Hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai kompetensi inti 2 dengan nilai afektif siswa.
viii ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DENGAN NILAI AFEKTIF
Calvin Febriarto Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui; persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan Kompetensi Inti-2 pada aspek: (1) jujur; (2) disiplin; (3) tanggung jawab; (4) toleransi; (5) gotong royong; (6) sopan santun; dan (7) percaya diri.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 2 Cangkringan yang berjumlah 200 siswa. sampel yang diteliti adalah kelas 8 sebanyak 96 siswa diambil dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi, dengan analisis data korelasi bivariat (spearman) dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku jujur guru dengan nilai afektif siswa (sig. (2-tailed) = 0,005); (2) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku disiplin guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0.000); (3) ada hubungan positif persepsi siswa terhadap perilaku tanggung jawab guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0,000); (4) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku toleransi guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0,000); (5) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku gotong royong guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0,000); (6) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku sopan santun guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0,000); (7) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku percaya diri guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0.000).
(2)
ix ABSTRACT
STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS IN ACCORDANCE WITH THE SECOND CORE COMPETENCE WITH
STUDENTS’ AFFECTIVE VALUE
Calvin Febriarto Universitas Sanata Dharma
2016
The purpose of this study are to find out the student perception toward the attitude of teacher accordance with the core value of the second competence based on; (1) honesty; (2) discipline; (3) responibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self confidence.
This study was conduted from January to april 2015. Population this research were 200 junior high school students of two Cangkringan. Sample were 96 student taken by purposive sampling technique. Data was collected by a questioner and documentation. Data were analysed descriptively.
The result show that: (1) any have correlation positively between perception students’ toward attitude honest teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.005); (2) any have correlation positively between perception students’ toward attitude discipline teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (3) any have correlation positively between perception students’ toward attitude responsibility teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (4) any have correlation positively beetwen perception students’ toward attitude tolerance teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (5) any have correlation positively between perception students’ toward attitude mutual cooperation teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (6) any have correlation positively between perception students’ toward attitude manners teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (7) any have correlation positively between perception students’ toward attitude self confidence teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000).
(3)
i
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DENGAN NILAI AFEKTIF SISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh : Calvin Febriarto NIM : 101334050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Karyaku ini ku persembahkan kepada yang terkasih:
Allah Bapa di surga Tuhan Yesus Kristus
Kedua orang tuaku, Robertus Wahyudiyono dan
Ellyana Margaret
Adikku Andrew Baskoro
Teman
–
teman yang sudah sangat mendukung saya
selama ini :
Albertus Anang Dwi Krisdian, Stefanus Priambudi
Dwi Sulaksono, Antonius Dwi Nugroho, Duwi
Patmantoro Prihono, Arnold Dwi Hattomo
Widyono, Richardo Eko Widyono, Hendrik Pratik
Nugroho dan teman-teman Kompak (Komunitas
Pendidikan Akuntansi)
Teman-teman angkatan 2011, 2012, 2013, 2014
Teman hatiku Natalia Kartika Purnasari.
(7)
v MOTTO
“Teruslah Berkaya Hingga Sampai Engkau Dijemput Oleh BAPAK DISURGA”
“Kejujuran Adalah Modal Yang Paling Utama Dan Terutama Yang Harus Dijunjung Tinggi”
“Lihat, Aku Mengutus Kamu seperti Domba Ke Tengah – Tengah Seigala, Sebab Itu Hendaklah Kamu Cerdik Seperti Ular Dan Tulus Seperti Merpati.”
(8)
(9)
(10)
viii ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI-2 DENGAN NILAI AFEKTIF
Calvin Febriarto Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui; persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan Kompetensi Inti-2 pada aspek: (1) jujur; (2) disiplin; (3) tanggung jawab; (4) toleransi; (5) gotong royong; (6) sopan santun; dan (7) percaya diri.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 2 Cangkringan yang berjumlah 200 siswa. sampel yang diteliti adalah kelas 8 sebanyak 96 siswa diambil dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi, dengan analisis data korelasi bivariat (spearman) dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku jujur guru dengan nilai afektif siswa (sig. (2-tailed) = 0,005); (2) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku disiplin guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0.000); (3) ada hubungan positif persepsi siswa terhadap perilaku tanggung jawab guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0,000); (4) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku toleransi guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0,000); (5) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku gotong royong guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0,000); (6) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku sopan santun guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0,000); (7) ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap perilaku percaya diri guru dengan nilai afektif siswa (sig.(2-tailed) = 0.000).
(11)
ix ABSTRACT
STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS IN ACCORDANCE WITH THE SECOND CORE COMPETENCE WITH
STUDENTS’ AFFECTIVE VALUE
Calvin Febriarto Universitas Sanata Dharma
2016
The purpose of this study are to find out the student perception toward the attitude of teacher accordance with the core value of the second competence based on; (1) honesty; (2) discipline; (3) responibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self confidence.
This study was conduted from January to april 2015. Population this research were 200 junior high school students of two Cangkringan. Sample were 96 student taken by purposive sampling technique. Data was collected by a questioner and documentation. Data were analysed descriptively.
The result show that: (1) any have correlation positively between perception students’ toward attitude honest teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.005); (2) any have correlation positively between perception students’ toward attitude discipline teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (3) any have correlation positively between perception students’ toward attitude responsibility teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (4) any have correlation positively beetwen perception students’ toward attitude tolerance teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (5) any have correlation positively between perception students’ toward attitude mutual cooperation teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (6) any have correlation positively between perception students’ toward attitude manners teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000); (7) any have correlation positively between perception students’ toward attitude self confidence teacher with affective students’ value (sig.(2-tailed) = 0.000).
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti 2 Dengan Nilai Afektif.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) di Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi PE BKK P.Ak. 3. Drs. Bambang Purnomo, S.E,. M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, maupun revisi-revisi serta pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. 4. B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. & A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen penguji skripsi.
5. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
(13)
xi
6. Seluruh bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama penulis belajar di USD.
7. Seluruh keluarga besar SMP N 2 Cangkringan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanaan penelitian. Terima kasih banyak atas ijin dan bantuannya.
8. Kedua orang tuaku, Robertus Wahyu Diyono dan Ellyana Margaret yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.
9. Adikku Andrew Baskoro yang selalu memberikan motivasi supaya cepat menyelesaikan kuliah.
10. Natalia Kartika Purnasari terima kasih atas doa, dukungan, cinta dan kasih sayang, serta segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini
11. Teman-teman dan kakak tingkat P.Ak’10 & P.Ak’09 Condro, Ricky, Priam, Arjun, Thomas, Arnold, Anton, Duwi, dll yang selalu mendengarkan keluh kesah dan selalu memberikan hiburan disaat mengalami banyak kepenatan dalam kuliah dan menyelesaikan skripsi.
12. Teman – teman penelitian bersama ku Anita, Ina, Maria, Novrin, dan Bono terima kasih sudah bekerja sama dengan baik dalam pembuatan ide Penelitian. 13. Sekretariat dekanat dan karyawan yang bersedia memberikan tempat mengerjakan skripsi dan menyediakan fasilitas yang baik selama bekerja di sekretariat dekanat “disambi” mengerjakan skripsi.
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
(15)
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Persepsi ... 9
a. Terjadinya Persepsi ... 10
b. Ciri-ciri Persepsi ... 10
B. Perilaku ... 11
a. Eksperimen Ivan Pavlov ... 13
b. Stimuli Antesenden Stimuli Konsekuensi ... 16
c. Pengukuhan (Imbalan) ... 18
d. Hukuman ... 27
C. Kurikulum 2013 ... 32
D. Konsep Dasar ... 33
E. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 35
F. Kerangka Dasar ... 36
a. Landasan Filosofis ... 36
b. Landasan Teoretis ... 38
G. Landasan Yuridis ... 40
H. Struktur Kurikulum 2013 ... 41
I. Kompetensi Inti ... 44
J. Hasil Belajar ... 49
K. Penilaian Sikap ... 57
L. Kerangka Berfikir ... 78
(16)
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ... 81
A. Jenis Penelitian ... 81
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 82
C. Variabel Penelitian ... 82
D. Model dan Paradigma Penelitian ... 82
E. Subyek dan Obyek Penelitian ... 83
F. Teknik Sampling ... 84
G. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 85
H. Teknik Pengumpulan data ... 87
I. Teknik Pengujian Instrumen ... 89
J. Pengujian Hipotesis ... 96
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 97
A. Analisis Data Korelasi Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Dengan Nilai Afektif ... 97
B. Deskripsi Data ... 98
C. Pembahasan ... 117
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASA DAN SARAN ... 124
A. Kesimpulan ... 124
B. Keterbatasan ... 125
C. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 130
(17)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prosedur Eksperimen Pavlov ... 12 Gambar 2.2 Diagram Skematik Pengukuhan Operan
Kondisioning ... 16 Gambar 2.3 Diagram Skematik Proses Pengukuhan
(18)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan Fungsi Operasional Perubahan Stimulasi dan
Dampak Terhadap Perilaku Operasional ... 15
Tabel 2.2 Rangkuman Hubungan Antara Jadwal Pengukuhan ... 25
Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMP ... 41
Tabel 2.4 Perbedaan Esensial Kurikulum 2014 SMP ... 42
Tabel 2.5 Indikator KI-1 dan KI-2 ... 45
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 84
Tabel 3.2 Skor Pernyataan Kuesioner ... 85
Tabel 3.3 Hasil Belajar Afektif ... 86
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas I ... 88
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas II ... 90
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas III ... 91
Tabel 3.7 Reliabilitas ... 93
Tabel 3.8 Normalitas Bivariat ... 94
Tabel 3.9 Kriteria tingkat Hubungan ... 95
Tabel 4.1 Karakteristik responden ... 103
Tabel 4.2 Tanggapan Responden Indikator Jujur ... 103
Tabel 4.3 Tanggapan Responden Indikator Disiplin ... 105
Tabel 4.4 Tanggapan Responden Indikator Tanggung Jawab ... 108
Tabel 4.5 Tanggapan Responden Indikator Toleransi ... 110
(19)
xvi
Tabel 4.7 Tanggapan Responden Indikator Sopan Santun ... 112 Tabel 4.8 Tanggapan Responden Indikator Percaya Diri ... 114 Tabel 4.9 Hubungan Antara Perilaku Jujur dengan Nilai Afektif . 115 Tabel 4.10 Hubungan Antara Perilaku Disiplin dengan Nilai
Afektif ... 116 Tabel 4.11 Hubungan Antara Perilaku Tanggung Jawab dengan
Nilai Afektif ... 117 Tabel 4.12 Hubungan Antara Perilaku Toleransi dengan Nilai
Afektif ... 118 Tabel 4.13 Hubungan Antara Perilaku Gotong Royong dengan
Nilai Afektif ... 119 Tabel 4.14 Hubungan Antara Perilaku Sopan dengan Nilai
Afektif ... 120 Tabel 4.15 Hubungan Antara Perilaku Percaya Diri dengan Nilai
(20)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 134
Lampiran 2 Tanggapan Persepsi Siswa Terhadap Guru ... 142
Lampiran 3 Hasil Rapor Siswa ... 145
Lampiran 4 Uji Validitas I ... 148
Lampiran 5 Ujivaliditas II ... 150
Lampiran 6 Uji Validita III ... 152
Lampiran 7 Reliabilitas ... 153
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan khususnya permasalahan-permasalahan yang di lakukan oleh siswa yang perlu mendapatkan perhatian contohnya saja banyak penyimpangan-penyimpangan terjadi mulai dari penyimpangan sosial, penyimpangan norma agama, yang terwujud dalam bentuk tingkah laku siswa disekolah mulai dari siswa kurang hormat kepada guru dan karyawan, siswa yang sering terlambat masuk sekolah, membolos, tidak disiplin dalam berseragam, kurangnya peduli terhadap lingkungan seperti tidak membuang sampah pada tempatnya, mengotori tembok dengan mencorat-coret tembok sekolah, atau merusak tanaman sekolah, merokok di sekolah pada saat istirahat, berbuat asusila di lingkungan sekolah, memakai obat-obatan terlarang, mencuri, dan juga sering sekali terjadi tawuran antar pelajar perilaku ini tampak nyata sekali yang di alami pada dunia pendidikan sekarang ini.
Guru dalam mengajar cenderung berpihak pada anak yang memiliki kemampuan intelektual tinggi dan memiliki tingkah laku yang baik, sedangkan anak nakal cenderung di benci sehingga anak tersebut bisa menjadi bertambah nakal akibat tingkah laku yang di biarkan. Meskipun pada awalnya guru memberikan pengarahan, tetapi anak tersebut tidak bisa berubah tingkah lakunya maka guru tersebut langsung membiarkannya dengan ketidak sabarannya inilah yang mengakibatkan anak merasa terasing dan anak semakin
(22)
nakal. sikap guru yang seperti demikian harus dimusnahkan agar dalam pembelajaran teracapai.
Guru di gugu dan ditiru bahwa guru dipercaya karena diharapkan akan selalu menyampaikan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan siswanya baik secara akademis maupun pribadi. Guru diharapkan bertingkah laku sesuai dengan azas moral dan adat istiadat setempat. Secara komulatif diharapkan hasil pendidikan sekolah dengan anak didik yang berasal dari berbagai keluarga yang berlatar belakangnya berbeda akan menjadi kelompok masyarakat yang madani.(10 maret 2014: 06:04:59 kompasiana).
Untuk itu, diperlukan pihak kedua yaitu peran guru dalam menantau perkembangan kepribadian peserta didik, sekaligus memberikan contoh perilaku yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan akhlak dan perilaku siswa didiknya, mampu terwujud generasi bangsa yang berkepribadian baik, sesuai yang diinginkan. Peran guru diantaranya menanamkan kepribadian pada diri siswa. Sehingga untuk seorang guru harus memiliki pribadi yang baik, karena hal itulah yang menjadi penentu dalam menjalankan tanggung jawab dan tugas untuk membina kepribadian peserta didik bukan sebagai perusak kepribadian peserta didik.
Semua tingkah laku guru merupakan cerminan kepribadiannya. untuk itu agar guru memiliki kepribadian yang di segani oleh orang atau berwibawa, maka seorang guru harus taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, memiliki sifat kepemimpinan, mampu memelihara dan mengembangkan kode etik guru, serta melaksanakan tugas-tugasnya secara iklas.
(23)
Pada awal tahun 2014 pemerintah telah menetapkan kurikulum 2013 yang bertujuan untuk membentuk karakteristik siswa serta membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Dengan adanya perubahan kurikulum 2013 diharapkan masalah-masalah dalam dunia pendidikan dapat diatasi dan menjadi lebih baik lagi.(menurut Nuh dalam bukunya berjudul “pengembangan dan implementasi kurikulum”) Perlunya perubahan kurikulum karena beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 yaitu Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya materi pelajaran dan banyaknya materi yang keluasan dan kesukarannya melampui tingkat perkembangan usia anak, kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan dan sikap), berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum, kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global, standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru, penilaian
(24)
belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala. (Nuh; 2013,61)
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik seperti mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran; kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Kompetensi kepribadian guru berkaitan dengan kurikulum 2013 yang ditinjau dari KI 2 karena Kurikulum 2013 ada KI 2 berbicara tentang sikap sosial yaitu jujur, disiplin, gotong royong, sopan-santun, percaya diri. Sikap yang dilakukan oleh guru merupakan cerminan bagi siswanya. Bagaimana
(25)
siswanya begitulah gurunya sehingga sikap guru memiliki pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak didik. Untuk melihat fenomena yang terjadi di
sekolah maka Penelitian ini diberi judul “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA
TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI KOMPETENSI INTI KI 2 DENGAN AFEKTIF SISWA”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti akan mengkaji tentang persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan kegiatan Inti-2, yang berkaitan dengan sikap sosial misalnya jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun atau sopan, dan percaya diri.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku jujur guru dengan nilai afektif siswa?
2. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku displin guru dengan nilai afektif siswa?
3. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku tanggung jawab guru dengan nilai afektif siswa?
4. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku toleransi guru dengan nilai afektif siswa?
(26)
5. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku gotong royong guru dengan nilai afektif siswa?
6. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku sopan santun guru dengan nilai afektif siswa?
7. Apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku percaya diri guru dengan nilai afektif siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku jujur guru dengan hasil belajar afektif siswa.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku disiplin guru dengan hasil belajar afektif siswa.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku tanggung jawab guru dengan hasil belajar afektif siswa.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku toleransi guru dengan hasil belajar afektif siswa.
5. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku gotong royong guru hasil belajar afektif siswa.
6. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku sopan santun guru dengan hasil belajar afektif siswa.
(27)
7. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku percaya diri guru dengan hasil belajar afektif siswa.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi kepala sekolah
Kurikulum harus dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tugas-tugas sebagai administrator/ Manager (merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi kegiatan pendidikan dan pengajaran) dan supervisor (pengawasan dan bimbingan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran) dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan kurikulum 2013 ditinjau KI-2 dengan hasil belajar siswa SMP
3. Bagi Guru
Bagi guru sebagai tenaga kependidikan utama di sekolah, kurikulum harus mampu menjadi:
a. Pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan tugas mendidik-melatih dan Mengajar, dalam bentuk penyusunan dan pengorganisasian pengalaman belajar yang akan disajikan kepada peserta didik.
(28)
b. Pedoman dalam merencanakan dan melakukan evaluasi terhadap perkembangan daya serap peserta didik terhadap pengalaman belajar yang telah disajikan kepada mereka. c. Bagi Siswa
Dengan adanya pengembangan kurikulum mereka dapat mengembangkan potensinya, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan mudah dan tujuan akan sering tercapai. Dengan pengembangan potensi tersebut peserta didik dapat bergerak dengan optimal dilingkungan masyarakat. Berdasarkan prinsip relevansi, isi kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat. para peserta didik diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat dan dapat memenuhi harapan masyarakat dan pengguna lulusan (Stakeholders).
(29)
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi
Dalam kamus bahasa indonesia disebutkan, persepsi adalah “tanggapan (penerimaan)langsung atas sesuatu; serapan. Perhatian merupakan syarat psikologis bagi individu dalam mengadakan persepsi”.
Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.
Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dengan demikian, maka apa yang diperhatikan akan benar-benar disadari oleh individu yang bersangkutan, karena itu kesadaran mempunyai kolerasi yang positif, semakin diperhatikan suatu objek akan semakin jelas bagi individu. Jadi apa yang diperhatikan benar-benar disadari dan berada pada pusar kesadaran.
Menurut Hanif Ismail mengatakan persepsi adalah “suatu proses mental
memberi makna atau arti terhadap sesuatu atau hal setelah kita memeroleh informasi melalui indera”.
Persepsi adalah apa yang ingin dilihat seseorang yang belum tentu sesuai dengan fakta yang sebenarnya, yang menyebabkan dua orang yang melihat
(30)
atau mengalami hal yang sama memberikan interprestasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau di alaminya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan seseorang atas rangsangan yang diterimanya dengan melalui pencernaan rangsangan alat inderanya.
a. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut : Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak. proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat atau apa yang didengar atau apa yang diraba.
proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut dengan proses psikologis. dua orang yang melihat hal dan kejadian yang sama di waktu yang sama mungkin mempunyai interprestasi yang berbeda. hal ini berdasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh beberapa hal yang menyangkut kondisi dari diri mereka sendiri, hal yang dilihat atau dialaminya serta kondisi lingkungan sekitarnya.
b. Ciri-Ciri Persepsi
Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna ada ciri-ciri tertentu dalam sebuah dunia persepsi :
(31)
a. Modalitas, yakni rangsangan-rangsangan yang diterima harus bau untuk penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya
b. Dimensi ruang sehingga dapat meyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, latar depan-belakang.
c. Dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda. d. Struktur konteks, yakni keseluruhan yang menyatu.
B. Perilaku
Menurut kamus bahasa indonesia Perilaku adalah tingkah laku; tanggapan seseorang terhadap lingkungan.
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. karena amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas dan McGregor dalam buku “The human Side Enterprise”, di mana para manajer atau pemimpin organisasi
(32)
perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai atau karyawan yaitu teori X dan Y (www.samueliverpudlan.blogspot.com).
Teori X menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Sedangkan teori Y memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Penelitian teori X dan Y menghasilkan gaya kepemimpinan Ohio State yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.
Perilaku (Behaviour) adalah sesuatu yang dikerjakan atau dikatakan oleh seseorang (Kazdin, 1987; Alberto& Troutman, 2006). Istilah lainnya yang identik dengan perilaku adalah aktivitas, respon, kinerja, dan reaksi. Perilaku yang dapat diamati secara langsung disebut perilaku overt, sedangkan yang tidak dapat diamati secara langsung disebut perilaku covert(misalnya, berpikir
(33)
atau merasakan). fokus teori perilaku adalah mengubah perilaku manusia asumsi bahwa penjelasan perilaku dapat diprediksi. Hubungan fungsional akan terjadi dan menyimpang dan generalisasi diupayakan secara jelas sehingga dapat mengurangi perilaku menyimpang dan meningkatkan perilaku yang tidak menyimpang. Teori perilaku menekankan pada perubahan perilaku dan bukan pada mendiskusikan perilaku.
Teori perilaku terkait dengan stimulus (jamak stimuli). stimulus adalah variabel lingkungan menyangkut kondisi atau perubahan dalam kesemuanya dapat dijelaskan, diukur, dimanipulasi sesuai dimensi-dimensi yang ada. dengan kata lain, stimuli adalah objek atau peristiwa yang berdampak pada seseorang. stimuli meliputi stimuli di dalam diri (kesakitan, tekanan hidup, dan kemarahan) dan di luar seseorang (orang lain, tempat, benda, dan suara). a. Eksperimen Ivan Pavlov
Semua manusia memasuki dunia dengan kemampuan tertentu untuk merespons yang terjadi secara otomatis. fungsi perilaku semacam ini untuk melindungi diri dari stimulus yang merugikan. misalnya cahaya terang pada mata dan dikenal dengan stimulus antesenden menyebabkan orang berkedip. Respon terhadap cahaya disebut respondent condition (RC). RC dikembangkan oleh Ivan Pavlov.
Stimuli baru dapat menunjang kemampuan memancarkan (elicit)responden. Hal ini dilaporkan oleh Pavlov dengan studinya pada anjing. Pavlov membunyikan bel sebelum memberi makanan pada anjing. pada mulanya, makanan (unconditioning stimulus/UCS) akan memunculkan
(34)
air liur anjing (unconditioned respons/UR). Bel yang dibunyikan belum memunculkan air liur (stimulus netral/SN), setelah berulang kali bel dibunyikan dan makanan diberikan (UCS) akan memunculkan air liur (conditioning respons). Pada akhirnya, dengan hanya membunyikan bel (CS), air liur akan keluar. hubungan antar kondisi UCS dengan CS terdapat pada Gambar berikut :
tahap 1
makanan(UCS)
Bunyi tahap 2
Bunyi
gambar 2.1
Prosedur Ekperimen pavlov
Dengan ekperimen ini, Pavlov mengemukakan teorinya bahwa perilaku dapat dibentuk dengan cara memasangkan US dengan CS.
Teori perilaku ini bahkan sekarang menjadi dasar pengembangan analisis perilaku terapan. Stimulus kondisioning dapat menjadi stimulus antensenden atau stimulus kontrol dan menimbulkan respons kondisioning (air liur). Contoh dalam kehidupan sehari-hari, antara lain telepon berdering,
Keluar air liur
(35)
orang mengangkat telepon; tanda lampu lalu lintas berwarna merah, mobil berenti.
Teori respondent conditioning banyak digunakan oleh terapis perilaku pada penanganan perilaku phobia dan untuk mengubah kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol (Alberto & Troutman, 2006). selain responden berkondisi (Conditioning Responden), terdapat operan berkondisi (Conditioning Operant). Perilaku operan merupakan perilaku yang dipancarkan (Emitted) oleh stimuli yang jelas, kemungkinan terjadinya perilaku ditentukan oleh konsekuensinya, sifatnya dinamis, dan terdapat perubahan konstan sebagai respons terhadap lingkungan. efeknya adalah perilaku tersebut meningkat pada mendatang. Perilaku yang dikukuhkan cenderung meningkat, baik frekuensi, lama, dan intensitasnya. Contoh: anak mencuci tangan karena di waktu lalu dengan mencuci tangan, tangan menjadi bersih. frekuensi mencuci tangan meningkat.
Penelitian lain yang sejajar dengan penelitian Pavlov dilaksanakan oleh Edward Thorndike adalah The Law Of Effect dan The Law Of Exercise. hukum pertama menyatakan bahwa setiap aksi pada satu stimuli tertentu akan menghasilkan kepuasan dan berasosiasi dengan situasi tersebut bila situasi itu terulang, akan terjadi aksi kembali. hukum kedua menyatakan bahwa respons terjadi pada satu sisi tertentu akan berasosiasi dengan lingkungan itu.
(36)
Aplikasi awal teknik-teknik perilaku di Amerika Serikat dilaksanakan di laboratorium pada binatang. beberapa penelitian awal pada manusia dilaporkan anatara lain oleh Fuller pada 1949 pada seorang tunagrahita berat (idiot) berumur 18tahun. penelitian lain dilakukan oleh Bijou pada 1958, anak-anak TK dan DeMeyer pada 1960, pada anak-anak autis, Fuller(Cooper dkk., 1987, 22) melaporkan sebagai berikut:
“Penelitian ini sangat berhasil karena selama 18 tahun, ia hanya tidur terlentang tidak dapat membalikan badan dan tidak dapat menggerakan tangannya. Dengan mengunggunakan konditioning operan dalam 4 sesi ia dapat mengangkat tangannya dengan posisi vertikan sebanyak 3kali per menit.”
Sejak itu, analisis perilaku terapan berkembang dengan pesat dan juga berhasil diterapkan pada anak-anak kesulitan belajar khusus, agresi verbal dan fisik, dan meluas sampai pada pencegahan dan remedial perilaku bagi anak yang mengalami ganguan sosial (cooper dkk., 1987). Namun, disadari bahwa mengubah perilaku, melainkan memerlukan sumber-sumber kekuatan manusia untuk menganalisis asal-usul sasaran perliaku dan penataan lingkungan secara efektif.
b. Stimuli Antesenden dan Stimuli Konsekuensi
Salah satu kepercayaan analisis perilaku terapan adalah segala sesuatu yang terjadi dunia berhubungan dengan peristiwa lain dan sains hendak menemukan hubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang
(37)
lainnya. Analisis perilaku eksperimental menunjukan dua peristiwa lingkungan yang mengontrol perilaku manusia, yaitu stimuli antesenden dan stimuli konsekuensi. stimuli (jamak dari stimulus) konsekuensi merupakan perubahan pada lingkungan yang mengikuti sebuah perilaku dalam urutan temporal dan mengatur kemungkinan terjadinya perilaku itu. Konsekuensi terdiri salah satu dari yang berikut.
a. Pemberian atau penambahan sebuah stimulus pada lingkungan.
b. Penarikan atau penghilangan sebuah stimulus dari lingkungan Morse & Keleher, 1977 (ooper Dkk.,1987,23)
Stimulus merupakan variabel kontrol, dari kedua jenis konsekuensi dapat menghasilkan satu dari dua hal berikut (1) tingkat perilaku menaik atau (2) rate perilaku menurun. konsekuensi atau akibat sebuah perilaku sangat berpengaruh dan dapat diprediksi apakah di kemudian hari perilaku tersebut akan terulang kembali atau tidak. tabel berikut menyajikan hubungan antara konsekuensi dan pengaruhnya terhadap perilau, yaitu pengukuhan dan hukuman.
Tabel 2.1
Hubungan Fungsi Operasional Perubahan Stimulus dan Dampak Terhadap Perilaku Operasional
Operasional
Pengukukuhan positif Pengukuhan negati Hukuman Tipe I Hukuman Tipe II
(38)
c. Pengukuhan (Imbalan)
Pengukuhan merupakan peristiwa peningkatan atau pembentukan perilaku yang didasarkan pada prinsip operan berkondisi. Prinsip ini menyangkut hubungan antara stimuli (antesenden), perilaku (behaviour), dan konsekuensi. Gambar berikut menunjukan prinsip dasar kondisioning operan terkait pengukuhan.
Gambar 2.2
Diagram Skematik Pengukuhan Operan Kondisioning
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pada prinsip Kondisioning Operan dengan konsekuensi menyenangkan akan memperkuat perilaku dan disebut pengukuhan (reinforcement). Dua jenis pengukuhan:
konsekuensi
Stimul Perilaku
Perilaku berikut (dapat diprediksikan)
Perilaku
kondekuen si
Konsekuensi tak
Perilaku berulang
Perilaku tak berulang
Stimuli Respon Konsekuensi
(39)
pengukuhan positif dan negatif dan gabungan keduanya dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku.
a. Pengukuhan Positif
Pengukuhan positif merupakan peristiwa meningkatkan respons yang menjadi sasaran. Hadiah dan imbalan termasuk pengukuhan disamakan dengan hadiah. Namun, ada perbedaan antara imbalan dan pengukuhan positif. dalam pengukuhan positif, terdapat penambahan atau peningkatan respons, sedangkan pada hadiah hanya berupa sesuatu yang diberikan atau di terima (Sulzher-Azaroff, 1992). Pengukuhan positif dapat diberikan dalam bentuk verbal (pujian), materi kongkret, senyuman, atau makanan, tetapi definisi pengukuhan positif harus ditentukan oleh efeknya.
Walaupun pengukuhan positif terbukti banyak keberhasilannya, berbagai kritikan muncul terutama terhadap penggunaan pengukuhan positif berbentuk materi yang dianggap sebagai bentuk penyuapan (Skinner, 1978). bedanya, pada penyuapan, hadiah atau imbalan diberikan sebagai pertimbangan yang keliru atau sebagai tindak korupsi, sedangkan pengukuhan positif sifatnya netral. Tetapi, imbalan akan menajadi suap bila orang bertindak berlawanan dengan kepentingan atau norma-norma masyarakat.
Sebuah perilaku tidak dengan sendirinya mendapatkan pengukuhan, tetapi harus didukung oleh stimuli. Sebagai contoh, pujian diberikan kepada siswa karena mengerjakan tugas dengan baik. Akan tetapi,
(40)
mungkin pujian sajabukan merupakan pengukuhan dan harus dipasangkan dengan stimuli lain, misalnya anak diberikan permen setelah pujian dipasangkan dengan permen(makanan), pujian sendiri dapat menjadi pengukuhan dan menambah berbagai respons lainnya. Respons tertentu dapat juga menjadi pengukuhan, misalnya menggunakan prinsip premack atau yang sulit dahulu dikerjakan atau berpotensi tinggi baru yang mudah atau berpotensi rendah. contoh, anak mengerjakan PR baru boleh bermain.
Dalam pengukuhan terdapat tiga kontingensi (ketergantungan), yaitu hubungan antara antensenden, behavior, dan konsekuensi. peristiwa berkondisi ini dapat diartikan sebagai hubungan “jika maka”. Sebagai contoh, jika orang keluar rumah di bawah sinar matahari terik, maka ia akan merasa panas; jika guru bertanya, maka siswa akan menjawab.
Gambar berikut menunjukan hubungan antar stimulus diskriminan dengan simbol (guru memberi soal), respons(siswa menjawab), dan konsehkuensi pada seorang siswa yang sedang belajar (pengukuhan positif). Maksud dari stimulus diskriminan ( )adalah stimulus yang mendahului atau menyertai sebuah perilaku dan dapat mengontrol perilaku tersebut (Cooper dkk., 1987,126).
(41)
+
keterangan;
= Stimulus diskriminan
R = Respon atau prilaku
+ = Stimulus respons Positif
b. Pengukuhan Negatif
Pengukuhan negatif merupakan peristiwa meningkatkan atau memelihara frekuensi respons karena berasosiasi dengan hilangnya atau pengurangan stimulus yang dikehendaku (stimulus negatif). Pengukuhan hanya disebut pengukuhan negatif bila terdapat penghilangan stimulus daripada menghasilkan stimulus. Pengukuhan sering disamakan dengan hukuman, padahal pengukuhan negatif merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan perilaku operan (Cooper., 1987; Alberto & Troutman, 2006).
Dalam kehidupan sehari-hari, orang belajar melakukan sesuatu karena pengalaman dalam hidupnya terkait hilangnya atau berkurangnya suatu stimulus yang tidak diinginkan. kekurangan sarana atau benda-benda yang dibutuhkan juga merupakan pengukuhan negatif.
R guru memberikan
soal
siswa menjawab
pengukuhan oleh guru
(42)
Contoh: orang menutup jendela karena aingn kencang, mengurangi volume suara TV karena bising, memakai payung waktu hujan supaya tidak basah.. Pada contoh terakhir, kemungkinan memakai payung meningkat pada musim hujan. Selain benda, perilaku sosial juga dapat merupakan pengukuhan negatif. Misalnya, disindir atau dibentak. Gambar berikut mengenai diagram skematik prosedur pengukuhan negatif.
- +
Gambar 2.3
Diagram Skematik Proses Pengukuhan Negatif keterangan;
- = Stimulus respons negatif = antensenden
R = Respon atau prilaku
+ = Stimulus respons Positif(konsekuensi)
Pengukuhan negatif menyingkirkan apa yang tidak dikehendaki. Namun, Tidak semua peristiwa merupakan pengukuhan negatif karena apa yang disenangi seseorang berbeda dengan orang lain.
R Dua siswa
bercakap-cakap mengajar
Peringatan guru verbal
Bercakap-cakaop berhenti
(43)
Dua kemungkunan akan terjadi pada pengukuhan negatif, yaitu menyingkirkan dan menghindar. Menyingkir dari sebuah stimulus ialah menghentikan stimulus yang ada. pada contoj di atas, guru telah menggunakan pengukuhan negatif (bercakap-cakap selama pembelajaran), karena setelah peringatan guru, perilaku bercakap-cakap berhenti. guru telah menyingkirkan stimulus respons negatif (bercakap-cakap) dan di kemudian hari, guru akan sering menggunakan teknik peringatan verbal untuk menghentikan perilaku bercakap-cakap dan mungkin juga pada perilaku lainnya.
Menghindar tejadi karena penyingkiran sebuah respon. Sebagai contoh, (1)siswa mengikuti perintah guru untuk menghindar disuruh menghadap kepala sekolah, atau (2)siswa duduk di bangku paling belakang untuk menghindari dari pengawasan guru. Pada kedua contoh ini, respons siswa terjadi untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan (pengalaman stimulus). menyingkir dan menghindar, keduanya dapat dipadukan untuk mencapai sasaran perilaku.
Dalam kehidupan sehari-hari biasanya orang memadukan pengertian pengukuhan positif dan negatif. Hal ini terjadi karena interaksi sosial. Misalnya, guru mengeluarkan siswa dari kelas karena mengganggu teman-teman yang sedang belajar. Bagi guru, peristiwa dikeluarkan siswa dari kelas merupakan pengukuhan negatif, padahal mungkin bagi siswa, dikeluarkan dari kelas dianggap sebagai pengukuhan positif.
(44)
Pengukuhan positif terjadi pemberian pengukuha dapat mengingkatkan kemungkinan terulangnya sebuah perilaku. Contoh: anak makan sendiri dikukuhkan serta mengingkat bila mendapat perhatian atau dipuji orang tuanya. Sebaliknya, pengukuhan negatif akan mengingkat karena hilangnya atau berkurangnya suatu stimulus. Contoh, perilaku negatif siswa di kelas meningkat disebabkan ia disuruh keluar kelas yang ia sukai.
c. Jadwal pengukuhan
Pengukuhan sebaiknya diberikan secara sistematis agar efektif. Cara sistematis pemberian pengukuhan disebut jadwal pengukuhan jadwal pengukuhan merupakan aturan waktu pengukuhan yang diberikan pada respon sasaran prilaku. jadwal pengukuha yang dighankan sangat berpengaruh pada proses perubahan perilaku. Pada umumnya, jadwal pengukuhan terdiri dari jadwal interval dan jadwal rasio. Perbedaannya didasarkan ada frekuensi perilaku dan waktu terjadinya perilaku. Strategi melaksanakan jadwal pengukuhan interva, sebagai berikut.
1. Kurangi ukuran interval untuk sementara waktu. 2. Gunakan stimulus diskriminan.
3. Gunakan sejarah pengukuhan untuk tingkatan (tinggi atau rendah) respons.
4. Gunakan instruksi aturan.
(45)
6. Memperhatikan urutan kompetensi mendapatkan pengukuhan (misalnya, pengukuhan hany untuk satu orang).
7. Tambahkan komponen keterbatasan kinerja atau respons, misalnya pada melakukan sebuah tugas, guru menambahkan batas waktu pemasukan tugas.
selanjutnya, terdapat dua jenis jadwal pengukuhan, yaitu interval dan jadwal rasio. Jadwal interval baik digunakan untuk mengukur diskrit (misalnya, Frekuensi keluar tempat duduk dalam 5 menit) dan jadwal rasio baik digunakan untuk perilaku kontinu (misalnya membuat tugas). (Suzher-Azaroff & Mayer, 2992; Walker & Shea, 2010). kaitan antara keduanya menghasilkan beberapa jenis jadwal pengukuhan yang sering digunakan dalam analisis perilaku terapan, sebagai berikut.
1. jadwal interval
Jadwal interval kontinu: pengukuhan segera diberikan setelah terjadi sasaran perilaku dan biasanya digunakan selama tahap permulaan program dan dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam waktu lama. Contoh: siswa sering keluar dari tempat duduk waktu belajar, guru memberikan pengukuhan setiap siswa duduk.
Jadwal interval berjangka tetap (fixed interval =F1) terdapat periode waktu khusus sebelum diberikan pengukuhan (misalnya
(46)
5, 8, 10 menit), contoh: Guru memberikan pengukuhan jika siswa duduk selama 5 menit.
Jadwal interval bervariasi (VI): sama dengan jadwal interval, bedanya adalah presentase pengukuhan didasarkan pada rata-rata respons perilaku. siswa tidak tahu kapan pengukuhan diberikan. Contoh: guru menerapkan jadwal interval 3, 5, 8, 10, 15, 13 menit (rata-rata 10 menit)pada contoh di atas, pertama pengukuhan diberikan bila siswa duduk selama 3 meni, kedua selama 5 menit, ketiga selama 8 menit, dan seterusnya.
2. Jadwal rasio
Jadwal fixed ratio atau rasio tetap (FR): pengukuhan diberikan setelah siswa menunjukan beberapa respons perilaku yang benar. Contoh: setiap kali siswa menjawab 5 pertanyaan berhitung (FR=5), siswa diberi satu hadiah setelah menjawab 10 soal (FR 10).
Jadwal rasio bervariasi ( varible ratio = VR) diadakan untuk menopang tingkat respons yang sesuai yang telah dicapai anak, dan jadwal rasio adalah sekitar rata-rata respons. Contoh: guru menerapkan VR= 5 menit pada siswa tunanetra supaya mengangkat kepalanya setelah guru memanggil. Siswa mendapat pengukuhan pada jadwal misalnya 8, 7, 3, 4, 5 menit yang artinya siswa mendapat pengukuhan setelah dalam waktu 8 menit mengangkat kepalanya, kemudian 7 menit, dan
(47)
seterusnya. Rangkuman jadwal pengukuhan terdapat pada tabel berikut.
Tabel 2.2
Rangkuman Hubungan Antara Jadwal pengukuhan
Interval Rasil
Kontinu Siswa diberikan pengukuhan pada setiap respons yang benar.
Siswa mendapat pengukuhan setelah setiap masalah selesai Tetap (fixed) Siswa mendapat
pengukuhan selama interval waktu khusus( 5 atau 10 menit).
Siswa merespons benara pada sejumlah tugas (menjawab 10
soal) dan
sesudahnya menerima pengukuhan. Variabel Guru memberikan
pengukuhan pada perhatian siswa sekitar rata-rata respons siswa
Guru memberikan pengukuhan pada rata-rata respons siswa.
d. Hukuman
Istilah hukuman banyak artinya, pada yang mengartikan hukuman sebagai penderitaan fisik (anak ditampar karena nakal) atau penderitaan psikologis, misalnya siswa jadi bahan tertawaan dalam kelas, atau kehadiran orang yang tidak disenangi. Hukuman secara formal dilakukan oleh pengadian dan secara informal adalah konsekuensi dalam kehidupan sehari-hari dengan hukum yang tidak terteulis. dalam analisis perilaku terapan, hukuman menyangkut pemberian sebuah stimulus yang tidak
(48)
menyenangankan segera setelah terjadinya respons dan di kemudian hari menurunkan rate respons tersebut.
Foxx dalam Cooper dkk. (1987,31) memberikan istilah hukuman tipe I dan tipe II (lihat tabel I) yang didasarkan pada pemberian dan penghilang stimulus. Dalam hukuman tipe I terdapat pengurangan perilaku karena pemberian stimulus yang tidak disukai, sedangkan hukuman tipe II terjadi karena pengurangan atau penghilangan perilaku. Dengan demikian, hukuman tipe I menyangkut pemberian peristiwa yang tidak diinginkan pada seseorang setelah terjadi respons (contoh: suara keras, benda panas, dan hukuman fisik). Contoh guru menyuruh anak berdiri di pojok kelas kerena mengganggu temannya. Hukuman tipe II menyangkut penundaan atau penarikan kemungkinan mendapat pengukuhan positif. Contoh: siswa tida mendapat kudapan karena berperilaku buruk.
Selanjutnya, dalam analisis perilaku terapan terdapat kontingensi(ketergantungan) perilaku. Kontingensi merupakan sebuah uraian lengkap tentang sebuah perilaku operan khusus yang meliputi (1) definisi jelas keterbatasan ranah respons yang dihasilkan, (2) konsekuensi khusus, (3) situasi lingkungan (skinner, 1978). tiga perilaku menyangkut manipulasi satu atau lebih komponen “ABC” (Cooper dkk., 1978; Alberto & Troutman, 2006). Model kontingensi disebutjuga sebagai model “ABC” adalah sebagai berikut:
(49)
stimulus antensenden (A): semua hal yang menyebabkan terjadinya perilaku:
respons atau behaviour (B): perilaku yang dapat diukur dengan frekuensi, intensitas dan durasi perilaku;
semua akibat konsekuensi atau consequence (C) yang diperoleh setelah terjadi perilaku.
Model “ABC”(Antensenden, Behaviour, Consequence) yang digunakan
adalah setiap tugas yang digunakan adalah setiap tugas yang diberikan kepada siswa terdiri dari Antensenden: (prakejadian) atau suatu arahan ( atau stimulus diskriminan) atau instruksi/permintaan pada siswa untuk melakukan suatu aksi.
Behaviour atau “respons” siswa meliputi berbagai hal: misalnya bisa atau berhasil; sebagian bisa; tidak bisa, respons salah. konsekuensi atau “reaksi” guru adalah dengan memberikan imbalan positif kuat, ringan, atau reaksi negatif (misalnya, dengan mengatakan “tidak” dengan suara keras)
Antesenden (A) Guru memberikan intruksi
Perilaku (B) siswa merespons dengan benar
Konsekuensi (C) guru memberikan pujian
(50)
dan diikuti oleh suatu jeda untuk memisahkan uji coba yang satu dengan uji coba yang lainnya.
Terkait dengan pembelajaran sekolah, analisis perilaku terapan berpendapat sebagai berikut.
1. Belajar merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi dapat dicatat perubahan perilaku (kinerja, respons) bedasarkan latihan atau stimulus lingkungan
2. Perilaku siswa dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk kesehatan anak, stimuli antensenden, dan konsekuensi perilaku.
3. Pembelajaran harus individualistik dan cocok dengan kemampuan dan keburuhan siswa.
4. Pengajaran bagi siswa dengan kelainan badan dan berat hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga mereka dapat belajar banyak hal dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu, dibuthkan pengukuran kinerja seara berkelanjutan.
5. Kegiatan pembelajaran harus di desain sehingga siswa dapat memelihara dan mengaplikasikan perubahan perilaku pada situasi atau setting lain. 6. Prinsip dan prosedur perilaku yang digunakan dalam mengajarkan
keterampilan adalah sama pada berbagai ranah yang berbeda, konten dapat berbeda, tetapi proses dasarnya sama.
(51)
a. Kelebihan dan Kelemahan 1. Kelebihan
a. Perincian pelaksanaan intervensi perilaku dapat diubah selama intervensi berlangsung.
b. Sebuah strategi atau teknik yang gagal dapat digantikan dengan yang lain, tetapi strategi atau teknik pengganti harus di amati dan diukur.
c. Waktu pelaksanaan perubahan perilaku singkat. 2. Kelemahan
tidak ada suatu pendekatan perilaku yang merupakan pendekatan mutlak. Demikian juga dengan analisis perilaku terapan. Keterbatasan dari pendekatan ini sebagai berikut.
a. Penelitian awal dilakukan pada binatang. Oleh sebab itu, jika dilaksanakan pada manusia (siswa) harus dilaksanakan dengan teliti.
b. Tidak semua perilaku manusia dapat diamati secara langsung. c. Perilaku manusia adalah kompleks.
d. Tidak semua prosedur atau strategi perilaku dapat diterapkan pada sebuah sasaran perilaku.
e. membutuhkan latihan dan kecermatan guru, peneliti, analisis perilaku dalam pelaksanaan intervensi perilaku.
(52)
C.Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan. Kurikulum adalah ujung tombak bagi pelaksananya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan akan dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien sesuai yang diharapkan, karena itu kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan di masing-masing satuan pendidikan, sebab kurikulum merupakan salah satu penentukeberhasilan pendidikan. Dalam konteks ini, kurikulum dimaknai sebagai serangkaian upaya untuk menggapai tujuan pendidikan. Menurut Sanjaya (2008:7)
Kurikulum adalah“Bukan hanya menyangkut mata pelajaran yang harus dipelajari, melainkan menyangkut seluruh usaha sekolah untuk mempengaruhi siswa belajar, baik di dalam maupun di luar kelas atau bahkan di luar sekolah”.
Menurut Hilda Taba (1962) sebagaiman dikutip Sanjaya (2008:7) kurikulum adalah “A curriculum is a plan for learning; therefore, what is know about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”
Maksudnya, kurikulum merupakan perencanaan pembelajaran yang memuat berbagai petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari
(53)
kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Dalam konteks ini, Kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dibangku sekolah. Dengan kata lain soft skills dan hard skills dapat tertanam secara seimbang, berdampingan dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya Kurikulum 2013, harapannya peserta didik dapata memiliki kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya sehingga akan dapat berpengaruh dan menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya.
D.Konsep Dasar
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 tahun 2003 tentang SPN).
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistik (seimbang). Kompetensi
(54)
pengetahuan keterampilan, dan sikap ditagih dalam rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan peserta didik dikembangkan meliputi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi agar menjadi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, danperadaban. kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi mengamati, menanya, mencoba,mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta agar pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta duania peradabannya (Kemdikbud, 2013f).
Kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, pertama kali dikemukakan oleh Bloom (1965) dan sudah menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum di Indonesia sejak kurikulum 1973 (kurikulum PPSP). Akan tetapi, dalam implementasinya guru-guru pada umumnya tidak mengembangkan kompetensi keterampilan dan sikap secara eksplisit, mungkin kerena tidak ditagih dalam rapor sehingga tidak merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Pada kurikulum 2013, ketiga kompetensi tesebut ditagih dalam rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik sehingga guru wajib meinplementasikannya dalam pembelajaran dan penilaian.
(55)
E.Karakteristik Kurikulum 2013
kurikulum 20013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut (Kemendikbud, 2013).
a. mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik secara simbang. b. Memberikan pengalaman belajar terencana ketika peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar secara seimbang.
c. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah.
d. Memberikan waktu yang cukupu leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan.
e. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing element) dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensu yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
g. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatid, saling memperkuat( reinforeced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horisontal dan vertikal).
(56)
F.Kerangka dasar
pembahasan kerangka dasar kurikulum 2013 meliputi landasan filosofis, landasan teoretis, dan landasar yuridis (Kemendikbud, 2012).
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber, dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta ddik menjadi manusia indonesi berkualitas yang tercantum dala tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya, tidak ada satu pun filosofis pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia berkualitas. Berdasarlan hal tersebut, kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofis sebagai berikut.
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, masa depan. Selain itu, mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum. Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan
(57)
kehidupan generasu muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan pesera didik, kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka bagi pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat daam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempata kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibacam dipelajari dari warisan budaya berdasrkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik, selain itu, akademik, kurikulum 2013 memposisikan keungguan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melauli pendidikan disiplin ilmu. filosofi ini
(58)
menentukan isi kurikulum adalah disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemamuan inteletual, untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik. dengan filosofi ini, kurikulum 2013 bermaksid untuk mengmbangkan potensi peserta didik menajdi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangung kehidupan masyatakat demokoratis yang lebih baik.
b. Landasan Teoretis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. kurikulum berbasis kompetensi di rancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalm mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, keterampilan, dan bertindak.
Baik negara berkembang maupun negara maju, dewasa ini tengah berupaya meningkatkan kualitas pendidikannya. salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan melalui perbuhan kurikulum. Dalam
(59)
perubahan kurikulum digunakan model-model yang dipandang dapat menjawab tantangan pendidikan yang dihadapi, terutama terkait dengan peningkatan mutu. Berdasarkan studi yang dihadapi,terutama yang terkait dengan peningkatan mutu. Berdasrkan studi yang dilakukan oleh NIER (1999). (Depdiknas, 2003b), model kurikulum yang digunakan di berbagai negara dapat dikelompokan ke dalam tiga model, yaitu: (1)kurikulum yang berbasis konten atau topik (content base curriculum); (2)kurikulum berbasis hasil atau kompetensi(outcome or competency base curriculum); (3)dan campuran kedua model tersebut.
Menurut Richard dan Tittle (1980), kompetensi antara lain memiliki unsur integrasi dan aplikas yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap; kinerja merupakan perwujudan dari capacity-building pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sejalan dengan Richard dan Tittle, Spencer dan Spencer(1993) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan kesesuaian antara pengetahuan dengan tindakan dan sikap.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah pemilikan pengetahuan yang diwujudkan dalam tindakan (keterampilan) dan sikap dalam kehidupan nyata sehari-hari (Widyastono, 2007). Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, tidak cukup peserta didik hanya dibekali dengan pengetahuan semata-mata. Berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki tersebut, diharapkan membentuk keterampilan apa? selanjutnya, berdasar keterampilan yang telah dimiliki tersebut, diharapkan membentk
(60)
sikap apa? Artinya, ada kesesuaian antara pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan keterampilan dan sikapnya.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran disekolah, kelas, dan masyarakat: dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
G.Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum 2013, antara lain:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan dalam Rencana Pengembangan Jangka Menengah Nasional; dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
(61)
H.Struktur Kurikulum 2013
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.
Struktur Kurikulum SMP Tabel 2.3
Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
VII VIII IX Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
(62)
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1. Seni Budaya (termasuk muatan lokal)
3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan (termasuk muatan lokal)
3 3 3
3. Prakarya (termasuk mulok)
2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu per Minggu
38 38 38
*muatan lokal dapat termasuk bahasa daerah
Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP antara lain Pramuka (Wajib), Organisasi Siswa Intrasekolah, Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai
(63)
pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Disamping itu, tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ilmu Pengetahuan Alam juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.
Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu. Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi daerah pada satuan pendidikan itu.
(64)
Perbedaan Esensial Kurikulum 2014 SMP Tabel 2.4
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Status Mata pelajaran tertentu
menudkung kompetensi tertentu
Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi sikap, keterampilan, pengetahuan
Benarnya
Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dsar diikat oleh kompetensi inti tiap kelas
Benarnya
Bahasa Indonesia sebagai pengatahuan
Baha Indonesia sebagai alat komunikasi adan carrier of knowledge
Idealnya
Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda
Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatansaintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar
Idealnya
TIK adalah mata pelajaran sendiri
TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain
Idealnya
I. Kompetansi Inti
Kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan pun masih memerlukan rencana pendidikan yang panjang untuk mencapainya. Untuk memudahkan proses perencanaan dan pengendaliannya, pencapaian jangka panjang perlu dibagi-bagi ke dalam beberapa tahap sesuai jenjang kelas kerika kurikulum tersebut diterapkan. sejalan dengan undang-undang, kompetnasi inti ibarat anak tangga yang harus dilalui peserta untuk sampai pada kompetensi lulusa jenjang satuan pendidikan. Kompetensi inti meningkat seiring engan meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas.
(65)
Melaui pencapaian dan perwujudan kompetensi inti, integrasi vertikal antarkompetensi dasar dapat dijamin, dan peningkatan kemampuan peserta dari kelas ke kelas direncanakan. Sebagai anak tangga menuju kompetensi lulusan, kompetensi inti juga bersifat multidimensi. Dalam operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua, yaiut sikap spiritual untuk membentuk peserta didik yang beriman, bertkwa, dan kompetensi sikap sosial untuk membentuk peserta didik yang berkarakteristik mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element)Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan penerapan
(1)
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Butir 44
180.4271 260.163 .502 . .913Butir 45
180.7604 260.500 .335 . .914Butir 46
180.6458 258.189 .550 . .913Butir 47
180.5417 256.335 .584 . .912Butir 48
180.3542 263.115 .454 . .914Butir 49
180.5521 256.418 .638 . .912Butir 50
181.2812 258.057 .349 . .914Butir 51
180.7917 261.219 .278 . .915Butir 52
180.8542 254.757 .520 . .912Butir 53
180.5104 261.410 .415 . .914Butir 54
181.3021 255.603 .446 . .913(2)
Hasil Uji Validitas II
Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Yang Sesuai Dengan KI 2
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted Butir 1 175.0833 253.277 .296 . .916 Butir 2 174.1250 253.437 .371 . .915 Butir 3 174.9896 254.179 .238 . .917 Butir 4 175.2083 253.977 .231 . .917 Butir 5 174.9688 249.631 .313 . .917 Butir 6 174.3854 245.924 .495 . .914 Butir 7 174.1354 248.413 .489 . .914 Butir 8 173.8125 253.564 .376 . .915 Butir 9 174.6875 253.312 .327 . .915 Butir 10 173.6146 258.513 .300 . .916 Butir 11 174.1667 250.077 .531 . .913 Butir 12 174.6562 248.838 .474 . .914 Butir 13 173.9792 250.547 .548 . .913 Butir 14 173.8958 252.936 .414 . .914 Butir 15 173.7292 253.231 .541 . .914 Butir 16 174.3438 251.217 .367 . .915 Butir 17 174.7917 249.577 .448 . .914 Butir 18 174.1146 254.524 .321 . .915 Butir 19 174.2708 254.094 .309 . .916 Butir 20 173.6354 253.708 .510 . .914 Butir 21 173.9271 248.531 .637 . .913 Butir 22 173.9479 248.534 .590 . .913 Butir 23 174.1562 249.670 .398 . .915 Butir 24 174.3021 255.560 .271 . .916 Butir 25 174.6562 248.502 .522 . .913 Butir 26 173.6250 255.963 .544 . .914 Butir 27 174.1250 257.774 .191 . .916 Butir 28 174.4479 250.629 .494 . .914 Butir 29 173.8021 253.003 .499 . .914 Butir 30 173.7604 254.626 .421 . .915 Butir 31 173.6771 259.379 .181 . .916 Butir 32 173.8750 255.100 .341 . .915 Butir 33 175.0417 254.335 .286 . .916 Butir 34 174.0104 250.179 .551 . .913 Butir 35 173.7292 254.621 .527 . .914 Butir 36 174.2500 252.842 .365 . .915 Butir 37 173.8542 250.357 .704 . .913 Butir 38 173.7812 257.394 .237 . .916 Butir 40 174.5625 255.175 .266 . .916 Butir 41 174.3333 250.309 .405 . .915 Butir 42 174.4375 253.849 .304 . .916 Butir 43 173.6458 255.789 .526 . .914 Butir 44 173.6979 254.487 .505 . .914 Butir 45 174.0312 255.020 .327 . .915 Butir 46 173.9167 252.414 .560 . .914 Butir 47 173.8125 250.849 .579 . .913 Butir 48 173.6250 257.521 .446 . .915 Butir 49 173.8229 250.842 .636 . .913 Butir 50 174.5521 252.481 .348 . .915 Butir 51 174.0625 255.554 .278 . .916 Butir 52 174.1250 249.037 .526 . .913 Butir 53 173.7812 255.773 .414 . .915
(3)
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Butir 54 174.5729 250.184 .439 . .914
(4)
Hasil Uji Validitas III
Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Yang Sesuai Dengan KI 2
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
Butir 1
167.8646 246.350 .292 . .916Butir 2
166.9062 246.233 .378 . .915Butir 3
167.7708 247.063 .240 . .917Butir 4
167.9896 247.063 .227 . .917Butir 5
167.7500 242.611 .313 . .917Butir 6
167.1667 238.793 .501 . .914Butir 7
166.9167 241.109 .501 . .914Butir 8
166.5938 246.475 .378 . .915Butir 9
167.4688 246.188 .330 . .916Butir 10
166.3958 251.336 .306 . .916Butir 11
166.9479 242.913 .539 . .914Butir 12
167.4375 241.680 .481 . .914Butir 13
166.7604 243.489 .551 . .914Butir 14
166.6771 245.926 .412 . .915Butir 15
166.5104 246.105 .546 . .914Butir 16
167.1250 244.132 .370 . .915Butir 17
167.5729 242.689 .444 . .915Butir 18
166.8958 247.547 .317 . .916Butir 19
167.0521 247.587 .286 . .916Butir 20
166.4167 246.793 .501 . .914Butir 21
166.7083 241.451 .642 . .913Butir 22
166.7292 241.505 .593 . .913Butir 23
166.9375 242.586 .401 . .915Butir 24
167.0833 248.414 .274 . .916Butir 25
167.4375 241.322 .531 . .914Butir 26
166.4062 248.938 .540 . .915Butir 28
167.2292 243.736 .489 . .914Butir 29
166.5833 246.182 .486 . .914Butir 30
166.5417 247.977 .396 . .915Butir 32
166.6562 248.165 .334 . .915Butir 33
167.8229 247.031 .296 . .916Butir 34
166.7917 243.051 .557 . .914Butir 35
166.5104 247.537 .529 . .914Butir 36
167.0312 246.178 .349 . .915Butir 37
166.6354 243.287 .709 . .913Butir 38
166.5625 250.501 .225 . .916Butir 40
167.3438 248.165 .264 . .916Butir 41
167.1146 243.071 .413 . .915Butir 42
167.2188 246.825 .303 . .916Butir 43
166.4271 248.668 .530 . .915Butir 44
166.4792 247.326 .512 . .914(5)
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
Butir 46
166.6979 245.455 .556 . .914Butir 47
166.5938 244.181 .560 . .914Butir 48
166.4062 250.328 .456 . .915Butir 49
166.6042 243.821 .638 . .913Butir 50
167.3333 245.530 .344 . .916Butir 51
166.8438 248.449 .280 . .916Butir 52
166.9062 241.896 .533 . .914Butir 53
166.5625 248.607 .420 . .915Butir 54
167.3542 243.010 .446 . .914Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items .916 .928 51
(6)
Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items .916 .928 51
Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable:chisquare
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear .433 71.862 1 94 .000 .040 .011