.

Dalam menentukan aspek apa saja yang mau diobservasi atau diamati harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Aspek yang diamati harus tampak atau muncul dalam suatu aktivitas tertentu. Misalnya mengamati aspek kerja sama


(61)

dalam diskusi kelompok, maka aktifitas kerja sama dalam diskusi harus jelas terlihat atau muncul.

2) Aspek yang diamati atau diobservasi hendaknya terukur. Artinya sesuatu yang diamati hendaknya jelas ukurannya atau indikatornya, sehingga memudahkan keika guru menggunakan instrument observasi tersebut.

3) Aspek yang diamati hendaknya mengacu pada indikator pencapaian kompetensi yang sudah kita tetapkan yang mengacu pada kompetensi inti sikap spiritual dan sosial. 4) Aspek yang diamati yang dituangkan dalam pernyataan atau

butir instrument hendaknya menggunakan kata kerja operasional yang memiliki arti jelas.

b) Penilaian diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Dapat dikatakan bahwa penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.

c) Penilaian antarpeserta didik atau penilaian antarteman

Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian


(62)

kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sosial dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain. Penilaian antarpeserta didik menuntut keobjektifan dan rasa tanggung jawab dari peserta didik, sehingga menghasilkan data yang akurat.

d) Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Catatan-catatan tersebut secara tertulis dan dijadikan dokumen bagi guru untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap peserta didik. Catatan-catatan kelemahan dan kekurangan peserta didik berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial selanjutnya ditindaklanjuti dengan upaya-upaya pembinaan dan bimbingan, agar supaya terjadi perubahan sikap dan perilaku dari peserta didik secara bertahap.

e) Wawancara

Wawancara merupakan teknik penilaian dengan cara guru melakukan wawancara terhadap peserta didik menggunakan pedoman atau panduan wawancara berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial tertentu yang ingin digali dari peserta didik. Dalam melakukan wawancara dengan peserta didik sebaiknya jangan terlalu formal, tetapi dengan dialog-dialog


(63)

sederhana. Dengan demikian, peserta didik akan terbuka dalam memberikan informasi yang diperlukan guru yang berkaitan dengan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial tanpa merasa sedang diintrogasi oleh guru.

Menurut PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).

B. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan kajian teoritis sebagaiman yang telah dipaparkan diatas, maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran, yaitu sebagai berikut:

1. Perilaku Guru Sesuai dengan Kompetensi Inti 2

Semboyan yang terkenal dan dipakai di bidang pendidikan adalah tut wuri handayni yang merupakan semboyan dari bapak pendidikan di Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara. Maksut dari kalimat tersebut adalah di belakang memberikan semangat, jadi seorang guru harus berupaya penuh memberi dorongan dan arahan. Kata guru sendiri berarti “digugu lan ditiru” yang berarti sebagai panutan dan ditiru. Dari informasi di atas dapat kita simpulkan bahwa seorang guru harus menjadi teladan baik secara pikiran,perkataan, dan perbuatan, karena seorang guru harus mampu menjadi panutan bagi para anak didiknya.


(64)

Dalam proses belajar mengajar, seorang guru tidak akan terlepas dari kurikulum, karena kurikulum merupakan fondasi dalam pendidikan. Di dalam kurikulum juga terdapat apa saja yang harus guru pahami dan lakukan. Di dalam kurikulum 2013 terdapat kompetensi-kompetensi yang harus dikuasi oleh siswa, seperti sikap spiritual, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Alangkah sungguh memalukan bila seorang guru yang sebelumnya telah mempelajari kurikulum terlebih dahulu daripada muridnya tidak menguasi ketrampilan-ketrampilan tersebut, karena seorang guru merupakan panutan atau teladan bagi peserta didiknya. Oleh sebab itu guru harus menguasai ketrampilan-ketrampilan tersebut, diantaranya yaitu ketrampilan-ketrampilan sikap atau dalam kurikulum 2013 adalah Kompetensi Inti-2, yang meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun atau sopan, dan percaya diri.

2. Hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai Kompetensi Inti 2 dengan nilai afektif

Persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi inti-2 dengan hasil belajar afektif di duga memiliki hubungan terhadap hasil belajar afektif. Maka kerangka berfikir yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut.

Guru merupakan tokoh sentral dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), sehingga apa yang dilakukan oleh guru menjadi stimulus bagi siswa, kemudian stimulus tersebut ditangkap oleh indera siswa dan


(65)

menjadi persepsi bagi siswa. Siswa akan mendapatkan pemahaman tentang gurunya, apakah gurunya baik atau tidak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mempunyai nilai afektif baik maka guru yang mengajar tersebut telah menguasai Kompetensi Inti-2, sebaliknya bila peserta didik mempunyai nilai afektif yang buruk maka guru yang mengajar belum mampu menguasai Kompetensi Inti-2 dengan optimal.

C. PERUMUSAN HIPOTESIS

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. H1 = Ada hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru

sesuai dengan Kompetensi Inti 2 dengan hasil belajar afektif pada mata pelajaran IPS.


(66)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Menurut L.R. Gay (1987) penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap status, sikap, pendapat kelompok individu, perangkat kondisi dan prosedur, suatu sistem pemikiran atau peristiwa dalam rangka membuat deskripsi atau gambaran secara sistematik dan analitik yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah aktuil pada masa kini.

Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan, dan seberapa jauh suatu hubungan ada antara dua variabel (yang dapat diukur) atau lebih.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 2. Tempat penelitian

Tempa penelitian dilaksanakan di SMP 2 Pakem C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu:


(67)

1. Variabel terikat (dependent variable), yaitu faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain (Robbins, 2009:23). Dalam penelitian ini yang masuk ke dalam variabel terikat adalah Hasil belajar afektif sosial (Y).

2. Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti-2 (X).

D. Model dan Paradigma Penelitian

Persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti-2 dan hasil belajar afektif sosial dapat diilustrasikan paradigma atau model penelitian sebagai berikut :

Keterangan:

X = Persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti-2

Y = Hasil belajar afektif sosial

Guru merupakan salah satu faktor pembentuk kepribadian dari peserta didiknya, karena peserta didik bertemu dengan guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sehari-hari, maka tidak secara langsung peserta didik akan meniru sikap gurunya. Sebagai seorang guru, tugas yang diemban tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga

Y

X


(68)

membimbing peserta didiknya agar dapat berperilaku yang baik, di samping itu juga guru harus memberikan contoh bagaimana berperilaku yang baik di depan peserta didiknya, baik di sekolah, maupun di luar sekolah.

E. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPS di SMP 2 Pakem

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah “PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU YANG SESUAI DENGAN KOMPETENSI INITI-2 PADA KURIKULUM 2013”.

F. Teknik Sampling

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi SMP 2 Pakem, yang berjumlah 382.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan anggota yang dipilih dari populasi. Cara atau teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan


(69)

pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Hanya mereka yang dianggap ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Untuk menetukan ukuran sampel ditentukan berdasarkan Teknik Solvin (Siregar, 2014:61) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

n = sampel N = populasi

e = perkiraan tingkat kesalahan Perhitungan sampel

Dari perhitungan di atas menggunakan teknik Solvin dengan margin eror 5% diperoleh 195 sampel. Tetapi dalam realisasinya peneliti hanya memperoleh sampel sebanyak 94.

G. Variabel Penelitian dan Pengukuran 1. Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia


(70)

nyata. Dalam penilitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai Kompetensi Inti-2, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar afektif sosial.

2. Pengukuran variabel penelitian

a. Variabel bebas (independent variable)

Untuk variabel bebas, persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan Kompetensi Inti-2 diukur dengan skala likert. Skala likert merupakan teknik mengukur sikap di mana subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pertanyaan.

Tabel III.1 Kisi-kisi kuesioner

NO INDIKATOR PERTANYAAN NO 1 Jujur 1,2,3,4,5,6,7,8

2 Disiplin 9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23

3 Tanggung jawab

24,25,26,27,28,29,30,31,32

4 Toleransi 33,34,35,36 5 Gotong

royong

37,38,39,40,41,42

6 Sopan santun 43,44,45,46,47,48,49 7 Percaya diri 50,51,52,53,54,55


(71)

Dalam penelitian ini skoring atas jawaban item di atas masing-masing responden ditentukan berdasarkan sifat pertanyaan. Masing-masing pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam emapat skala pendapat, sebagai berikut:

Tabel III.2

Skor pernyataan kuesioner Pernyataan kuesioner Skor

Selalu (S) 4

Sering (SR) 3

Kadang-kadang (KD) 2 Tidak Pernah (TP) 1

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar afektif sosial, yang diukur berdasarkan nilai rapot semester 1.

1) Hasil belajar afektif sosial (Y)

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban/reaksi, penilaian organisasi dan internalisasi. Siswa-siswi SMP 2 Pakem mendapatkan hasil belajar afektif sosial sosial yang baik, oleh karena itu untuk mempermudah proses


(72)

olah data, maka dalam menggunakan analisis data dalam bab V menggunakan analisis deskriptif. H. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi siswa mengenai perilaku guru yang berkenaan dengan Kompetensi Inti-2. Jenis kuesioner ini adalah tertutup, artinya peneliti sudah menyiapkan jawaban pendek sehingga responden cukup member tanda centang (√) pada tempat yang telah disediakan. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup karena mengingat waktu yang digunakan siswa-siswa dalam mengisi kuesioner sangat terbatas dan banyak pertanyaan yang harus dijawab. Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk memperoleh data yang relevan yang dibutuhkan oleh peneliti.

I. Teknik Pengujian Instrumen

Untuk mengetahui apakah instrument valid atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut:

1. Pengujian validitas

Menurut Premastuti (2014:18) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner


(73)

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang dapat diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas menggunakan teknik product moment yang dikemukakan oleh Pearson

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ] Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi setiap pertanyaan

x = Nilai setiap item y = Nilai dari seluruh item N = Jumlah sampel

Besarnya nilai r ditentukan dengan taraf signifikansi, dalam penelitian ini taraf siginifikansinya adalah 5%. Apabila nilai pengukuran nilai rhitung>rtabel maka item tersebut valid, sebaliknya

jika rhitung<rtabel maka item tersebut tidak valid. Untuk menentukan

rtabel caranya adalah N-2, yaitu 94- 2=92. Dengan taraf signifikansi

5% maka didapar rtabel adalah 0,2028. Adapaun uji validitas sebagai

berikut:

Tabel III.3 Hasil uji validitas 1

Persepsi siswa terhadap perilaku guru ditinjau dari Kompetensi Inti-2

No Pertanyaan rtabel rhitung Keterangan

1 0,2028 0,303 Valid 2 0,2028 0,206 Valid 3 0,2028 0,140 Tidak Valid


(1)

238

LAMPIRAN 13

SURAT PENELITIAN


(2)

239 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

240 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

241 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

242 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

243 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI