62,5 gram; kalsium 74 mg; fosfor 113 mg; zat besi 0,6 mg; vitamin A 30 SI; vitamin B1 0,34 mg; serta vitamin C 2 mg Sugiharto, 2008.
Penelitian farmakologis menunjukkan bahwa asam jawa mempunyai aktivitas antibakteri, antikapang, efek hipoglikemik, efek hipokolesterolemik,
anti-peradangan, hipolipomik, dan aktivitas antioksidan Ferrara, 2005. Daging buah asam dimanfaatkan sebagaai bumbu masakan dan campuran obat tradisional.
Buah asam banyak digunakan dalam industri minuman, es krim, selai, manisan atau gula-gula, sirup dan obat tradisional atau jamu Rukmana, 2005.
E. Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik
Pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan telah mengeluarkan peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.4.138
mengenai pedoman dalam pembuatan obat tradisional yang baik dikenal dengan CPOTB. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik CPOTB bertujuan agar
obat tradisional atau jamu yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dengan demikian, pembuatan
obat tradisional atau jamu berkualitas dan aman harus menerapkan sistem CPOTB. Berdasarkan CPOTB, pembuatan jamu yang berkualitas dan aman
dilakukan tahap awal yaitu menerapkan kebersihan dengan pencucian tangan oleh pembuat jamu menggunakan sabun. Bahan baku yang digunakan harus disortir
dan dicuci dengan menggunakan air bersih, 2-3 kali pencucian. Semua wadah dan peralatan yang digunakan harus bersih sehingga peralatan yang digunakan harus
dicuci menggunakan sabun baik sebelum maupun sesudah penggunaan. Pembuat jamu juga harus menggunakan pakaian pelindung tambahan seperti kaca mata
pelindung, masker dan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi mikroba Wasito, 2011.
F. Angka Kapang Khamir
Uji Angka KapangKhamir adalah salah satu parameter dari keamanan dari jamu kunyit asam. Angka kapang atau khamir dapat digunakan sebagai
petunjuk sampai tingkat berapa dalam pembuatan obat tradisional tersebut melaksanakan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik CPOTB. Semakin
kecil angka kapang atau khamir bagi setiap produk jamu yang dihasilkan menunjukkan semakin tinggi nilai penerapan CPOTB dalam proses pembuatan
jamu tersebut Wasito, 2011. Angka KapangKhamir menunjukkan adanya
cemaran kapangkhamir dalam sediaan yang diperiksa setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-
25 ⁰C, diamati mulai hari ketiga sampai hari kelima Depkes RI, 2000.
Menurut BPOM No.12 Tahun 2014 tentang persyaratan obat tradisional bahwa cairan obat dalam tidak boleh mengandung Angka Kapang Khamir tidak
lebih dari 10
3
koloniml, mikroba patogen negatif dan aflatoksin total tidak lebih dari dari 20 μgkg BPOM RI, 2014.
Kapang merupakan fungi multiseluler yang tumbuh pada makanan dapat dilihat karena penampakannya berserabut seperti kapas. Keberadaan kapang dapat
dikenali dengan adanya massa rambut kapang yang lebat atau sering disebut dengan miselium. Kapang melakukan reproduksi dengan cara membelah diri atau
aseksual, memiliki kantong spora berwarna-warni sehingga kapang dapat dikenali dari warnanya. Selain dengan cara membelah diri, kapang juga dapat melakukan
reproduksi secara seksual yaitu melalui pembentukan akospora atau zygospora. Kapang memerlukan faktor intrinsik untuk pertumbuhannya, memerlukan lebih
sedikit air dibandingkan dengan bakteri dan khamir serta tumbuh optimal pada kisaran suhu 25-30
⁰C Mursito, 2003. Kapang dapat menghasilkan metabolit beracun yang disebut mikotoksin. Mikotoksin terutama dihasilkan oleh kapang
saprofit yang tumbuh pada bahan pangan atau pakan hewan. Mikotoksin dapat menimbulkan penyakit pada manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Toksisitas mikotoksin dapat bersifat akut maupun kronik, tergantung pada jenis dan dosisnya. Aflatoksin merupakan mikotoksin yang dihasilkan oleh kapang
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Keberadaan toksin ini dipengaruhi oleh faktor cuaca, terutama suhu dan kelembaban. Pada kondisi suhu dan
kelembaban yang sesuai, Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus dapat tumbuh pada jenis pangan tertentu serta pada pakan hewan, kemudian
menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin mendapat perhatian yang lebih besar daripada mikotoksin lain karena memiliki potensi efek karsinogenik. Manusia dapat
terpapar aflatoksin melalui pangan yang dikonsumsinya. Keracunan akibat mengkonsumsi pangan atau pakan yang tercemar aflatoksin disebut aflatoksikosis
Bommakanti dan Waliyar, 2015. Khamir merupakan fungi bersel satu uniseluler, tidak berfilamen,
berbentuk oval atau bulat, tidak berflagela, dan berukuran lebih besar dibandingkan dengan sel bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang
berkisar 5-30 mm. Khamir bersifat fakultatif artinya khamir dapat hidup dalam keadaan aerob ataupun anerob. Khamir dapat tumbuh baik dalam sediaan dengan
tsuhu 37 ⁰C Pratiwi, 2008. Menurut
Gandjar, Samsuridzal, Oetari 2006 bagian paling dalam dari dinding sel khamir Saccharomyces cerevisae terdiri dari
senyawa ß 1-3 glukan dengan beberapa cabang yang digabung oleh ikatan ß 1-
6. Glukan tersebut membentuk jaringan mikrofibril yang bertanggungjawab dalam mempertahankan bentuk dari sel khamir. Bagian dinding sel khamir yang
paling luar terdiri dari senyawa α 1-6 manan dengan cabang-
cabang α 1-3 dan
α 1-2. Khamir yang bersifat patogen dan paling sering menyebabkan infeksi adalah Candida albicans yang terdapat di membrane mukosa mulut, saluran
pernafasan, saluran pencernaan, vagina, kulit dan dibawah jari-jari kuku. Selain itu candida albicans juga terdapat dalam jaringan seperti tanah, tanaman,
makanan dan makanan ternak Hellmensen, 1999. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menyebabkan infeksi jamur superfisial pada kulit, rambut, kuku
dan selaput lendir. Candida albicans secara alami terdapat pada membran mukosa dalam tubuh kita, paling banyak terdapat dalam saluran pencernaan. Pertumbuhan
yang terlalu pesat dari jamur Candida albicans dapat menyebabkan infeksi pada vagina yang disebut kandidiasis vaginitis pada wanita dengan gejala utama fluor
albus yang sering disertai rasa gatal Graham, Burns, 2008; Prahtamaputra, 2009. Kapangkhamir dapat mencemari jamu kunyit asam melalui bahan baku
yang digunakan dalam pembuatan jamu seperti rimpang kunyit yang dapat tumbuh di dalam tanah. Kondisi lingkungan dari rimpang kunyit yang tumbuh di
dalam tanah tersebut menunjang pertumbuhan kapangkhamir, seperti keadaan tanah yang lembab dan kandungan air yang terdapat dalam rimpang kunyit.
Dengan demikian, maka bahan baku yang digunakan harus dicuci bersih sebelum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digunakan sehingga kontaminasi dari kapangkhamir dapat dikurangi Pratiwi, 2008.
G. Escherichia coli