sederhana. Dengan demikian, peserta didik akan terbuka dalam memberikan informasi yang diperlukan guru yang berkaitan
dengan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial tanpa merasa sedang diintrogasi oleh guru.
Menurut PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104
TAHUN 2014 Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat Sangat Baik SB, Baik B, Cukup C, dan
Kurang K.
B. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian teoritis sebagaiman yang telah dipaparkan diatas, maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka
pemikiran, yaitu sebagai berikut:
1. Perilaku Guru Sesuai dengan Kompetensi Inti 2
Semboyan yang terkenal dan dipakai di bidang pendidikan adalah tut wuri handayni yang merupakan semboyan dari bapak pendidikan di
Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara. Maksut dari kalimat tersebut adalah di belakang memberikan semangat, jadi seorang guru harus
berupaya penuh memberi dorongan dan arahan. Kata guru sendiri berarti “digugu lan ditiru” yang berarti sebagai panutan dan ditiru. Dari
informasi di atas dapat kita simpulkan bahwa seorang guru harus menjadi teladan baik secara pikiran,perkataan, dan perbuatan, karena
seorang guru harus mampu menjadi panutan bagi para anak didiknya.
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru tidak akan terlepas dari kurikulum, karena kurikulum merupakan fondasi dalam pendidikan. Di
dalam kurikulum juga terdapat apa saja yang harus guru pahami dan lakukan. Di dalam kurikulum 2013 terdapat kompetensi-kompetensi
yang harus dikuasi oleh siswa, seperti sikap spiritual, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Alangkah sungguh memalukan bila
seorang guru yang sebelumnya telah mempelajari kurikulum terlebih dahulu daripada muridnya tidak menguasi ketrampilan-ketrampilan
tersebut, karena seorang guru merupakan panutan atau teladan bagi peserta didiknya. Oleh sebab itu guru harus menguasai ketrampilan-
ketrampilan tersebut, diantaranya yaitu ketrampilan sikap atau dalam kurikulum 2013 adalah Kompetensi Inti-2, yang meliputi jujur, disiplin,
tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun atau sopan, dan
percaya diri. 2.
Hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai Kompetensi Inti 2 dengan nilai afektif
Persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi inti-2 dengan hasil belajar afektif di duga memiliki hubungan terhadap hasil belajar
afektif. Maka kerangka berfikir yang dapat peneliti paparkan adalah
sebagai berikut.
Guru merupakan tokoh sentral dalam Kegiatan Belajar Mengajar KBM, sehingga apa yang dilakukan oleh guru menjadi stimulus bagi
siswa, kemudian stimulus tersebut ditangkap oleh indera siswa dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi persepsi bagi siswa. Siswa akan mendapatkan pemahaman tentang gurunya, apakah gurunya baik atau tidak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mempunyai nilai afektif baik
maka guru yang mengajar tersebut telah menguasai Kompetensi Inti-2, sebaliknya bila peserta didik mempunyai nilai afektif yang buruk maka
guru yang mengajar belum mampu menguasai Kompetensi Inti-2
dengan optimal.
C. PERUMUSAN HIPOTESIS