dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan oleh peneliti dalam penelitian, peneliti berupaya untuk
mengetahui persepsi guru terhadap kemandirian belajar anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih. Literatur map penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut.
Gambar 2.1. Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan
2.3 Kerangka Teori
Pendidikan di negara Indonesia sudah mulai maju dan berkembang seiring perkembangan zaman. Perkembangan pendidikan di Indonesia ini bertujuan untuk
memperbaiki sistem pendidikan yang telah berlaku dan ditetapkan di Indonesia.
Sekolah Dasar SD merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan pendidikan secara umum untuk semua anak didik, tidak ada perlakuan khusus terhadap anak
berkebutuhan khusus. SD Kasih merupakan sekolah dasar yang di dalamnya terdapat beberapa
anak yang memiliki kebutuhan khusus, yaitu hiperaktif. Hiperaktif adalah suatu Ratih Hardianti Putri
2013 dengan judul “Hubungan
Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Malang”
Persepsi Guru Terhadap Kemandirian Belajar Anak
Hiperaktif Kelas IV di SD Kasih Kurniawati,dkk
2014 dengan judul “Persepsi Guru
Kelas Terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus Di SD Payakumbuh”
Sylva Zaezara 2015 dengan judul
“Persepsi dan Cara Penanganan Guru
Terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan
Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas GPPH Kelas II di SD
Bercahaya”
gangguan tingkah laku seseorang secara berlebihan yang menyebabkan ketidakmampuan memusatkan perhatian. Anak hiperaktif sangat sulit sekali
untuk mengontrol tingkah lakunya, sangat sulit diam, emosionalnya tidak stabil, mudah terganggu, dan sangat sulit untuk berkonsentrasi.
Selama proses pembelajaran di sekolah terkadang mengalami berbagai kendala dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan guru karena memiliki
beberapa siswa yang berkebutuhan khusus. Kemandirian belajar siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran selama di sekolah, sehingga peran guru
sangat penting dalam mengatasi anak hiperaktif terutama dari segi kemandirian belajarnya. Selama proses pembelajaran dilakukan dapat menimbulkan berbagai
pandangan atau persepsi dari guru terhadap kemandirian belajar anak hiperakitf. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SD
Kasih, terhadap satu anak di sekolah tersebut yang mengalami hiperaktif. Peneliti melihat bahwa anak yang mengalami hiperaktif memiliki tingkat konsentrasi yang
kurang, perubahan perilaku, dan emosi yang tidak stabil, serta kemandirian belajarnya yang menurut guru kelasnya yang masih kurang, maka guru sekolah
tersebut mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kemandirian belajar yang selalu ditunjukan oleh anak yang mengalami hiperaktif.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi guru terhadap kemandirian belajar siswa dengan hiperaktivitas di SD tersebut.
2.4 Pertanyaan Penelitian