Hubungan antara persepsi siswa tentang perilaku guru sesuai Kompetensi Inti (K1) 2 siswa dan nilai afektif di SMP N 1 Cangkringan Yogyakarta

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG

PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI (KI) 2

SISWA DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 1 CANGKRINGAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlihan Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

ALBINA LARASATI PERTIWI NIM : 111334013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIHAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG

PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI (KI) 2

SISWA DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 1 CANGKRINGAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlihan Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

ALBINA LARASATI PERTIWI NIM : 111334013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIHAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

Dengan sepenuh hati karya ini kupersembahkan untuk :

 Tuhan Yesus Kristus

 Untuk Bapak Joko Setiyono dan Ibu Saktiyani Wasita

Jatiningrum yang berperan sebagai Ayah dan Ibu yang sangat luar biasa dalam hidup saya

 Keluarga Besar

 Buat teman-teman baik yang selalu memberikan semangat, Ayu,

Pacil, Dyah Endah, Mbak Dila, Mbak Petty. serta teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan semua

 Semua pihak yang memberikan dukungan dan bimbingan dalam

penyelesaian skripsi ini

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universits Sanata Dharma


(6)

v

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Carilah,

maka kamu akan mendapatkan. Ketoklah, maka

pintu akan kubukakan bagimu.

(Matius 7:7)

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,

janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu: Aku

akan meneguhkan bahkan menolong engkau: Aku

akan memegang engkau dengan tangan kananKu

yang membawa kemenangan.

(Yesaya 41:10)

Hasil dari jerih payah itu pastilah kemakmuran.


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI (KI) 2 SISWA DAN NILAI AFEKTIF DI SMP

N 1 CANGKRINGAN YOGYAKARTA

Albina Larasati Pertiwi Universitas Sanata Dharma

2017

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara presepsi siswa tentang perilaku guru sesuai dengan kompetensi inti (KI) 2 siswa dan nilai afektif. Pengujian ini dilakukan dengan tujuh aspek yaitu; (1) Jujur; (2) Disiplin; (3) Tanggung Jawab; (4) Toleransi; (5) Gotong Royong; (6) Sopan Santun; dan (7) Percaya Diri.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 1 Cangkringan Yogyakarta. Sampel yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII dan berjumlah 121 siswa. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan analisis data deskriptif.

Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan presepsi siswa tentang perilaku guru sesuai dengan kompetensi inti-2 siswa dan nilai afektif. Terbukti bahwa yang telah melakukan perilaku sesuai kompetensi inti-2 siswa dapat dilihat dengan perolehan Sig.(2-tailed) 0,051. Hasil pengujian tiap aspek adalah ; (1) Aspek Jujur 0,220; (2) Aspek Disiplin 0,205; (3) Aspek Tanggung Jawab 0,171; (4) Aspek Toleransi 0,161; (5) Aspek Gotong Royong 0,574; (6) Aspek Sopan Santun 0,185; dan (7) Aspek Percaya diri 0,028.


(10)

ix

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD TEACHER’S BEHAVIOR ACCORDANCE WITH STUDENTS’ SECOND

CORE COMPETENCE AND THE AFFECTIVE VALUE IN SMP N 1 CANGKRINGAN YOGYAKARTA

Albina Larasati Pertiwi Sanata Dharma University

2017

The aim of this research is to find out whether there are any relationships between student’s perception toward teacher’s behavior accordance with students’ second core competence and the affective value. The test was done by seven aspects, those are; (1) Honesty; (2) Discipline; (3) Responsibility; (4) Tolerance; (5) Cooperation; (6) Manner; and (7) Self confidence.

The research was done from January to February 2015. The population were all studens of SMP N 1 Cangkringan Yogyakarta. The samples were 121 students of the 8th grade students. Samples were taken by using Purposive Sampling technique. Data were collected by using questionnaire and analyzed by descriptive data analysis. The result shows that there is no relationship between student’s perception toward the teacher’s behavior accordance with students’ second core competence and the affective value. It has been proven that who has done the appropriate behavior of second core competencies’ students can be seen with the acquisition of Sig. (2-tailed) 0.051.

It can be seen from the two-tailed statistical significance results of each aspect; (1) honesty aspect is 0.220; (2) discipline aspect is 0.205; (3) responsibility aspect is 0.171; (4) tolerance aspect is 0.161; (5) mutual cooperation aspect is 0.574; (6) manners aspect is 0.185; and (7) self-confidence aspect is 0.028.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana di Pendidikan akuntansi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan dan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bimbingannya dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi studi di Universitas Sanata Dharma Yogakarta.


(12)

xi

5. Kedua orang tuaku Bapak Joko Setiyono dan Ibu Saktiyani Wasita Jatiningrum yang selalu mendoakan, memberikan fasilitas, memotivasi dan sabar dalam menemani setiap proses pendidikanku selama ini. Terimakasih Bapak Ibu atas semua jerih payah selama ini.

6. Sahabat – sahabatku seperjuangan ketika kulia Gres Oktavina, Fransisca Ayu, Diah Tri Wahyuni, Subana Setiawan, Anita Dewi Utami yang selalu membantu saya ketika saya mengalami kesulitan saat kuliah.

7. Teman – teman Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011

8. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6


(14)

xiii

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Persepsi ... 10

a. Pengertian Persepsi ... 10

b. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 11

2. Kurikulum 2013 ... 15

a. Pengertian Kurikulum ... 15

b. Landasan Kurikulum ... 18

c. Fungsi Kurikulum ... 22

d. Kesenjangan Kurikulum ... 22

e. Struktur Kurikulum 2013 ... 25

f. Kompetensi Inti ... 27

3. Hasil Belajar ... 37

a. Pengertian Hasil Belajar ... 37

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi hasil Belajar ... 40

4. Penilaian Hasil Belajar ... 46

a. Pengertian Penilaian ... 46

5. Penilaian Kompetensi Sikap ... 50


(15)

xiv

C. Perumusan Hipotesis ... 74

BAB III METODE PENELITIAN ... 75

A. Jenis Penelitian ... 75

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 75

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 76

D. Model dan Paradigma Penelitian ... 76

E. Teknik Sampling ... 77

F. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 78

G. Teknik Pengumpulan Data ... 80

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 81

I. Teknik Analisis Data ... 85

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Analisis Data Korelasi Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Dengan Nilai Afektif ... 92

B. Deskripsi Data ... 93

1. Deskripsi Responden ... 93

2. Deskripsi Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Sesuai KI 2 Siswa ... 94

C. Pengujian Analisis Korelasi Bivariat/Product Moment Pearson ... 104

D. Pembahasan ... 111

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 139


(16)

xv

B. Keterbatasan ... 142

C. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 144


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Orientasi Pembelajaran Dalam Kurikulum ... 17

Tabel 2.2 Perbedaan Kurikulum KTSP Dengan Kurikulum 2013 ... 23

Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMP/MTs ... 26

Tabel 2.4 Kompetensi Inti SMP/MTs ... 31

Tabel 2.5 Indikator Kompeteni Inti-1 dan Kompetensi Inti-2 ... 33

Tabel 3.1 Skor Pernyataan Kuisioner ... 79

Tabel 3.2 Interval Nilai Hasil Konversi ... 79

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner ... 80

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa Terhadap Kurikulum 2013 yang ditinjau dari Kompetensi Inti 2 ... 83

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Siswa Terhadap Kurikulum 2013 yang Ditinjau Dari Kompetensi Inti 2 ... 85

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 ... 89

Tabel 3.7 Interprestasi Koefisien Korelasi ... 90

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 93

Tabel 4.2 Tanggapan Responden Tentang Aspek Jujur ... 94

Tabel 4.3 Tanggapan Responden Tentang Aspek Disiplin ... 95


(18)

xvii

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Tentang Aspek Toleransi ... 99

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Tentang Aspek Gotong Royong ... 100

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Tentang Aspek Sopan Santun... 101

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Tentang Aspek Peracaya Diri ... 102

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Presepsi Siswa terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Siswa Aspek Jujur Dengan Nilai Afektif ... 104

Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Presepsi Siswa terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Siswa Aspek Disiplin Dengan Nilai Afektif ... 105

Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Presepsi Siswa terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Siswa Aspek Tanggungjawab Dengan Nilai Afektif ... 106

Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi Presepsi Siswa terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Siswa Aspek Toleransi Dengan Nilai Afektif ... 107

Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi Presepsi Siswa terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Siswa Aspek Gotong Royong Dengan Nilai Afektif ... 108

Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Presepsi Siswa terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Siswa Aspek Sopan Santun Dengan Nilai Afektif ... 109


(19)

xviii

Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Presepsi Siswa terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Siswa Aspek Percaya Diri Dengan Nilai Afektif ... 110 Tabel 4.16 Hasil Uji Korelasi Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Siswa

Dengan Nilai Afektif ... 111 Tabel 4.17 Perbandingan Rata-rata Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitan ... 147

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 157

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner ... 178

Lampiran 4 Diskripsi Butir Petanyaan Aspek Jujur ... 182

Lampiran 5 Diskripsi Butir Petanyaan Aspek Disiplin ... 188

Lampiran 6 Diskripsi Butir Petanyaan Aspek Tanggung Jawab ... 198

Lampiran 7 Diskripsi Butir Petanyaan Aspek Toleransi ... 205

Lampiran 8 Diskripsi Butir Petanyaan Aspek Gotong Royong ... 209

Lampiran 9 Diskripsi Butir Petanyaan Aspek Sopan Santun ... 214

Lampiran 10 Diskripsi Butir Petanyaan Aspek Percaya Diri ... 220

Lampiran 11 Tabel r Product Moment ... 225


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap warga Negara agar Negara mereka menjadi lebih maju dan berkembang termasuk juga Negara Indonesia. Pendidikan berintikan tentang interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan upaya membantu peserta didik mengusai tujuan dan manfaat pendidikan. Pendidikan. Pendidikan sama dengan kata dari pedagogi (paedagogy). Pedagogi berasal dari kata “paes” yang artinya anak dan “again” yang artinya membimbing. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan nasional terkenal dengan sisitem among. Konsepsi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, “… anak sebagai figur sentral dalam pendidikan dengan memberikan kemerdekaan sepenuh-penuhnya untuk berkembang”. Sementara itu “Guru hanya membimbing dari belakang dan baru mengingkatkan anak kalau sekiranya mengarah kepada sesuatu tindakan yang membahayakan (tut wuri handayani)


(22)

mangun karsa) dan selalu menjadi contoh dalam perilaku dan ucapannya (ing ngarsa sung tuladha)”

Pendidikan pastilah tidak jauh dengan adanya sekolah. Sekolah adalah tempat dimana setiap orang harus mendudukinya agar mendapatkan suatu wawasan yang berguna bagi dirinya sendiri. Pendidikan di dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Setiap sekolah di Negara-negara besar pun pasti mengenal adanya kurikulum, dan Negara tersebut pasti memakai kurikulum agar dapat mencapai suatu kemajuan dalam setiap pendidikan.

Seiring dengan berjalannya waktu, pendidikan di Indonesia berkembang pesat dengan berubahnya suatu kurikulum. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, KBK, KTSP, dan sekarang 2013. Perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Karena merupakan kunci utama agar mencapai kesuksesalam dalam dunia pendidikan. Istilah kurikulum baru masuk dalam khazanah perbendaharaan kata dalam dunia pendidikan di Indonesia pada sekitar tahun 1968, sejak kelahiran kurikulum 1968, untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu Rencana Pelajaran 1950. Ketika itu, istilah yang


(23)

digunakan dalam dunia pendidikan adalah rencana pelajaran bukan kurikulum.

Secara etimologis, dalam buku pertama In The Curriculum, John Franklin Bobbitt (1918) menyatakan bahwa,“Curriculum, as an idea, has its

roots in the Latin word for race-course, explaning the curriculum as the course of deeds and thought which children become the adults they should be,

for success in adult society”

Kutipan tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut, “Kurikulum, sebagai satu gagasan, telah memiliki akar kata Bahasa Latin “race course”,

menjelaskan kurikulum sebagai “mata pelajaran perbuatan” dan pengalaman yang dialami anak-anak sampai menjadi dewasa, agar kelak sukses dalam masyarakat orang dewasa”.

Dalam teori praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak ditinggalkan. Para ahli pendidikan kebanyakan memberikan arti atau istilah yang lebih luas. Perubahan ini terjadi karena ketidakpuasan dengan pendidikan dan ingin selalu diperbaiki. Berdasarkan teori yang ada, perubahan kurikulum merupakan proses yang tak hentinya yang harus dilakukan secara kontinu agar menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada. Kurikulum tidak hanya mencakup tentang bahan pelajaran, metode pembelajaran tetapi juga mencakup tentang kehidupan di dalam kelas ataupun


(24)

di lingkungan sekolah, dengan hubungan sosial murid dengan murid, guru dengan murid, maupun guru dengan guru.

Kurikulum bersifat dinamis karena selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban bangsa semakin besar juga tentangan yang harus dihadapi oleh bangsa. Apalagi persaingan ilmu pengetahuan dari luar negeri, sehingga Indonesia dituntut untuk bisa bersaing secara global agar dapat mengangkat martabat bangsa Indonesia. Untuk menghadapi tantangan bagi dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan.

Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengharapkan agar penyelenggara pendidikan dapat mewujudkan kualitas peserta didik supaya menjadi generasi penerus bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu melakukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional. Perubahan yang mendasar tersebut berkaitan dengan kurikulum yang dapat menuntut komponen-komponen di dalam suatu pendidikan.

Pada awal tahun 2014 pemerintah sepakat ditetapkannya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 dengan tujuan agar dapat membentuk karakter siswa serta membuat siswa lebih aktif pada saat dilakukannya pembelajaran


(25)

disekolah. Sebelum ditetapkan kurikulum 2013, pemerintah masih menggunakan kurikulum 2006 biasa disebut dengan kurikulum KTSP. Pelaksanaan KTSP masih sedikit tersendat. Sama seperti pelaksanaan kurikulum KBK 2004, pencapaian target kompetensi pelajaran hingga teknis evaluasi kurang memadai. Sehingga pemerintah menetapkan kurikulum 2013, perbedaannya adalah guru akan lebih memberikan kebebasan bagi siswa untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah dan lingkungan siswa. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter bagi siswa. Pendidikan karakter diintegritaskan pada setiap pembelajaran bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan, lingkungan, serta pembiasaan melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Guru menjadi faktor utama dalam proses belajar siswa karena guru merupakan pendidik yang dijadikan contoh bagi para siswanya. Kepribadian guru dapat berpengaruh untuk sikap peserta didiknya. Dengan demikian, pada kurikulum 2013 ini kepribadian guru masuk pada kegiatan


(26)

inti 2 (KI 2) yang berbicara tentang sikap jujur, disiplin, gotong royong, santun atau sopan, percaya diri. Sikap guru dapat mencerminkan sikap peserta didiknya. Bagaimana siswa berperilaku begitulah pula sikap yang ada pada guru. Misalnya, apabila saat masuk kelas pada jam pertama guru masuk kelas dengan tepat waktu, sehingga siswa akan mengikuti sikap guru, yang masuk kelas dengan tepat waktu. Begitupun sebaliknya apabila guru terlambat masuk kelas, siswa akan mengikuti sikap guru yang terlambat itu. Untuk melihat fenomena yang terjadi di sekolah maka Penelitian ini diberi judul “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI (KI) 2 SISWA DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 1 CANGKRINGAN YOGYAKARTA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah yang diteliti tentang persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengankegiatan inti 2, yaitu berkaitan dengan sikap social misalnya jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan santun, serta percaya diri.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai dengan kompetensi inti 2 (jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi,


(27)

gotong royong, santun atau sopan, percaya diri) dengan hasil belajar yang afektif pada mata pelajaran IPS?

D. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan kompetensi inti 2 (jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun atau sopan, percaya diri) dengan hasil belajar yang afektif pada mata pelajaran IPS

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi kepala sekolah

Kurikulum harus dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tugas-tugas sebagai administrator/Manager (merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi kegiatan pendidikan dan pengajaran) dan supervisor (pengawasan dan bimbingan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran) dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut.


(28)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan kurikulum 2013 ditinjau Kompetensi Inti-2 dengan hasil belajar siswa SMP

3. Bagi Guru

Bagi guru sebagai tenaga kependidikan utama di sekolah, kurikulum harus mampu menjadi:

a. Pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan tugas mendidik-melatih dan Mengajar, dalam bentuk penyusunan dan pengorganisasian pengalaman belajar yang akan disajikan kepada peserta didik.

b. Pedoman dalam merencanakan dan melakukan evaluasi terhadap perkembangan daya serap peserta didik terhadap pengalaman belajar yang telah disajikan kepada mereka.

c. Bagi Siswa

Dengan adanya pengembangan kurikulum para perserta didik nasibnya banyak yang tertolong. Mereka dapat mengembangkan potensinya, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan mudah dan tujuan akan sering tercapai. Dengan pengembangan potensi tersebut peserta didik dapat bergerak dengan optimal dilingkungan masyarakat. Berdasarkan prinsip relevansi, isi kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan


(29)

perkembangan masyarakat. para peserta didik diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat secara luas dan dapat memenuhi harapan semua pihak baik kebutuhan siswa, masyarakat dan pengguna lulusan ( Stakeholders). Apa artinya sebuah pendidikan jika tidak dapat menjamin kesejahteraan para peserta didik. Karena peserta didik adalah makhluk social yang akan dihadapkan berbagai masalah dalam kehidupannya, dengan diadakannya pengembangan kurikulum diharapkap proses pembelajaran lebih bermanfaat dan integral dengan lapangan masyarakat.


(30)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI 1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari Bahas Inggris yaitu perception

yang artinya tanggapan, penglihatan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan dan kemudian ditransfer ke otak (Echols, 1996: 424). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan, persepsi adalah “tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan”. Sementara itu perlu diketahui bahwa persepsi merupakan “suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera”.

Menurut Slameto (2010:102) mengatakan bahwa persepsi adalah

“proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini


(31)

dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium”.

Menurut Robbins (2003:97) yang mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan

“kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna”. b. Faktor yang mempengaruhi persepi

Persepsi juga mempunyai faktor yang mempengaruhinya dapat dibagi menjadi 2 (dua) dasar yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal yaitu:

1) Faktor Internal, mencakup;

 Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

 Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau


(32)

memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.  Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi

tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

 Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

 Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.


(33)

 Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2) Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

 Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek


(34)

individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

 Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

 Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

 Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

 Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.


(35)

2. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum

Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat penting dan dibutuhkan karena sebagai pedoman untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Namun, dalam memahami hakikat kurikulum sering sekali terjadi perbedaan persepsi dan pemahaman serta jawaban yang berbeda-beda. Ada beberapa pengertian kurikulum yaitu:

1. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun.

2. Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis untuk digunakan para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

3. Kurikulum adalah usaha untuj menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.

4. Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar, alat-alat pelajaran dan


(36)

cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

5. Kurikulum dipandang sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.

Bila dikaji secara seksama kelima pengertisn tersebut dapat disimpulkan menjadi dua kelompok besar. Yang pertama, memandang kurikulum sebagai suatu rencana atau bahan trtulis yang dapat dijadikan pedoman bagi para guru disekolah. Dan yang kedua, memandang kurikulum sebagai program yang direncakan dan dilaksanakan dalam siuasi yang nyata dikelas.

Menurut J. GalenTaylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum planning for better teaching and learning

(1956) menjelaskan bahwa kurikulum adalah

“segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, dihalaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum”.

Menurut J.Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya

Secondary School Improfement (1973), kurikulum adalah “metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran”.


(37)

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meluputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (mengkomunikasikan). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan seperti yang digambarkan dalam skema berikut

TABEL 2.1

ORIENTASI PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM

Sikap (tahu mengapa)

Keterampilan (tahu bagaimana)

Produktif Inovatif

Kreatif Afektif

Pengetahuan (tahu apa)


(38)

Melalui pendekatan itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilam yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih proktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Upaya penerapan pendekatan scientific/ilmiah dalam proses pembelajaran ini, kemudian melahirkan sistem evaluasi yang autentik.

b. Landasan Kurikulum

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empiris. Landasan yurisis merupakan ketentuan hokum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada manusia yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoretis memberikan dasar-dasar teoretis pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses. Landasan emppiris memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.


(39)

1. Landasan Yuridis

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomer 23 tahun 2006 ttentang Standar Kompertensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Menengah Nasional. Landasan yuridid pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang pendidikan karakter, pendidikan aktif, dan pendidikan kewirausahaan.

2. Landasan Filosofis

Secara singkat, kurikulum adalah untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa yang akan datang, yang dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi bangsa di masa lalu, serta kemudian


(40)

diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa (masa lalu – masa sekarang – masa yang akan datang) menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Dengan ketiga dimensi tersebut, kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik lagi.

3. Landasan Empiris

Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil riset TIMSS (Trends in Internasional Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalah; (4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlunya ada perubahan


(41)

orientasi kurikulum, yang tidak membebani peserta didik dengan konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga Negara untuk berperan serta dalam membangun negaranya pada abad 21.

4. Landasan Teoretis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi

(competency-based curriculum). Pendidikan

berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan dan bertindak.


(42)

c. Fungsi Kurikulum

Sehubungan dengan pengertian dasar kurikulum tersebut, maka fungsi kurikulum difokuskan pada tiga aspek berikut:

1. Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan, yaitu sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan sehari-hari.

2. Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat sekolah, yaitu sebagai pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja.

3. Fungsi bagai konsumen, yaitu sebagai keikutsertaan dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.

d. Kesenjangan Kurikulum

Kesenjangan kurikulum atau lebih perbedaan antara kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013, dapat dilihat dari 6 aspek, yaitu 1) Kompetensi Lulusan; 2) Materi Pembelajaran; 3) Proses Pembelajaran; 4) Penilaian; 5) Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan 6) Pengelolaan Kurikulum. Untuk lebih


(43)

jelasnya mengenai kesenjangan kurikulum dapat dilihat pada bagan berikut

TABEL 2.2

PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DENGAN KURIKULUM 2013

KURIKULUM KTSP KURIKULUM 2013 A. Kompetensi Lulusan A. Kompetensi Lulusan 1. Belum sepenuhnya

menekankan pendidikan karakter

1. Berkarakter mulia

2. Belum menghasilkam keterampilan sesuai kebutuhan

2. Keterampilan yang relevan

3. Pengetahuan-pengetahuan lepas

3. Pengetahuan-pengetahuan terkait B. Materi Pembelajaran B. Materi Pembelajaran 1. Belum relevan dengan

kompetensi yang dibutuhkan

1. Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

2. Beban belajar terlalu berat

2. Materi esensial

3. Terlalu luas, kurang mendalam

3. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak C. Proses Pembelajaran C. Proses Pembelajaran 1. Berpusat dengan guru

(teacher centered learning)

1. Berpusat pada peserta didik (student centered active learning)


(44)

2. Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks

2. Sifat pembelajaran yang kontekstual

3. Buku teks hanya memuat materi bahasan

3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan

D. Penilaian D. Penilaian 1. Menekankan aspek

kognitif

1. Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional

2. Test menjadi cara penilaian yang dominan

2. Penilaian test dan portopolio saling melengkapi

E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1. Memenuhi kompetensi profesi saja

1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, social, dan personal

2. Fokus pada ukuran kinerja PTK

2. Motivasi mengajar F. Pengelolaan Kurikulum F. Pengelolaan Kurikulum 1. Satuan pendidikan

mempunyai kebebasan dalam pengelolaan kurikulum

1. Pemerintah Pusat dan Daerah memiliki kendali

kualitas dalam

pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan 2. Masih terdapat

kecenderungan satuan pendidikan menyusun

2. Satuan pendidikan

mampu menyusun


(45)

kurikulum tanpa mempertimbangkan

kondisi satuan

pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

mempertimbangkan

kondisi satuan

pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

3. Pemerintah menyiapkan

semua komponen

kurikulum sampai buku teks dan pedoman

e. Struktur Kurikulum 2013

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.


(46)

Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.

Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit.

TABEL 2.3

STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTs

Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu

VII VIII IX Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

3 3 3

3. Bahasa Indonesia 6 6 6

4. Matematika 5 5 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7. Bahasa Inggris 4 4 4


(47)

1. Seni Budaya 3 3 3 2. Pendidikan Jasmani, Olah

Raga, dan Kesehatan

3 3 3

3. Prakarya 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu per Minggu

38 38 38

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP antara lain Pramuka (Wajib), Organisasi Siswa Intra Sekolah, Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adlah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomorik. Seni budaya dan prakarya menjadi dua mata pelajaran yang terpisah. Untuk seni budaya di dalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan dengan minat siswa dan kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya.

f. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada


(48)

satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, tetapi untuk dibentuk melalui berbagai tahapan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian dan perwujudan kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada setiap kelas di setiap satuan pendidikan harus diacukan dan ditujukan pada pembentukan kompetensi inti.

Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, sehingga berperan sebagai integrator horizontal antarmata pelajaran. Kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran


(49)

tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi dasar yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran yang tepat menjadi kompetensi inti.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element)Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2),


(50)

pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4).

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.


(51)

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.

TABEL 2.4

KOMPETENSI INTI SMP/MTs KELAS

VII VIII IX

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

1. Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya. 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan

menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaannya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),

santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara


(52)

jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaan nya. 3. Memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,

konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan , teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, dan

menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, meghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di

4. Mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan , mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis,

4. Mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (mengguna kan, mengurai, merangkai, memodifika


(53)

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. membaca, meghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

si, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, meghitung, menggamb ar, dan mengarang) sesuai dengan yang

dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/te ori.

Berdasarkan rumusan Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2 di atas, maka cakupan, pengertian, dan indikator penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial pada jenjang SMP/MTs disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.5

Indikator Kompetensi 1nti 1 dan Kompetensi Inti 2 Cakupan dan pengertian Indikator

Sikap spiritual

1. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.

2. Menjalankan ibadah tepat waktu.


(54)

dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.

4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.

5. Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri

6. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu. 7. Berserah diri kepada Tuhan

apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu.

8. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat

9. Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

10.Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia.

11.Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya.

Sikap sosial Jujur

adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

1. Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan 2. Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas.

3. Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa adanya 4. Melaporkan barang yang

ditemukan

5. Melaporkan data atau informasi apa adanya


(55)

kekurangan yang dimiliki Disiplin

adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

1. Datang tepat waktu

2. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah 3. Mengerjakan/mengumpulkan

tugas sesuai waktu yang ditentukan

4. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya ilmiah

Tanggungjawab

adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

1. Melaksanakan tugas individu dengan baik

2. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

3. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

4. Mengembalikan barang yang dipinjam

5. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

Toleransi

adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender

3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya

4. Dapat menerima kekurangan orang lain

5. Dapat mememaafkan

kesalahan orang lain Gotong royong

adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain

1. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau


(56)

untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

sekolah

2. Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan

3. Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan 4. Aktif dalam kerja kelompok Santun atau sopan

adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.

1. Menghormati orang yang lebih tua.

2. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.

3. Tidak meludah di sembarang tempat.

4. Tidak menyela pembicaraan. 5. Mengucapkan terima kasih

setelah menerima bantuan orang lain

6. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)

7. Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain

Percaya diri

adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.

1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. 2. Mampu membuat keputusan

dengan cepat

3. Tidak mudah putus asa

4. Tidak canggung dalam bertindak

5. Berani presentasi di depan kelas

6. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.


(57)

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Hamalik (2003:5) berpendapat bahwa hasil belajar adalah

“Pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik”.

Sudjana (2002) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.

Nana Sudjana (2009:3) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan

“Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik”.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan “suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalama memenuhi kebutuhan hidupnya”.


(58)

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bari secar keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Belajar merupakan proses dalam diri individual yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (Winkel, 1990: 53). Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam watu yang relative lama dan merupakan hasil pengalaman.

Minat terhadap kajian terhadap proses belajar dilandasi oleh keinginan untuk memberikan pelayanan pengajaran dengan hasil yang maksimal. Pengajaran merupakan proses membuat belajar terjadi di dalam diri anak. Pengajaran bukanlah menginformasikan materi agar dikuasai siswa, tetapi memberikan kondisi agar siswa mengusahakan terjadi belajar dalam dirinya. Siswa tidaklah dalam kedudukan yang pasif,


(59)

tapi aktif mengusahakan terjadinya proses belajarnya sendiri. Oleh karena itu, pengajaran dilakukan untuk membuat siswa melakukan belajar, maka pengajaran akan dilakukan secara baik dengan memahami bagaimana proses belajar terjadi pada siswa. Pengajaran harus didasarkan atas pemahaman tentang bagaimana anak belajar.

Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Dari pengertian tadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Menurut Bloom, hasil belajar atau tingkat kemampuan yang dapat dikuasai oleh siswa mencakup tiga aspek yaitu: 1) Kemampuan Kognitif (Cognitive domaian) adalah

berkenaan dengan hasil belajar yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar.

2) Kemampuan Afektif (The affective domain) adalah berkenaan dengan hasil belajar yang berkaitan dengan


(60)

aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral.

3) Kemampuan Psikomotorik (The psikomotor domain) adalah berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua jenis saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a) Faktor Intern

Didalam membicarakan faktor intern dan membahas tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

1. Faktor Jasmaniah  Faktor kesehatan

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan


(61)

ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

 Cacat tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2. Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

 Intelegensi

Menurut J.P. Chaplin, intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang


(62)

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

 Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

 Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian


(63)

sfatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

 Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hillgard adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.  Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorong.


(64)

 Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.

 Kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seeseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3. Faktor Kelelahan

Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga


(65)

darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilakan sesuatu hilang.

b) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1. Faktor keluarga

 Cara orang tua mendidik  Relasi antaranggota keluarga  Suasana rumah

 Keadaan ekonomi keluarga  Pengertian orang tua  Latar belakang kebudayaan 2. Faktor sekolah

 Metode mengajar  Kurikulum

 Relasi guru dengan siswa  Relasi siswa dengan siswa  Disiplin sekolah


(66)

 Alat pelajaran  Waktu sekolah

 Standar pelajaran di atas ukuran  Keadaan gedung

 Metode belajar  Tugas rumah 3. Faktor masyarakat

 Kegiatan siswa dalam masyarakat  Mass media

 Teman bergaul

 Bentuk kehidupan masyarakat 4. Penilaian Hasil belajar

a. Pengertian Penilaian

Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisi, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian adlah bagian dari kegitan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi


(67)

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian (assessment)

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut

1. Pengumpulan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa.

2. Pembuatan keputusan tentanng hasil belajar siswa berdasarkan informasi tersebut.

Menurut Griffin dan Nix (1991) penilaian merupakan

“suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu.”

Gronlund & Linn (1990:5) mendefinisikan penilaian

“sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatanmengumpulkan, menganalisis, serta menginterprestasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan”.

Jadi, penilaian adalah suatu prosedur sistematis yang mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik sesorang atau objek.

Berikut ini beberapa prinsip penilaian yaitu:

a) Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian


(68)

terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not a part from instruction);

b) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problem), bukan dunia sekoalah (school work-kind of problem);

c) Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteri yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajaran;

d) Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan).

Tujuan penilaian perlu diarahkan pada empat hal. Pertama, penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran tetap sesuai dengan rencana. Kedua, pengecekan (checking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami oleh siswa selama proses pembelajaran. Ketiga, pencarian (finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Keempat, penyimpulan (summing-up), yaitu untuk


(69)

menyimpulkan apakah siswa telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkam dalam kurikulum atau belum.

Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menfsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.

Penilaian hasil belajar secara esensial bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur keberhasiln peserta didik dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan. Dengan penilaian, guru bisa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. Penilaian hasil belajar bisa dijadikan alat atau tolok ukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru, sekalugus tingkat pencapaian pesertsa didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan.


(70)

5. Penilaian Kompetensi Sikap

Sebelum menjelaskan tentang penilaian sikap perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian sikap. Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diingkan.

Dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap, baik sikap spiritual (Kompetensi Inti 1) maupun sikap Sosial (Kompetensi Inti 2) tidak diajarkan dalam Proses Belajar Mengajar(PBM), artinya kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki Kompetesi Dasar (KD), tetapi tidak dijabarkan dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui PBM yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Namun meskipun kompetensi sikap spiritual dan sosial harus terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak pengiring dari pembelajaran.


(71)

Hal ini disebabkan sikap, baik sikap spiritual (Kompetensi Inti 1) maupun sikap sosial (Kompetensi Inti 2) tidak dalam konteks untuk diajarkan, tetapi untuk diimplementasikan atau diwujudkan dalam tindakan nyata oleh peserta didik. Oleh karena itu, jika sikap itu diajarkan, sesungguhnya guru sedang mengajarkan pengetahuan tentang sikap, seperti pengertian kejujuran dan kedisiplinan, tetapi bukan membentuk dan merealisasikan sikap jujur dan disiplin dalam tindakan nyata sehari-hari peserta didik. Oleh karena itu sikap spiritual dan sikap sosial harus muncul dalam tindakan nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir yakni:

1) Kemampuan menerima

Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerja sama, kesenangan ini akan menjadi kebiasaan dan hal lain yang diharapkan, yaitu kebiasaan positif.


(72)

2) Kemampuan merespon

Kemampuan merespon adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukan antara lain melalui: tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, menaati aturan, menggungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, memint maaf atas suatu kesalahan.

3) Kemampuan menilai

Kemampuan menilai (valuing) adalah kemampuan memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain melalui : mengapresiasi, menghargai peran, menunjukan keprihatinan, mengoleksi sesuatu, menunjukkan rasa simpati dan empati kepada orang lain.

4) Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan

Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan (organization) artinya kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.


(73)

5) Kemampuan Menerima

Kemampuan berkarakter (characterization) atau menghayati adalah kemampuan memadukan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi emosinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan berkarakter adalah peserta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir dalam bertindak di sekolah, rumah dan masyarakat

Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral

a) Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka. Sikap daat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.

b) Minat

Menurut Getzel (1996:98), minat adalah

“Suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,aktivitas, pemahaman dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian”.

Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia(1990:583), minat atau keinginan adalah Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.


(74)

c) Konsep Diri

Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karier peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karier yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

d) Nilai

Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang baik dan yang dianggap buruk. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat.

e) Moral

Moral berkaitan dengan perasaan salah satu atau benar terhadap kebahagian orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.


(75)

Teknik-teknik penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Penilaian kompetensi sikap melalui pengamatan atau observasi juga bisa dilakukan untuk melihat sikap atau respon peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Dalam menentukan aspek apa saja yang mau diobservasi atau diamati harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Aspek yang diamati harus tampak atau muncul dalam suatu aktivitas tertentu. Misalnya mengamati aspek kerja sama dalam diskusi kelompok, maka aktivitas kerja sama dalam diskusi harus jelas terlihat atau muncul.

b)Aspek yang diamati atau diobservasikan hendaknya terukur. Artinya sesuatu yang diamati hendaknya jelas ukurannya atau indikatornya sehingga memudahkan ketika guru menggunakan instrumen observasi tersebut.

c) Aspek yang diamati hendaknya mengacu pada indikator pencapaian kompetensi yang sudah kita tetapkan yang mengacu pada kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap spiritual dan sosial.


(76)

d)Aspek yang diamati dituangkan dalam pernyataan atau butir instrumen hendaknya menggunakankata kerja operasional yang memiliki arti jelas.

2. Penilaian Diri.

Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingka pencapaian kompetensi yang dipelajari.

3. Penilaian antar peserta didik.

Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sosial dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain. Instrumen yang digunakan bisa berupa lembar penilaian antarpeserta didik menuntut keobjektifan dan rasa tanggung jawab dari peserta didik, sehingga menghasilkan data yang akurat.

4. Jurnal

Jurnal yang berisi catatan-catatan peserta didik sebaiknya dibuat per peserta didik. Catatan-catatan kelemahan dan kekeurangan peserta didik berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial selanjutnya ditindaklanjuti dengan upaya-upaya pembinaan dan


(77)

bimbingan. Dengan demikian, akan terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta didik secara bertahap.

5. Wawancara

Dalam melakukan wawancara hendaknya tidak menggangu proses belajar mengajar dan kegiatan peserta didik dalam belajar. Misalnya melakukan wawancara sambil bimbingan atau pengarahan ketika diskusi kelompok berlangsung. Dengan demikian, peserta didik akan terbuka memberikan informasi yang diperluhkan guru berkaitan dengan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial tanpa merasa sedang diintrograsi oleh gurunya.

Menurut PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Ketuntasan belajar untuk sikap (Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2) ditetapkan dengan predikat Baik (B)

Format penilaian kompetensi sikap yang dilakukan guru untuk menilai sikap siswa adalah:


(78)

1. Observasi a.Jujur

Pedoman Observasi Jujur Petunjuk:

Lembaran ini di isi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kejujuran. Berilah tanda () pada kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:

4= Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3= Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan

2= Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan sesuai pernyataan

1= Tidak Pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan.

Nama Peserta Didik :... Kelas :... Tanggal Pengamatan:... Materi Pokok :...

No Aspek Pengamatan Skor Keterangan 1 2 3 4

1 Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan


(79)

2 Tidak melakukan plagiat

(mengambil/menya lin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas

3 Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa adanya 4 Melaporkan data

atau informasi apa adanya

Jumlah skor

Petunjuk Penyekoran:

Peseta didik memperoleh nilai:

Baik Sekali : Apabila memperoleh skor 16-20 Baik : Apabila memperoleh skor 11-15 Cukup : Apabila memperoleh skor 6-10 Kurang : Apabila memperoleh skor 1-5 b.Disiplin

Pedoman Observasi Sikap Disiplin Petunjuk:

Lembaran ini di isi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kejujuran. Berilah tanda () pada


(80)

kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:

Ya = Apabila siswa menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan

Tidak = Apabila siswa tidak menjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan.

Nama Peserta Didik :... Kelas :... Tanggal Pengamatan :... Materi Pokok :...

No Sikap Yang Diamati Melakukan Keteran gan Ya Tidak 1 Masuk kelas tepat

waktu

2 Mmengumpulkan tugas tepat waktu

3 Memakai seragam sesuai tata tertib

4 Mengerjakan tugas yang diberikan

5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran

6 Mengikuti pratikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan

7 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran 8 Membawa buku teks

mata pelajaran Jumlah skor


(81)

Petunjuk Penyekoran:

Peserta didik memperoleh nilai:

Baik Sekali : Apabila terdapat 7-8 jawaban YA Baik : Apabila terdapat 5-6 jawaban YA Cukup : Apabila terdapat 3-4 jawaban YA Kurang : Apabila terdapat 1-2 jawaban YA c.Tanggung jawab

Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab Petunjuk

Lembaran ini di isi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kejujuran. Berilah tanda () pada kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:

4= Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3= Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan 2= Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan sesuai pernyataan

1= Tidak Pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan.

Nama Peserta Didik :... Kelas :...


(82)

Tanggal Pengamatan :... Materi Pokok :...

No Aspek Pengamatan

Skor Keterangan

1 2 3 4 1 Melaksanakan

tugas individu dengan baik 2 Menerima

resiko dari tindakan yang dilakukan 3 Tidak menuduh

orang lain tanpa bukti yang akurat

4 Mengembalikan barang yang dipinjam 5 Meminta maaf

atas kesalahan yang dilakukan Jumlah skor

Petunjuk Penyekoran:

Peserta didik memperoleh nilai:

Baik Sekali : Apabila memperoleh skor 16-20 Baik : Apabila memperoleh skor 11-5 Cukup : Apabila memperoleh skor 6-10 Kurang : Apabila memperoleh skor 1-5


(1)

225

LAMPIRAN 11

TABEL r PRODUCT

MOMENT


(2)

Tabel R Product moment

n-2

Tingkat Signifikansi Untuk Uji 1 arah

0,05 0,025 0,001 0,005 0,0005

Tingkat Signifikansi Untuk Uji 2 arah

0,1 0,05 0,02 0,01 0,001 1 0,9877 0,9969 0,9995 0,9999 10 2 0,9 0,95 0,98 0,99 0,999 3 0,8054 0,8783 0,9343 0,9587 0,9911 4 0,7293 0,8114 0,8822 0,9172 0,9741 5 0,6694 0,7545 0,8329 0,8745 0,9509 6 0,6215 0,7067 0,7887 0,8343 0,9249 7 0,5822 0,6664 0,7498 0,7977 0,8983 8 0,5494 0,6319 0,7155 0,7646 0,8721 9 0,5214 0,6021 0,6851 0,7348 0,847 10 0,4973 0,576 0,6581 0,7079 0,8233 11 0,4762 0,5529 0,6339 0,6835 0,801 12 0,4575 0,5324 0,612 0,6614 0,78 13 0,4409 0,514 0,5923 0,6411 0,7604 14 0,4259 0,4973 0,5742 0,6226 0,7419 15 0,4124 0,4821 0,5577 0,6055 0,7247 16 0,4 0,4683 0,5425 0,5897 0,7084 17 0,3887 0,4555 0,5285 0,5751 0,6932 18 0,3783 0,4438 0,5155 0,5614 0,6788 19 0,3687 0,4329 0,5034 0,5487 0,6652 20 0,3598 0,4227 0,4921 0,5368 0,6524 21 0,3515 0,4132 0,4815 0,5256 0,6402 22 0,3438 0,4044 0,4716 0,5151 0,6287 23 0,3365 0,3961 0,4622 0,5052 0,6178 24 0,3297 0,3882 0,4534 0,4958 0,6074 25 0,3233 0,3809 0,4451 0,4869 0,5974 26 0,3172 0,3739 0,4372 0,4785 0,588 27 0,3115 0,3673 0,4297 0,4705 0,579


(3)

28 0,3061 0,361 0,4226 0,4629 0,5703 29 0,3009 0,355 0,4158 0,4556 0,562 30 0,296 0,3494 0,4093 0,4487 0,5541 31 0,2913 0,344 0,4032 0,4421 0,5465 32 0,2869 0,3388 0,3972 0,4357 0,5392 33 0,2826 0,3338 0,3916 0,4296 0,5322 34 0,2785 0,3291 0,3862 0,4238 0,5254 35 0,2746 0,3246 0,381 0,4182 0,5189 36 0,2709 0,3202 0,376 0,4128 0,5126 37 0,2673 0,316 0,3712 0,4076 0,5066 38 0,2638 0,312 0,3665 0,4026 0,5007 39 0,2605 0,3081 0,3621 0,3978 0,495 40 0,2573 0,3044 0,3578 0,3932 0,4896 41 0,2542 0,3008 0,3536 0,3887 0,4843 42 0,2512 0,2973 0,3496 0,3843 0,4791 43 0,2483 0,294 0,3457 0,3801 0,4742 44 0,2455 0,2907 0,342 0,3761 0,4694 45 0,2429 0,2876 0,3384 0,3721 0,4647 46 0,2403 0,2845 0,3348 0,3683 0,4601 47 0,2377 0,2816 0,3314 0,3646 0,4557 48 0,2353 0,2787 0,3281 0,361 0,4514 49 0,2329 0,2759 0,3249 0,3575 0,4473 50 0,2306 0,2732 0,3218 0,3542 0,4432 51 0,2284 0,2706 0,3188 0,3509 0,4393 52 0,2262 0,2681 0,3158 0,3477 0,4354 53 0,2241 0,2656 0,3129 0,3445 0,4317 54 0,2221 0,2632 0,3102 0,3415 0,428 55 0,2201 0,2609 0,3074 0,3385 0,4244 56 0,2181 0,2586 0,3048 0,3357 0,421 57 0,2162 0,2564 0,3022 0,3328 0,4176 58 0,2144 0,2542 0,2997 0,3301 0,4143 59 0,2126 0,2521 0,2972 0,3274 0,411 60 0,2108 0,25 0,2948 0,3248 0,4079


(4)

61 0,2091 0,248 0,2925 0,3223 0,4048 62 0,2075 0,2461 0,2902 0,3198 0,4018 63 0,2058 0,2441 0,288 0,3173 0,3988 64 0,2042 0,2423 0,2858 0,315 0,3959 65 0,2027 0,2404 0,2837 0,3126 0,3931 66 0,2012 0,2387 0,2816 0,3104 0,3903 67 0,1997 0,2369 0,2796 0,3081 0,3876 68 0,1982 0,2352 0,2776 0,306 0,385 69 0,1968 0,2335 0,2756 0,3038 0,3823 70 0,1954 0,2319 0,2737 0,3017 0,3798 71 0,194 0,2303 0,2718 0,2997 0,3773 72 0,1927 0,2287 0,27 0,2977 0,3748 73 0,1914 0,2272 0,2682 0,2957 0,3724 74 0,1901 0,2257 0,2664 0,2938 0,3701 75 0,1888 0,2242 0,2647 0,2919 0,3678 76 0,1876 0,2227 0,263 0,29 0,3655 77 0,1864 0,2213 0,2613 0,2882 0,3633 78 0,1852 0,2199 0,2597 0,2864 0,3611 79 0,1841 0,2185 0,2581 0,2847 0,3589 80 0,1829 0,2172 0,2565 0,283 0,3568 81 0,1818 0,2159 0,255 0,2813 0,3547 82 0,1807 0,2146 0,2535 0,2796 0,3527 83 0,1796 0,2133 0,252 0,278 0,3507 84 0,1786 0,212 0,2505 0,2764 0,3487 85 0,1775 0,2108 0,2491 0,2748 0,3468 86 0,1765 0,2096 0,2477 0,2732 0,3449 87 0,1755 0,2084 0,2463 0,2717 0,343 88 0,1745 0,2072 0,2449 0,2702 0,3412 89 0,1735 0,2061 0,2435 0,2687 0,3393 90 0,1726 0,205 0,2422 0,2673 0,3375 91 0,1716 0,2039 0,2409 0,2659 0,3358 92 0,1707 0,2028 0,2396 0,2645 0,3341 93 0,1698 0,2017 0,2384 0,2631 0,3323


(5)

94 0,1689 0,2006 0,2371 0,2617 0,3307 95 0,168 0,1996 0,2359 0,2604 0,329 96 0,1671 0,1986 0,2347 0,2591 0,3274 97 0,1663 0,1975 0,2335 0,2578 0,3258 98 0,1654 0,1966 0,2324 0,2565 0,3242 99 0,1646 0,1956 0,2312 0,2552 0,3226 100 0,1638 0,1946 0,2301 0,254 0,3211 101 0,163 0,1937 0,229 0,2528 0,3196 102 0,1622 0,1927 0,2279 0,2515 0,3181 103 0,1614 0,1918 0,2268 0,2504 0,3166 104 0,1606 0,1909 0,2257 0,2492 0,3152 105 0,1599 0,19 0,2247 0,248 0,3137 106 0,1591 0,1891 0,2236 0,2469 0,3123 107 0,1584 0,1882 0,2226 0,2458 0,3109 108 0,1576 0,1874 0,2216 0,2446 0,3095 109 0,1569 0,1865 0,2206 0,2436 0,3082 110 0,1562 0,1857 0,2196 0,2425 0,3068 111 0,1555 0,1848 0,2186 0,2414 0,3055 112 0,1548 0,184 0,2177 0,2403 0,3042 113 0,1541 0,1832 0,2167 0,2393 0,3029 114 0,1535 0,1824 0,2158 0,2383 0,3016 115 0,1528 0,1816 0,2149 0,2373 0,3004 116 0,1522 0,1809 0,2139 0,2363 0,2991 117 0,1515 0,1801 0,2131 0,2353 0,2979 118 0,1509 0,1793 0,2122 0,2343 0,2967 119 0,1502 0,1786 0,2113 0,2333 0,2955 120 0,1496 0,1779 0,2104 0,2324 0,2943 121 0,149 0,1771 0,2096 0,2315 0,2931


(6)

230

LAMPIRAN 12