menambahkan garam-garam logam berat ke dalam medium. Uji SIM dikatakan positif apabila H
2
S bereaksi dengan senyawa-senyawa ini ditadai dengan terbentuknya logam sulfit berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam
medium tersebut tidak dapat menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam medium Nugraheni, 2010.
Uji motilitas digunakan untuk melihat pergerakan bakteri. Uji motilitas menggunakan media NA semisolid yang memudahkan bakteri berflagel untuk
melakukan pergerakan. Karakteristik E. coli adalah memiliki flagel diseluruh badan bakteri petrich sebagai alat untuk bergerak yang membedakan dengan
bakteri lainnya. Hasil uji akan terlihat dengan pertumbuhan bakteri menyebar pada hasil tusukan yang menandakan bahwa bakteri yang diuji adalah golongan
Enterobacter, dan E. coli termasuk dalam Enterobacter. Hasil positif untuk mengidentifikasi E. coli adalah dengan melihat pertumbuhan bakteri yang
menyebar pada hasil tusukan Holt, et al., 2000
3. Uji IMVIC
a. Uji Indol. Bakteri E. coli menggunakan sumber triptofan sebagai
sumber karbon. Bakteri E. coli tersebut memiliki enzim triptofanase yang mengkatalisasikan penguraian gugus indol dan triptofan.
Keberadaan cincin warna merah muda di permukaan media karena penambahan reagen Kovac’s menandakan pembentukan indol Lay,
1994. b.
Uji Metil Merah. Uji metil merah digunakan untuk mengetahui apakah bakteri mampu memfermentasi asam campuran. Beberapa jenis
bakteri yang mampu memfermentasi glukosa akan menghasilkan produk yang bersifat asam yang menyebabkan terjadinya penurunan
pH media pertumbuhan menjadi lebih rendah. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi merah Lay,
1994. c.
Uji Voges Proskauer. Uji ini berguna untuk mengidentifikasi mikroba yang mampu memfermentasi 2,3-butanadiol. Jika mikroba telah
mampu untuk memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol sebagai produk utama maka akan terjadi penumpukan bahan tersebut
dalam media pertumbuhan. Penambahan reagen kalium hidroksida dan alfanaftol dapat menentukan adanya asetoin yang merupakan
senyawa perkusor dalam sintesis 2,3-butanadiol. Setelah penambahan reagen kalium hidroksida, adanya asetoin ditunjukkan oleh perubahan
warna menjadi merah pada medium yang akan diperjelas dengan
penambahan alfanaftol Lay, 1994.
d. Uji Sitrat. Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui penggunaan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi terutama untuk bakteri gram negatif golongan Enterobacter. Uji sitrat menggunakan media
Simmon’s Citrate Agar yang merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. NH
4
sebagai sumber N, dan menggunakan indikator pH Brom Thymol Blue. Warna media akan
berubah dari warna hijau menjadi biru jika asam dihilangkan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadi peningkatan pH karena mikroorganisme menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon dan energi Lay, 1994. J.
Landasan Teori
Jamu kunyit asam merupakan minuman populer berupa obat dalam yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada wanita yang sedang mengalami
menstruasi. Jamu kunyit asam yang diproduksi harus aman dan memenuhi persyaratan jaminan mutu karena banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi
jamu tersebut. Persyaratan jaminan keamanan dan mutu dari produk jamu diatur dalam Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
12 tahun 2014 bahwa cairan obat dalam termasuk jamu tidak boleh mengandung Angka Kapang Khamir lebih dari 10
3
koloniml, tidak boleh mengandung bakteri patogen termasuk E. coli. Jaminan keamanan dan mutu jamu kunyit asam dapat
diketahui dari pengujian AKK dan identifikasi bakteri E.coli. Proses pembuatan jamu kunyit asam perlu memperhatikan pemilihan
bahan pembuatan jamu, cara penyimpanan bahan, lama penyimpanan bahan, pencucian bahan dan peralatan yang digunakan, higienitas pembuatan jamu, serta
lingkungan tempat pembuatan jamu karena merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas dari jamu kunyit asam tersebut.
Bahan baku yang digunakan oleh penjual jamu kunyit asam adalah rimpang kunyit yang masih segar dan asam jawa, sedangkan bahan tambahan
yang digunakan adalah air dan gula jawa. Bahan-bahan tersebut dibeli dari pasar setiap hari dengan pemilihan kualitas bahan yang baik. Kunyit dan asam yang
digunakan adalah kunyit dan asam yang masih segar, dapat dilihat dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penampakan kulit kunyit yang tidak berjamur dan kulit asam yang tidak pecah. Bahan baku disimpan di tempat yang kering dan sejuk. Bahan baku yang telah di
kupas dan dicuci bersih dengan air mengalir sebanyak 2 kali, selanjutnya di letakkan di baskom yang bersih dan kering. Kunyit ditumbuk menggunakan
lumpang dan alu. Buah asam yang telah direndam menggunakan air hangat selanjutnya direbus bersamaan dengan kunyit dan ditambahkan gula jawa sebagai
pemanis. Proses pemanasan jamu kunyit asam yang dilakukan oleh penjual jamu selama 15-20 menit dapat memperkecil adanya bakteri E.coli dalam jamu kunyit
asam karena bakteri E.coli dapat mati pada suhu lebih dari 60 ⁰ C. Jamu yang
sudah jadi, disaring dan dituangkan dalam botol jamu yang sudah dicuci bersih dan kering sehingga memeperkecil kemungkinan kontaminasi mikroba dari botol
jamu. Penjual menggunakan botol khusus untuk jamu cair yang dapat digunakan secara berulang-ulang dan tidak menggunakan botol plastik bekas yang dapat
mengurangi kualitas jamu. Alat-alat yang digunakan seperti baskom, lumpang, alu, panci, alat
penyaring, pengaduk, serta corong dicuci bersih menggunakan sabun cuci piring dan dikering anginkan sehingga alat-alat tersebut terhindar dari keadaan lembab
yang dapat memicu partumbuhan mikroba patogen. Tempat pembuatan jamu dilakukan di dapur yang kebersihannya selalu terjaga karena penjual jamu akan
membersihkan tempat pembuatan jamu sebelum proses produksi jamu seperti meja dan lantai dapur sehingga meminimalkan adanya kontaminasi mikroba.
Hieginitas dan sanitasi yang baik dari pembuatan jamu kunyit asam yang dilakukan oleh ketiga penjual jamu kunyit asam di wilayah Ngawen merupakan
faktor penentu rendahnya jumlah AKK dan tidak adanya bakteri patogen E.coli dalam sampel jamu.
K. Hipotesis