Hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru berdasarkan kompetensi inti - 2 dengan nilai afektif di SMP N 2 Turi Yogyakarta.
ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF
DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
Maria Diah Wulandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti -2 dengan nilai afektif. Pengujian dilakukan pada tujuh aspek yang terbagi dalam aspek; (1) Jujur; (2) Disiplin; (3) Tanggung Jawab; (4) Toleransi; (5) Gotong Royong; (6) Sopan Santun; (7) Percaya diri.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2015. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 2 Turi Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah kelas VII B dengan Jumlah 32 siswa. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan menggunakan korelasi Sperman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti-2 dengan nilai afektif. Dapat dilihat dengan perolehan Sig.(2-tailed) 0,912. Hasil pengujian tiap aspek adalah ; (1) aspek Jujur 0,512; (2) aspek Disiplin 0,956; (3) aspek Tanggung Jawab 0,877; (4) aspek Toleransi -0,751; (5) aspek Gotong Royong 0,501; (6) aspek Sopan Santun 0,464; dan (7) aspek Percaya diri 0,464.
(2)
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS BASED ON THE CORE COMPETENCE -2
AND THE AFFECTIVE SCORES IN SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
Maria Diah Wulandari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2016
This research aim to find out whether there is a the elationship between students’ perception toward the attitude of teacher accordance with the core competence-2 and the affective scores. To test the hypothesis, the seven aspects of the second core competence were chosen, namely (1) honesty; (2) discipline; (3) responsibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self-confidence.
This research was conducted from January to June 2015. The population of this research were the seventh grade students of SMP N 2 Turi Yogyakarta. The subjects of the study were 32 students of B Class. The research sample were drawn from these 32 students by using purposive sampling. The data were collected by using questionnaires set and the analysis was done by using Spearman’s correlation.
The finding of this research shows that there is no relationship between students’ perception toward the attitude of teacher accordance with the core competence-2 and the affective scores. It can be seen from the two-tailed statistical significance results of each aspect; (1) honesty aspect, 0.512; (2) discipline aspect, 0.956; (3) responsibility aspect, 0.877; (4) tolerance, -0.751; (5) mutual cooperation, 0.501; (6) manners, 0.464; and (7) self-confidence, 0.464.
(3)
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU
BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF
DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh : Maria Diah Wulandari
NIM : 111334068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIATAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
i
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU
SESUAI KOMPETENSI INTI – 2 DAN NILAI AFEKTIF
DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh : Maria Diah Wulandari
NIM : 111334068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIATAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(5)
(6)
(7)
iv
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapak Yohanes Suyadi dan Ibu Supartini Helena V yang berperan sebagai Ayah dan Ibu yang sangat luar biasa dalam hidup saya
Albertus Desy Wulan Nugroho kakaku yang selalu menjadi
penyemangat dan mengajari saya untuk tidak mudah putus asa
Keluarga Besar
Semua sahabat dan teman – teman terbaik yang saya miliki
Semua pihak yang memberikan dukungan dan bimbingan dalam
(8)
(9)
vi MOTTO
Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal,
dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan.
( 1 Korintus 1:5)
Mengapa harus mengeluh berbeban berat, jika beban itu jalan yang
membuat kita kekar untuk siap menantang halangan besar.
( Timotius Heri C K)
Jangan mengeluh jadilah tangguh.
( Sheila on 7 )
Telinga Tuhan tidak kurang lebar untuk mendengar doa kita dan
(10)
(11)
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU
BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF
DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
Maria Diah Wulandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti -2 dengan nilai afektif. Pengujian dilakukan pada tujuh aspek yang terbagi dalam aspek; (1) Jujur; (2) Disiplin; (3) Tanggung Jawab; (4) Toleransi; (5) Gotong Royong; (6) Sopan Santun; (7) Percaya diri.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2015. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 2 Turi Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah kelas VII B dengan Jumlah 32 siswa. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan menggunakan korelasi Sperman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti-2 dengan nilai afektif. Dapat dilihat dengan perolehan Sig.(2-tailed) 0,912. Hasil pengujian tiap aspek adalah ; (1) aspek Jujur 0,512; (2) aspek Disiplin 0,956; (3) aspek Tanggung Jawab 0,877; (4) aspek Toleransi -0,751; (5) aspek Gotong Royong 0,501; (6) aspek Sopan Santun 0,464; dan (7) aspek Percaya diri 0,464.
(12)
ix
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD
THE ATTITUDE OF TEACHERS BASED ON THE CORE
COMPETENCE -2 AND THE AFFECTIVE SCORES IN SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
Maria Diah Wulandari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2016
This research aim to find out whether there is a the elationship between students’ perception toward the attitude of teacher accordance with the core competence-2 and the affective scores. To test the hypothesis, the seven aspects of the second core competence were chosen, namely (1) honesty; (2) discipline; (3) responsibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self-confidence.
This research was conducted from January to June 2015. The population of this research were the seventh grade students of SMP N 2 Turi Yogyakarta. The subjects of the study were 32 students of B Class. The research sample were drawn from these 32 students by using purposive sampling. The data were collected by using questionnaires set and the analysis was done by using Spearman’s correlation.
The finding of this research shows that there is no relationship between students’ perception toward the attitude of teacher accordance with the core competence-2 and the affective scores. It can be seen from the two-tailed statistical significance results of each aspect; (1) honesty aspect, 0.512; (2) discipline aspect, 0.956; (3) responsibility aspect, 0.877; (4) tolerance, -0.751; (5) mutual cooperation, 0.501; (6) manners, 0.464; and (7) self-confidence, 0.464.
(13)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana di Pendidikan akuntansi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan dan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta staf kaeyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bimbingannya dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi studi di Universitas Sanata Dharma Yogakarta.
5. Kedua orang tuaku Bapak Yohanes Suyadi dan Ibu Supartini Helena V yang selalu mendoakan, memberikan fasilitas, memotivasi dan sabar
(14)
xi
dalam menemani setiap proses pendidikanku selama ini. Terimakasih Bapak Ibu atas semua jerih payah selama ini.
6. Untuk Kakakku Albertus Desi Wulan Nugroho yang selalu mengajariku untuk tidak mudah putus asa dalam mengadapi semua masalah.
7. Untuk mas Natoko Indojati yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi.
8. Sahabat – sahabatku seperjuangan ketika kulia Theresia Widiastuti, Brigita Dina, Rosta Natalia, Aknes Suparyatin, Valleria Dianisita dan Hani Suci yang selalu membantu saya ketika saya mengalami kesulitan saat kulia. 9. Sister – hood sahabat seatap kos Pringgodani 10 Josephine Fanny, Karina
Krisnadia, Ensa Puspita, Yevi Theresia, Stella Briyanti, Bonaventura Yulievianti, Dian Indhita, dan Agatha Lisa.
10. Teman – teman Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011
11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
(15)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
(16)
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. PENGKAJIAN TEORI YANG RELEVAN ...7
1. Persepsi ... 7
a. Pengertian Persepsi ... 7
b. Proses Terjadinya Persepsi ... 7
c. Ciri – ciri Persepsi ... 8
2. Kurikulum ... 8
3. Struktur Kurikulum ... 9
4. Kompetensi Inti ... 12
5. Pembelajaran ... 18
6. Hasil Belajar ... 22
7. Pengetahuan ... 34
B. Kerangka Berfikir ... 38
C. Perumussan Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Jenis Penelitian ... 40
B. Waktu dan Tempat ... 40
C. Variabel Penelitian ... 41
D. Subjek dan Obyek Penelitian ... 41
E. Teknik Sampling ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik pengujian Instrumen ... 43
(17)
xiv
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHSAN ...56
A. Analisis Data korelasi persepsi siswa terhadap perilaku guru dengan nilai afektif ... 56
1. Deskripsi Data ... 57
a. Deskripsi data berdasrkan jenis kelamin ... 57
b. Deskripsi skor persepsi siswa ... 57
c. Deskripsi hasil Belajar ... 58
B. Uji Korelasi ... 59
c. Pembahasan ... 65
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan ... 68
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 77
(18)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur kurikulum SMP ... 13
Tabel 2.2 Kompetensi Inti kelas VII ... 14
Tabel 2.3 Cakupan pengertian ... 15
Tabel 2.4 Lima pengalaman belajar ... 21
Tabel 2.5 Hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik ... 28
Tabel 2.6 Sasaran penelitian hasil belajar ... 33
Tabel 2.7 Sasaran penelitian hasil belajar ... 34
Tabel 2.8 Sasaran penelitian hasil belajar ... 36
Tabel 2.9 Sasaran penelitian hasil belajar ... 36
Tabel 2.10 Sasaran penelitian hasil belajar ... 38
Tabel 3.1 Uji validitas ... 45
Tabel 3.2 Uji validitas ... 46
Tabel 3.3 Reabilitas ... 49
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai R hasil analisis korelasi ... 52
Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas ... 53
Tabel 4.1 Data berdasarkan jumlah jenis kelamin ... 57
Tabel 4.2 Tabel data frekuensi skor persepsi siswa ... 58
Tabel 4.3 Hasil belajar afektif ... 58
Tabel 4.4 Uji hasil korelasi Kompetensi Inti – 2 dengan nilai afektif ... 60
Tabel 4.5 Uji korelasi aspek kejujuran dengan nilai aektif ... 60
(19)
xvi
Tabel 4.7 Uji korelasi aspek tanggung jawab dengan nilai aektif ... 62
Tabel 4.8 Uji korelasi aspek toleransi dengan nilai aektif ... 63
Tabel 4.9 Uji korelasi aspek gotong royomg dengan nilai aektif ... 64
Tabel 4.10 Uji korelasi aspek sopan santun dengan nilai aektif ... 65
(20)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1. Instrumen penelitian ... 73
Tabel 2. Data Induk Penelitian ... 84
Tabel 3. Nilai Rapor ... 91
Tabel 4. Uji validitas dan Reabilitas ... 94
Tabel 5. PAP II dan deskriptif data ... 100
Tabel 6. Tabel R ... 107
(21)
(22)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, berhasil atau tidaknya siswa juga dipengaruhi oleh sosok guru. Guru tidak hanya mengajarkan tentang ilmu pengetahuan saja namun diharapkan guru bisa menjadi panutan bagi siswa dan menjadi contoh teladan siswa dalam berperilaku dan bersikap. Keberadaan seorang guru sebagai pelaku pendidik dalam mendampingi para peserta didik sangat diperlukan, sosok guru sebagai pendamping dan menjadi teladan bagi para peserta didik maka guru harus sungguh – sungguh mampu menjaga imitsnya, hal ini dilakukan agar kebiasaan yang kurang baik dimiliki guru jangan sampai ditiru oleh peserta didik ( Susanto, 2012). Maka tidak dapat dipungkiri bawah guru juga berperan dalam pembentukan sikap dan karakter siswa karena akhir – akhir tidak sedikit siswa yang sudah melupakan etikanya sebagai seorang pelajar dan berperilaku menyimpang seperti membolos sekolah, sering datang terlambat, malas mengerjakan tugas sekolah, mengganggu temannya yang sedang belajar, tidak berpakaian selayaknya anak sekolah, melakukan tindak kriminal dan lain sebagainya. Perilaku menyimpang siswa juga dapat terjadi karena faktor lingkungan siswa tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan guru juga dapat berperan untuk mencegah tejadinya sikap penyimpangan tersebut dengan berperilaku dan memberikan contoh sikap yang baik.
(23)
Ungkapan Guru : digugu lan ditiru harus tetap menjadi pedoman bagi para guru, karena guru meberikan pengaruh terhadap siswa selain itu guru juga ikut bertanggung jawab dalam keberhasilan siswa baik dalam bidang akademik dan perilaku siswa demi membentuk insan Indonesia cerdas sesuai dengan visi dan misi Pendidikan Nasional. Dalam rangka mewujudkan cita – cita mencerdaskan kehidupan bangsa serta, serta sejalan dengan visi dan misi pendidikan Nasional, Kemekdiknas ( Renstra Kemendiknas 2010-2014) mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan insan Indonesia cerdas dan Kompetitif. Insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spriritual, cerdas emosi, cerdas social, cerdas intelektual, dan cerdas kinestis. (Mulyasa,2013;19).
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional. Perubahan mendasar tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan.
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis perlu diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan
(24)
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dapat kita lihat banyak sekali karakter pelajar rusak contohnya seperti tawuran antar pelajar, bolos ketika jam sekolah, mencontek dan lain-lain. Tidak dapat dipungkuri bahwa semua itu dapat merusak karakter seorang pelajar, Maka dari itu awal tahun ajaran 2014 telah ditetapkan kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013 yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa serta membuat siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum 2013 merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Di dalam implementasi Kurikulum 2013 juga menuntut kerjasama yang optimal di antara para guru, maka peran guru sangat diperankan agar kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuannya. Guru jangan hanya sebagai penguasa kelas atau penguasa di Sekolah, tetapi guru itu harus bisa menjadi pamong dan menjadi contoh teladan seperti dalam istilah jawa digugu lan ditiru oleh . Apabila guru berperilaku baik maka siswanya akan berperilaku baik. Tetapi sebaliknya apabila guru tidak berperilaku tidak baik, siswa akan berbuat tidak baik juga. Misalnya dalam hal disiplin guru sudah menunjukkan apa belum pada saat dikelas? apabila sudah menunjukkan sikap disiplin didalam kelas, maka akan direspon oleh siswanya dan siswanya akan meniru sikap disiplin. Maka dari itu peran terpenting dalam pembentukan karakter siswa juga dapat dilhihat di dalam perilaku guru dan
(25)
kegiatan guru dalam hal sikap akan dilihat oleh siswa, sehingga apa yang dilakukan oleh guru akan dipantau oleh siswa.
Dalam Struktur kurikulum 2013, Kompetensi Inti 1 mengenai Sikap Spiritual, Kompetensi inti 2 mengenai Sikap, Kompetensi Inti 3 mengenai Pengetahuan dan Kompetensi Inti 4 mengenai Keterampilan. Penelitian terfokus pada Kompetensi Inti 2 karena Kompetensi Inti 2 adalah penilaian mengenai sikap. Ketika guru berperilaku dan bersikap baik tentunya hal tersebut akan tercermin dari perilaku siswa, sehingga Penelitian ini diberi judul “PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI DENGAN KOMPETENSI INTI-2 DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA“
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian adalah apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai Kompetensi Inti-2(Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Toleransi, Gotong Royong, Sopan Santun, Percaya Diri) dan nilai afektif mata pelajaran IPS?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai kompetensi Inti-2 dengan hasil belajar afektif mata pelajaran IPS?
(26)
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah guru telah berperilaku sebagaimana terkait dengan kompetensi inti-2 pada kurikulum 2013
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan kompetensi Inti-2 dengan hasil belajar afektif pada mata pelajaran IPS.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refensi penelitian berikut yang berhubungan dengan kurikulum 2013 ditinjau KI-2 dengan hasil belajar siswa SMP.
2. Bagi Guru
Penelitian mengenai hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai Kompetensi Inti – 2 dengan hasil belajar afektif akan memberikan manfaat kepada guru agar para guru dapat meberikan contoh dan teladan sehingga dapat menjadi panutan bagi para siswa dalam berperilaku baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
3. Bagi Siswa
Bagi siswa meberikan manfaat kepada siswa bahwa perilaku guru juga memberikan pengaruh terhadap perilaku siswa serta, dapat
(27)
menjadikan guru sebagai teladan dalam bersikap dan dapat memberikan koreksi agar guru lebih bijak dalam meberikan contoh berperilaku.
(28)
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengkajian Teori yang Relevan
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Menurut Sarwono (2009:86) mengakatan persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu selanjutnya di interprestasi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahulukan oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensorik (Walgito, 2010:99)
b. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadi persepsi dapat dijelaskan sebagai ; Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat atau apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang
(29)
terjadi dalam otak atau alam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.
c. Ciri – ciri persepsi
Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna ada ciri – ciri tertentu dalam dunia persepsi :
1) Modalitas, yakni rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap indera ( cahaya umtuk penglihatan, bau penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya) 2) Dimensi ruang sehingga dapat menyatakan atas-bawah,
tinggi-rendah, latar depan-belakang.
3) Dimensi waktu, seperti cepat-lambat,tua-muda. 4) Struktur konteks, yakni keseluruhan yang menyatu.
2. Kurikulum 2013
Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan karena merupakan kunci utama untuk mencapai sukses dalam dunia pendidikan. Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang dari 1 abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamusnya tahun 1856. Di indonesia “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun 50an yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencan pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.
(30)
Menurut J.Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku “Curriculum planning for better teaching and learning” (1956). Menjelaskan kurikulum adalah segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, dihalaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Menurut J. Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya Secondary School Improfement (1973), kurikulum merupakan metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perrubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah rungan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
3. Struktur kurikulum 2013
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
(31)
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.
Tabel 2.1
Struktur Kurikulum SMP
Mata Pelajaran
Alokasi Waktu
Belajar Per Minggu
VII VIII IX
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1. Seni Budaya 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3 3 3
3. Prakarya 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu per Minggu 38 38 38
Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP antara lain Pramuka (Wajib), Organisasi Siswa Intrasekolah, Usaha Kesehatan
(32)
Sekolah, dan Palang Merah Remaja. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Disamping itu, tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ilmu Pengetahuan Alam juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.
(33)
Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu. Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi daerah pada satuan pendidikan itu.
4. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element)Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
(34)
organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4).
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
(35)
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.
Tabel 2.2
Kompetensi Inti Kelas VII
Kompetensi Inti Kelas VIII
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
(36)
Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, maka cakupan, pengertian, dan indikator penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial pada jenjang SMP/MTs disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.3
Cakupan dan Pengertian
Cakupan dan
pengertian
Indikator
Sikap spiritual
1. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.
2. Menjalankan ibadah tepat waktu. 3. Memberi salam pada saat awal dan akhir
presentasi sesuai agama yang dianut. 4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri
6. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
7. Berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu.
8. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat 9. Memelihara hubungan baik dengan sesama
umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa 10.Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai bangsa Indonesia.
11.Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya.
Sikap sosial Jujur
adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
1. Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan
2. Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber) dalam mengerjakan setiap tugas. 3. Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu
apa adanya
4. Melaporkan barang yang ditemukan 5. Melaporkan data atau informasi apa adanya 6. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang
dimiliki
(37)
adalah tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
1. Datang tepat waktu
2. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah
3. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan
4. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya ilmiah
Tanggungjawab
adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
1. Melaksanakan tugas individu dengan baik 2. Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan
3. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat
4. Mengembalikan barang yang dipinjam 5. Meminta maaf atas kesalahan yang
dilakukan
Toleransi
adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender
3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya
4. Dapat menerima kekurangan orang lain 5. Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
Gotong royong
adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling
1. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah 2. Kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan
3. Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan
(38)
berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.
4. Aktif dalam kerja kelompok
Santun atau sopan
adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.
1. Menghormati orang yang lebih tua. 2. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur.
3. Tidak meludah di sembarang tempat. 4. Tidak menyela pembicaraan.
5. Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain 6. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
7. Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.
1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.
2. Mampu membuat keputusan dengan cepat 3. Tidak mudah putus asa
4. Tidak canggung dalam bertindak 5. Berani presentasi di depan kelas 6. Berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan
5. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang
(39)
semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh sekolah.
Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan, palang merah remaja, festival seni, bazar, dan olahraga.
Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia.
(40)
Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning. Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung
(41)
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect).
Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap.
Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 2.4
Lima Pengalaman belajar
Langkah Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Mengamati (observing)
Mengamati dengan indra (membaca,
Perhatian pada waktu mengamati
(42)
mendengar,
menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat
suatu
objek/membaca suatu
tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati Menanya (questioning) membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.
jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) Mengumpulkan informasi/mencob a (experimenting) mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengem -bangkan
jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Menalar/Mengaso siasi (associating) mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/
(43)
menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan
hubungan
fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/penda-pat yang berbeda dari berbagai jenis sumber. Mengomunikasik an (communicating) menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan
menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain
6. Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Dengan penilaian hasil belajar yang baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses belajar mengajar. Sebaliknya, kalau terjadi kesalahan
(44)
dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang kualitas proses belajar dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang sesungguhnya tidak akan tercapai.
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengkuti proses belajar mengajar. Hamalik (2003) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesism dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk tingkat tinggi.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono,
(45)
2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
(46)
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban/reaksi, penilaian organisasi dan internalisasi. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahanya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tanpak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang komplek.
a. Reciving atau attending yakni semacam kepekaan dalam menerima ransangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini
(47)
termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau ransangan dari luar.
Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerja sama, dan sebagainya.
b. Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukan antara lain melalui : bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas, menaati peraturan, menggungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang menanggapi adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi tentang konsep disiplin
c. Valuing (Penilaian) berkenan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediannya menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d. Organisasi yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
(48)
pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai.
e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni :
a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c. Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
e. Gerakan – gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang komplek
f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif
Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalam belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil
(49)
belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Contoh hasil belajar ranah afektif diatas dapat menjadi hasil belajar psikomotorik manakala siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung didalam ranah afektifnya sehingga kedua ranah tersebut jika dilukiskan akan tampak sebagai berikut
Tabel 2.5
Hasil belajar afektif dan Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar Psikomotorik
Kemauan untuk
menerima pelajaran dari guru
Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk paling depan dengan
mempersiapkan kebutuhan belajar Perhatian siswa terhadap
apa yang dijelaskan oleh guru
Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis
Penghargaan siswa terhadap guru
Sopan, ramah dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan pelajaran
Hasrat untuk bertanya kepada guru
Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas Kemauan untuk
mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut
Keperpustakaan untuk belajar lebih lanjut untuk meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari, atau segera membentuk kelompok untuk diskusi
Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
Melakukan latihan diri dalam memcahkan masalah bedasarkan konsep bahan yang telah
diperolehnya atau
menggunakanya dalam praktek kehidupannya
Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya
Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru, dan bertanya atau meminta saran
(50)
bagaimana mempelajari mata pelajaran yang diajaarkannya.
Hasil belajar afektif dan psikomotorik ada yang tampak pada saat proses belajar belajar berlangsung dan adapula yang baru tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktek dalam kehidupannya dilingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotorik sifatnya lebih luas, lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa sebab dapat secara langsung mempengaruhi perilakunya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 , pengertian hasil belajar adalah sebagai berikut :
1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. 2. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam
melakukan penilaian hasil belajar peserta didik.
3. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian projek, dan penilaian tertulis.
(51)
4. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap 5. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
6. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
7. Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif.
8. Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.
9. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, sampai pelaporan.
10. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. 11.Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap
(52)
12. Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama semester.
13.Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester. 14. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada
ranah sikap.
15.Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah pengetahuan.
16. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah keterampilan.
Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi:
a. Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan
(53)
perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan
b. Sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik.
Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. 1. Sikap (Spiritual dan Sosial)
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Tingkatan Sikap Deskripsi
Menerima nilai Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan perhatian terhadap nilai tersebut
Menanggapi nilai Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut Menghargai nilai Menganggap nilai tersebut baik; menyukai
nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut
(54)
dari sistem nilai dirinya Mengamalkan
nilai
Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinya dalam berpikir, berkata,
berkomunikasi, dan bertindak (karakter) (sumber: Olahan Krathwohl dkk.,1964)
7. Pengetahuan
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan berpikir adalah sebagai berikut
Tabel 2.7
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Kemampuan
Berpikir Deskripsi
Mengingat: mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa
melakukan perubahan
Pengetahuan hafalan, ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep, prosedur, hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa berubah
Memahami: Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah.
Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata/istilah dengan kata/istilah lain yang sama maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan kalimat/paragraf/tulisan sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya; mengubah bentuk komunikasi dari bentuk kalimat ke bentuk
grafik/tabel/visual atau sebaliknya; memberi tafsir suatu
kalimat/paragraf/tulisan/data sesuai dengan kemampuan peserta didik; memperkirakan kemungkinan yang terjadi dari suatu informasi yang
(55)
terkandung dalam suatu kalimat/paragraf/tulisan/data. Menerapkan: Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang
baru/belum dipelajari
Kemampuan menggunakan
pengetahuan seperti konsep massa, cahaya, suara, listrik, hukum penawaran dan permintaan, hukum Boyle, hukum Archimedes, membagi/ mengali/menambah/mengurangi/menju m-lah, menghitung modal dan harga, hukum persamaan kuadrat, menentukan arah kiblat, menggunakan jangka, menghitung jarak tempat di peta, menerapkan prinsip kronologi dalam menentukan waktu suatu
benda/peristiwa, dan sebagainya dalam mempelajari sesuatu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Menggunakan
keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu
informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu kelompok/ informasi dengan kelompok/ informasi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya
Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya, memberi nama bagi
kelompok tersebut, menentukan apakah satu kelompok sejajar/lebih tinggi/lebih luas dari yang lain, menentukan mana yang lebih dulu dan mana yang
belakangan muncul, menentukan mana yang memberikan pengaruh dan mana yang menerima pengaruh, menemukan keterkaitan antara fakta dengan
kesimpulan, menentukan konsistensi antara apa yang dikemukakan di bagian awal dengan bagian berikutnya,
menemukan pikiran pokok penulis/pembicara/nara sumber, menemukan kesamaan dalam alur berpikir antara satu karya dengan karya lainnya, dan sebagainya
Mengevaluasi: Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria
Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu informasi/benda
menarik/menyenangkan bagi dirinya, adakah penyimpangan dari kriteria
(56)
suatu pekerjaan/keputusan/ peraturan, memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/salah/bagus/jelek dan sebagainya suatu hasil kerja
berdasarkan kriteria. Mencipta:
Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada
sehingga hasil tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan untuk membentuknya
Kemampuan membuat suatu cerita/tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia,
mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai bentuk kreativitas lainnya.
(sumber: Olahan Anderson, dkk. 2001).
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi pengetahuan adalah sebagai berikut.
Tabel 2.8
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Dimensi
Pengetahuan Deskripsi
Faktual Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.
Konseptual Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori Prosedural Pengetahuan tentang prosedur dan proses
khusus dari suatu mata pelajaran seperti algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk menentukan ketepatan penggunaan suatu prosedur.
(57)
Metakognitif Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan pengetahuan yang penting dan tidak penting (strategic knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan pengetahuan diri (self-knowledge).
(Sumber: Olahan dari Andersen, dkk., 2001)
8. Keterampilan
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar adalah sebagai berikut.
Tabel 2.9
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Kemampuan Belajar
Deskripsi
Mengamati Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu
tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah
pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual,
konseptual, prosedural, dan hipotetik)
Mengumpulkan informasi/mencoba
Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk
(58)
Menalar/meng-asosiasi
Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan
mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan
mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru,
argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
Mengomunikasikan Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media
elektronik, multi media dan lain-lain. (Sumber: Olahan Dyers)
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan kongkret adalah sebagai berikut.
Tabel 2.10
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Keterampilan kongkret
Deskripsi
Persepsi (perception) Menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan
Kesiapan (set) Menunjukan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu gerakan Meniru (guided
response)
(59)
Membiasakan gerakan (mechanism)
Melakukan gerakan mekanistik
Mahir (complex or overt response)
Melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi
Menjadi gerakan alami (adaptation)
Menjadi gerakan alami yang
diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya Menjadi tindakan
orisinal (origination)
Menjadi gerakan baru yang orisinal dan sukar ditiru oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya
(Sumber: Olahan dari kategori Simpson)
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori sebagai mana telah di paparkan di atas, maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran :
1.Perilaku guru berdasarkan Kompetensi Inti – 2
Sikap dan perilaku guru juga berperan penting dalam pembentukan sikap siswa seperti yang dikemukakan dalam istilah jawa yaitu guru di gugu lan ditiru yang artinya dalam bahasa Indonesia Guru dianut dan ditiru jadi apapun yang dilakukan guru dari segi sikap, perkataan, perilaku akan ditiru oleh siswa maka apabila guru berperilaku baik maka siswa juga berperilaku baik. Di dalam memberikan contoh sikap guru harus dapat menerikan contoh dan teladan bagi siswa yang sesuai dengan Kompetensi Inti – 2 karena penilaian sikap yang dilakukan oleh guru kepada siswa ada di dalam Kompetensi Inti – 2.
(60)
Ada tujuh aspek di dalam Kompetensi Inti – 2 yaitu ; Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Toleransi, Gorong Royong, Sopan Santun, Percaya Diri, maka diharapkan sebelum guru memberikan penilai sikap pada siswa guru harus terlebih dahulu memerikan contoh dan teladan perilaku sikap sesuai dengan Kompetensi Inti – 2 agar siswa dapat menyerapnya dan berperilaku dengan baik.
2.Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Berdasarkan
Kompetensi Inti – 2 dengan Nilai Afektif
Persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai Kompetensi Inti – 2 dengan hasil belajar afektif di duga memiliki hubungan terhadap hasil belajar afektif. Maka kerangka berfikir yang dapat peneilti paparkan adalah sebagai berikut :
Perilaku dan sikap guru akan menjadi panutan bagi siswa maka dari itu guru harus memberikan contoh dan teladan yang baik. Apa bila persepsi siswa terhadap perilaku guru rendah dan nilai afektif rendah maka guru belum secara maksimal dalam membeikan contoh dan sikap perilaku yang sesuai dengan Kompetensi Inti – 2 sebaliknya apa bila hasil persepsi siswa terhadap perilaku guru tinggi dan nilai afektif juga tinggi maka guru sudah memberikan contoh dan sikap perilaku yang sesuai dengan Kompetensi Inti – dengan mkasimal dan baik.
(61)
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha = Ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi Inti – 2 (Jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, sopan santun dan percaya diri) dan nilai afektif di SMP N 2 TURI Yogyakarta. Perumusan Hipotesis
(62)
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah Diskriptif asosiatif pada siswa-siswi kelas VIII B sejumlah 32 siswa, karena peneliti akan mendiskripsikan tentang Presepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai KI 2 dan nilai afektif. Pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiono (2008:5) adalah sebagai berikut :
“peneitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain.”
Sedangkan penelitian asosiatif menurut sugiono(2008:8) adalah sebagi berikut : “penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih.”
Jadi penelitian Diskriptif asosiatif adalah penelitian yang akan mendiskripsikan dan menguraikan permasalahan yang bertujuan untuk megetahui hubungan dua variable atau lebih.
B.Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan bulan Januari - Juni 2015
b. Tempat Penelitian
(63)
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa populasi bedasarkan konsep dan teori tertentu, penelitian perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya merumuskan hipotesis bedasarkan hubungan antar variabel. Fenomena sosial dapat dijelaskna dan diramalkan apabila hubungan antara variabel tertentu telah diketahui. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : 1. Variabel nilai afektif (Y)
2. Variabel persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan kompetensi inti-2 (X)
D.Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru IPS dan siswa kelas VII B.
b. Objek penelitiannya adalah “Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti-2 dan Nilai afektif”
E. Teknik Sampling 1. Populasi Penelitian
Penelitian ini ditunjukan pada suatu populasi. Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian atau keseluruhan unsur-unsur yang memiliki karakteristik yang sama (Arikunto 2006:130). Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII B sejumlah 32 siswa.
(64)
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteleti (Arikunto 2006:131). (Mardalis 2009:55) menyatakan, sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagian populasi penelitian yang dapat mewakili populasi.
Cara atau teknik pengambilan sampel adalah teknik penarikan
sampel menggunakan purposive sampling random. Purposive
samplingrandom adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemtary dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuisioner
Adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dalam pengawasan peneliti. Kuisioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap-sikap yang ditinjau dari KI 2. Kuisioner ini bersifat tertutup artinya peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban, sehingga responden diminta memilih jawaban yang ada. Tujuan dilakukan kuisioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak. Kuisinoer yang saya gunakan dalam penelitian ini
(65)
adalah kuisioner tertutup karena siswa menjawab dengan memilih salah satu opsi jawabann yang tersedia. Pengujian kuesioner akan dilakukan kepada seluruh siswa kelas VIII.
b. Observasi
Cartwright mendifinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertetu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan dan diagnosis. Pengamatan yang tanpa tujuan bukan merupakan observasi. Pada dasarnya tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian bedasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.
G. Teknik Pengujian Instrumen
Untuk mengetahui apakah instumen valid atau belum dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut :
1. Pengujian validitas
Neuman (2000) dalam bukunya mendifinisikan validitas “ Validity means truthful. It refers to the bridge between a construct and the data.” Validitas dapat pula diartikan sebagai kesesuaian antara alat ukur dengan sesuatu yang hendak diukur sehingga hasil
(66)
ukur yang didapat akan mewakili dimensi ukuran yang sebenarnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
Rumus Korelasi yang dapat digunakan untuk menghitung validitas instrumen adalah rumus Korelasi Product Moment Pearson yaitu :
r
xy =Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi product moment
x = nilai dari setiap item y = nilai dari seluruh item n = jumlah sampel
Untuk mempermudah perhitungan, peneliti menggunakan bantuan Program SPSS 16.0 For Windows. Langkah-langkah pengujian validitas sebagai berikut :
a. Memasukan data skor yang diperoleh kedalam data uji coba menggunakan program Microsoft Office Excel b. Menghitung skor total yang diperoleh setiap siswa
menggunakan Microsoft Office Excel
c. Mentabulasikan data tersebut ke dalam tabel uji coba pada program SPSS Statistic 16.0 For Windows
d. Menguji validitas dengan Program SPSS Statistic 16.0 For Windows
Besarnya nilai r ditentukan dengan taraf signifikan 5 %. Apabila nilai pengukuran nilai r hitung > r tabel maka item tersebut valid.
(67)
Tabel 3. 1 Uji Validitas No
Pertanyaan r table r hitung Keterangan
1 0,349 0,487 Valid
2 0,349 0,521 Valid
3 0,349 0,165 tidak valid
4 0,349 0,154 tidak valid
5 0,349 0,615 Valid
6 0,349 0,400 Valid
7 0,349 0,385 Valid
8 0,349 0,487 Valid
9 0,349 0,200 tidak valid
10 0,349 0,157 tidak valid
11 0,349 0,133 tidak valid
12 0,349 0,251 tidak valid
13 0,349 0,541 Valid
14 0,349 0,232 tidak valid
15 0,349 0,369 Valid
16 0,349 0,562 Valid
17 0,349 0,585 Valid
18 0,349 0,538 Valid
19 0,349 0,598 Valid
20 0,349 0,561 Valid
21 0,349 0,573 Valid
22 0,349 0,440 Valid
23 0,349 0,489 Valid
24 0,349 0,482 Valid
25 0,349 0,542 Valid
26 0,349 0,430 Valid
27 0,349 0,683 Valid
28 0,349 0,368 Valid
29 0,349 0,638 Valid
30 0,349 0,583 Valid
31 0,349 0,360 Valid
32 0,349 0,418 Valid
33 0,349 0,563 Valid
34 0,349 0,554 Valid
(68)
36 0,349 0,342 tidak valid
37 0,349 0,577 Valid
38 0,349 0,180 tidak valid
39 0,349 0,380 Valid
40 0,349 0,801 Valid
41 0,349 0,728 Valid
42 0,349 0,574 Valid
43 0,349 0,469 Valid
44 0,349 0,532 Valid
45 0,349 0,437 Valid
46 0,349 0,466 Valid
47 0,349 0,581 Valid
48 0,349 0,502 Valid
49 0,349 0,435 Valid
50 0,349 0,171 tidak valid
51 0,349 0,573 Valid
52 0,349 0,653 Valid
53 0,349 0,361 Valid
54 0,349 0,391 Valid
55 0,349 0,296 tidak Valid
Dan hasil uji validitas presepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian menunjukan bahwa ada 11 instrumen yang tidak valid adalah nomor 3,4,9,10,11,12,14,36,38,50,55 Sedangkan instrument yang lain di nyatakan valid, maka harus dilakukan uji validitas kembali dengan cara menghapus instrumen yang tidak valid kemudian di uji validitas ulang.
Tabel 3.2 Uji Validitas
No
Pertanyaan r table r hitung Keterangan
1 0,349 0,467 Valid
2 0,349 0,561 Valid
5 0,349 0,637 Valid
(1)
112
76 0,1876 0,2227 0,2630 0,2900 0,3655 77 0,1864 0,2213 0,2613 0,2882 0,3633 78 0,1852 0,2199 0,2597 0,2864 0,3611 79 0,1841 0,2185 0,2581 0,2847 0,3589 80 0,1829 0,2172 0,2565 0,2830 0,3568 81 0,1818 0,2159 0,2550 0,2813 0,3547 82 0,1807 0,2146 0,2535 0,2796 0,3527 83 0,1796 0,2133 0,2520 0,2780 0,3507 84 0,1786 0,2120 0,2505 0,2764 0,3487 85 0,1775 0,2108 0,2491 0,2748 0,3468 86 0,1765 0,2096 0,2477 0,2732 0,3449 87 0,1755 0,2084 0,2463 0,2717 0,3430 88 0,1745 0,2072 0,2449 0,2702 0,3412 89 0,1735 0,2061 0,2435 0,2687 0,3393 90 0,1726 0,2050 0,2422 0,2673 0,3375 91 0,1716 0,2039 0,2409 0,2659 0,3358 92 0,1707 0,2028 0,2396 0,2645 0,3341 93 0,1698 0,2017 0,2384 0,2631 0,3323 94 0,1689 0,2006 0,2371 0,2617 0,3307 95 0,1680 0,1996 0,2359 0,2604 0,3290 96 0,1671 0,1986 0,2347 0,2591 0,3274 97 0,1663 0,1975 0,2335 0,2578 0,3258 98 0,1654 0,1966 0,2324 0,2565 0,3242 99 0,1646 0,1956 0,2312 0,2552 0,3226 100 0,1638 0,1946 0,2301 0,2540 0,3211 101 0,1630 0,1937 0,2290 0,2528 0,3196 102 0,1622 0,1927 0,2279 0,2515 0,3181 103 0,1614 0,1918 0,2268 0,2504 0,3166 104 0,1606 0,1909 0,2257 0,2492 0,3152 105 0,1599 0,1900 0,2247 0,2480 0,3137 106 0,1591 0,1891 0,2236 0,2469 0,3123 107 0,1584 0,1882 0,2226 0,2458 0,3109 108 0,1576 0,1874 0,2216 0,2446 0,3095 109 0,1569 0,1865 0,2206 0,2436 0,3082 110 0,1562 0,1857 0,2196 0,2425 0,3068 111 0,1555 0,1848 0,2186 0,2414 0,3055 112 0,1548 0,1840 0,2177 0,2403 0,3042 113 0,1541 0,1832 0,2167 0,2393 0,3029 114 0,1535 0,1824 0,2158 0,2383 0,3016 115 0,1528 0,1816 0,2149 0,2373 0,3004 116 0,1522 0,1809 0,2139 0,2363 0,2991
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
113
LAMPIRAN 7
SURAT IJIN
(3)
Nomor Lampiran Hal
Universitas Sanata Dharma
Fakultas Kef!uruan dan limn Pendidikan
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002.lelp.(0274) 513301, 515352 Fax. 562383
: 1314095/Kaprodi'PE-PAKlJPIPSIII2015 : 1 bendel
: Permohonan ljin Penelitian Kepada Yth.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Cq. Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi DIY
Dengan honnat,
Dalam rangka persiapan penyusunan Skripsi, mahasiswa kami berrnaksud melaksanakan
Pen~litiaJtg! ~!l~yab p~Eah .Jsti.fTle_wa~y Qgy4arta?.~~ng~~. ri1!ciap:
Topik
Subjek penelitian
Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Daerah Sleman Ditinjaudari KI 2 Terhadap HasiI Belajar
Siswa
Penelitian ini akan dilaksanakan besok pada: Waktu
Tempat
Peneliti a. Nama b.Nim c. Fakultas d. Jurusan e. Program Studi
: Bulan F·ebruari-April2015.
: 3SMP di Sleman (SMP N 2 Turi, SMP N 2 Pakem, SMP N
1Sleman)
Maria DiahWulandari
111334068
: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : Pendidikan Ilmu Penegtahuan Sosial
: PE BKK Pendidikan Akuntansi
Sehubungan dengan hal tersebut, kami bermaksud mengajukan ijin penelitian untuk kegiatan tersebut . Bersama ini pula kami lampirkan proposal penelitian kegiatan tersebut. Demikian pennohonan kami,atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 2 Februari 2015 Ketua PS PendidikanEkonomi,
Indra Darmawan, S.E, M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
-i
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
,
Jalan Parasamya Nomor 1 Beran, Tridadi, Sleman, Yogyakarta 55"511Telepon (0274) 868800, Faksimilie (0274) 868800 " Website: www.bappeda.slemankab.go.id. E-mail: [email protected]
SURAT IZIN
NOJnor: 0701Bappeda1 480 120 15 TENTANG
PENELITIAN
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Dasar Peraturan Bupati Sieinan NOlllor :45Tahun2013 Tentang Izin Penelitian, Izin Kuliah Kel~ja Nyata, Dan Izin Praktik Kerja Lapangan.
Menunjuk Surat dari I(epaJa Kantor Kesatuan Bangsa Kab. Sielnan
NOlllor :070/Kesbang/47 1/2015 Tanggal :04Febrllari2015 Hal : Rekomendasi Penelitian
MENGIZIN](AN : ( Kepada Nama No.Mhs/NlMINIPINIK Program/Tingkat Instansi/Perguruan Tinggi Alamat instansi/Perguruan Tinggi AIamat Rumah
No. Telp1HP Untuk
Lokasi Waktu
MARIA DIAH WULANDARI 111334068
SI
Universitas Sanata Dhanna Yogyakarta Mrican Trolnol Yogyakarta
Klepu Pandanrejo Kaligesing Purworejo 085701142337
Mengadakan Penelitian1Pra Survey1Uji Validitas1PKL dengan jlldlll
PELAKSANAAN KURIKULUM 201301SMP DAERAH SLEMAN DITINJAU DARI KJ 2 TERHADAP BASIL BELAJAR TAHUN AJARAN 20]4/2015
SMP di Kecanlatan Slenlall, Pakem dan Tu-ri Kab. Sieinan
Selanla 3 Bulan 1l11liai tanggal 04 Februari2015 sid 06Mei20) 5
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. rVajib nlelaporkan diri kepada Pejabat Pelnerintah setefnpat (Ccllnat/ Kepala Desa) atau Kepala Ins/ansi untuk nlendapat petunjuk seperlunya.
2. Wajih nlenjaga tata tertib dan nlentaati ketentuan-kelenluCln selenlpal yang berlaku. 3. lzin tidak disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan di luar yang direkonlendasikan.
4. Wajib,,plenyanlpaikan laporan hasil penelilian berupa1(satu) CD fornlat PDF kepada Bupati diserahkan
nlelalui Kepala Badan Perencanaan Penlbangunan Daerah.
5. Izin ini dapa! dibatalkan sel-vaktu-waktu apabila tidak dipenuhi ketentuan-ketentuan di atas.
Demikian izin ini dikeluarkan untuk digunakan sebagailllana 111estinya, diharapkan pejabat penlerintah/non petnerintah seternpat Inen1berikan bantuan seperlunya.
Setelah selesai pelaksanaan penelitian Saudara \vajib menyalnpaikan laporan kepada kalni 1 (satu) bulan setelah berakhirnya penelitian.
Tembusan:
1. Bupati Sleinan (sebagai laporan) 2. Kepala Dinas Dikpora Kab. Sleman
3. Kabid. Sosial& Penlerintahan Bappeda Kab. Sieinan
4. Carnat SleJnan 5. CaJnat Pakem 6. Cmnat Turi
7. Ka. SMP NISieinan 8. Ka. SMP N 2 Pakenl 9. Ka. SMP N 2 Turi
]O. Dekan FKIP USD Yogyakarta
Dikeluarkan di Sieinan
Pada Tanggal 4Febrllari20) 5
a.n. Kepala Badan Perencanaan Pelnbangllnan Daerah Sekretaris
Ll.b.
Kepala Bidang Statistik, Penelitian, dan Perencanaan
ERNY MARYATUN, S.IP, MT Pelllbina,IVla
(5)
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMA'N
KAN'TOR KESATUAN BANGSA
Beran, Tridadi, Sleman, Yogyakarta, 55511 Telepon (0274) 864650, Faksimile (0274) 864650
Website: www.slemankab.Qo.id; E-mail: [email protected]
Nomar Hal
070/Kesbang/~1' 12015
Rekomendasi Penelitiar'
REKOMENDASI Mernoerhatikan surat
Sleman, 4 Februari 2015 Kepada
Yth. KepaJaBappeda
Kabupaten Sleman di Sleman
Dan Nomor Ta1Jgal Perihal
: Ka. Biro Administrasi Pembangunan Setda.
:070/RegN/103/2/2015
: 4 Februari 2015
: Permohonan Ijin Penelitian
Setelah m·, nelajari surat permohonan dan proposal yang diajukan, maka dapat
diberikanrpkomend8s; dan tidak keberatan untuk melaksanakan penelitian dengan judurIt
PELAKSAN/d'·N KURI}<:ULUM 2013 DI SMP DAERAH SLEMAN DITINJAUDARI KI 2 TERHADAP HASIL BELAJAR fAHUN AJARAN 201L201S"kepada:
Nama
Alam;,tRumah
No.Tr~lepon
NIM
Program Studi Alamat Universitas Lokasi Penelitian \Afaktu
: Maria Diah Wulandari
: Klepu Pandanrejo Kaligesing Purworejo : 085701142337
: USD / FK1P
: 111334068
: 81
: MricanTramel Yegyakarta
: Kec. Sleman, Kec. Pakem,Turi
: 4 Februari - 4 April 2015
Yang bersangkutan berkewajiban menghormati dan menaati peraturan serta tata tertib
yang berlakudiwilayah penelitian. Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mp~~TU,v;::a
J ~.
~*ltt(fIRa~gk.at ',"IV/b
~~::;:5'-, ...511 '199103 1 004
(6)
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
S M P NEGERI 2 TURI
Alamat: Bangunkerto, Turi, Sleman Yogyakarta 55551 ~ 08112951131 E-mail: [email protected]
SURAT KETERANGAN Nomor: 423.3/26.2015
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
NIP
Pangkat/Gol. Ruang Jabatan
Alamat Sekolah
Sri Supriyanti, S.Pd. 19621030 198302 2 001 Pembina / IVfa
Kepala SMP Negeri 2 Turi
Ngablak Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta 55551 Telp 08112951131
menerangkan dengan sebenamya bahwa :
Nama NIM
Perguruan Tinggi/ Prodi
: Maria Diah Wulandari : 111334068
: Sanata DharmafPendidikan Akuntansi
mahasiswa tersebut di atas benar-benar telah melaksanakan penelitian di SMP Negeri 2 Turi.