Instrumen Penelitian METODE PENELITIAN

Hasil observasi atau pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti akan lebih akurat dan dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi Sugiyono, 2008: 340. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang Sugiyono, 2015: 329. Dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dokumen tertulis berupa Teks anekdot yang berkaitan dengan perilaku yang ditunjukan Poli pada saat pembelajaran dan nilai hasil belajar Poli. Tujuan peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk memperkuat hasil data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

3.5 Instrumen Penelitian

Sugiyono 2015: 305 mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses pengumpulan data, sehingga seakan-akan peneliti menjadi instrumen tunggal dalam penelitian ini. Peneliti harus dapat beradaptasi dengan perubahan fenomena yang terjadi di lapangan dan memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan informan, sehingga dapat memperoleh informasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen penelitian juga harus divalidasi. Validasi yang dilakukan kepada peneliti meliputi pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap apa yang diteliti, dan kesiapan peneliti memasuki objek penelitian. Sugiyono, 2015: 305. Oleh sebab itu, peneliti sebagai instrumen penelitian memiliki kemampuan dalam pengumpulan data. Validasi juga dilakukan sendiri oleh peneliti dengan cara melakukan mengevaluasi diri sendiri. Peneliti sebagai instrumen penelitian harus memiliki kemampuan dalam pengumpulan data. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti dulunya merupakan orang yang cukup sulit untuk berkomunikasi dan tidak berani untuk menyampaikan sesuatu di depan umum. Ketika peneliti memasuki atau beradaptasi di lingkungan baru, peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi. Seiring berjalannya waktu hingga sekarang peneliti mengeyam pendidikan di Universitas Sanata Dharma, banyak pelajaran hidup yang bermakna yang peneliti temukan disana. Pelajaran-pelajaran hidup tersebut membantu peneliti untuk berlatih menjadi orang yang berani dan mampu berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Pelajaran hidup ini didapat peneliti ketika saling bertukar pikiran dalam berdinamika kelompok mulai dari semester 1 sampai semester 7. Ketika melakukan presentasi di kelas, peneliti juga berlatih untuk memberanikan diri berbicara didepan umum, dan melatih kemampuan peneliti dalam menyampaikan sesuatu hal kepada orang lain. Program-program praktek lapangan yang peneliti dapatkan dari semester II sampai semester VII juga melatih kemampuan peneliti dalam berdinamika dengan orang lain, membangun suasana yang akrab dan harmonis. Kemampuan berkomunikasi pada saat peneliti melakukan program praktek lapangan ini mulai dibentuk dan diperbaiki. Program praktek lapangan yang terakhir selama peneliti menimba ilmu di jenjang perkuliahan adalah kegiatan PPL di sekolah dasar selama kurang lebih tiga bulan. Kegiatan PPL tersebut, peneliti banyak belajar mengenai cara berkomunikasi dengan baik kepada orang laian terutama di depan umum, belajar menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain, belajar untuk melayani, dan saling mengasihi terhadap semua orang. Selain pengalaman hidup yang didapat peneliti pada jenjang perkuliahan, peneliti juga mengikuti berbagai kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat maupun lingkungan gereja dengan mengikuti organisasi-organisasi, dan perkumpulan yang ada didalamnya. Pengalaman peneliti selama mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat mauapun gereja tersebut, peneliti dapat belajar untuk menjalin komunikasi di depan masyarakat umum, membuka diri untuk menerima kritik dan masukan dari orang lain, belajar berdinamika dengan masyarakat umum, dan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Pengalaman-penagalaman dalam menyesuaikan diri dan berkomunikasi yang peneliti peroleh sangat membantu dalam menyesuaikan diri dan berkomunikasi baik dengan anak hiperaktif, guru di SD Kasih dan orangtua kandung anak yang mengalami hiperaktif. Selain peneliti, instrumen penunjang penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam, dan alat tulis. Berikut adalah alur wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Tabel 3.2 Alur Instrumen Penelitian

3.6 Teknik Keabsahan Data

Dokumen yang terkait

PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGATASI ANAK HIPERAKTIF PADA SISWA KELAS III DI SD NEGERI 9 Peran Guru Dan Orang Tua Dalam Mengatasi Anak Hiperaktif Pada Siswa Kelas Iii Di SD Negeri 9 Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2014/2015.

1 1 13

PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGATASI ANAK HIPERAKTIF PADA SISWA KELAS III DI SD NEGERI 9 Peran Guru Dan Orang Tua Dalam Mengatasi Anak Hiperaktif Pada Siswa Kelas Iii Di SD Negeri 9 Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 12

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Piutang Pada Siswa Kelas XI Akuntansi SMK

0 1 19

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR DITINJAU DARI PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA Perbedaan Kemandirian Belajar Ditinjau Dari Persepsi anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Sulung dan Anak Bungsu.

0 1 14

PENGARUH PERSEPSI SISWA ATAS KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Pengaruh Persepsi Siswa Atas Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Kewirausahaan Pada Siswa Jurusan Ek

0 0 18

PENGARUH PERSEPSI SISWA ATAS KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Pengaruh Persepsi Siswa Atas Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Kewirausahaan Pada Siswa Jurusan Ek

0 0 14

Persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi.

0 1 141

Persepsi guru terhadap minat belajar anak hiperaktif kelas VI di SD Kasih.

0 1 158

Persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif kelas II di SD Kasih.

0 4 123

Persepsi guru terhadap gaya belajar anak hiperaktif.

5 46 93