9
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II ini peneliti membahas empat topik, yaitu mencakup kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka teori, dan pertanyaan penelitian. Kajian pustaka
berisi tentang deskripsi anak yang mengalami hiperaktif dan teori-teori yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap kemandirian belajar anak hiperaktif.
Penelitian yang relevan berisi tentang paparan hasil penelitian orang lain yang menunjang penelitian ini. Pada kerangka berpikir, peneliti menunjukkan kepada
pembaca untuk memahami penelitian yang dilakukan, serta pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Empat topik dalam
Bab II ini akan dibahas peneliti secara berurutan.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti
Partisipan pertama dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami hiperaktif. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Kasih,
peneliti menemukan anak yang mengalami hiperaktif di kelas IV. Partisipan pertama dalam penelitian ini bernama Poli. Poli merupakan anak kelas IV di SD
Kasih. Poli adalah salah satu anak yang memenuhi karakteristik anak kebutuhan khusus, yaitu hiperaktif. Poli merupakan anak laki-laki yang saat ini berusia 9
tahun. Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa partisipan dan salah satunya adalah orangtua kandung Poli. Bapak Ari
merupakan ayah kandung Poli, yang saat ini berusia 39 tahun. Bapak Ari menceritakan bahwa Poli merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Beliau
bekerja sebagai petani di sawah, sedangkan istrinya bekerja sebagai buruh pabrik. Poli bertempat tinggal di daerah Bantul selatan. Kondisi perekonomian Poli
termasuk menengah ke bawah. Poli memiliki hobi bersepeda dan menggambar kartun. Saat bersama adiknya, Poli sering asik bermain sendiri dengan benda-
benda yang ada di sekitarnya, seperti pensil. Sewaktu di rumah pada malam hari, Poli sering merasa takut, sehingga saat ingin ke kamar pada malam hari meminta
orang lain untuk mengantarkannya. Peneliti melihat bahwa anak tersebut tidak mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan lama dan barunya. Secara fisik, Poli terlihat seperti anak pada umumnya karena tidak mengalami cacat fisik. Segi
psikomotorik, Poli seolah- olah tidak merasa lelah . Segi kognitif, Poli memiliki kemampuan belajar yang rendah. Hal ini terlihat dalam bidang akademik seperti
Matematika, IPS, dan PKn yang mendapat nilai di bawah KKM. Namun demikian, Poli mendapat nilai unggul pada pelajaran olahraga IPA, dan SBK, hal
ini dikarenakan kegemarannya yang menyukai menggambar dan benda benda yang bersifat visual.
Segi afektif, Poli memiliki banyak teman karena mudah bergaul meskipun Anak tersebut sering usil terhadap teman-temannya. Namun, perilaku yang
ditunjukkan oleh Poli berbeda dari teman-teman yang lain. Pada saat peneliti melakukan wawancara di SD Kasih, Bu Berti sebagai guru kelas Poli
mengungkapkan bahwa Poli sering sulit berkonsentrasi; bermain sendiri saat proses pembelajaran berlangsung, seperti bermain pensil, penggaris, kertas, atau
menggerak gerakan tangan; sering usil dengan mengganggu teman-temannya
yang sedang fokus belajar; tidak bisa duduk diam dengan sering berjalan jalan di kelas dan sering keluar masuk kelas dengan berbagai alasan. Ketika diajak bicara,
Poli tidak mau menatap lawan bicaranya dengan cara menundukan kepala dan terlihat tidak mau mendengarkan. Poli termasuk anak yang sulit untuk mengontrol
emosinya, jika ada suasana yang tidak berkenan di hatinya Poli mudah marah. Poli sewaktu mengerjakan tugas sering membutuhkan waktu yang lama untuk
mengerjakan tugas, terkadang dia juga tidak menyelesaikannya. Poli juga sering lupa. Hal ini terlihat sewaktu peneliti menitipkan pesan untuk disampaikan ke
orang tuanya, Poli mengatakan kalau pesan tersebut belum disampaikan ke orang tuanya karena lupa.
Guru Kelas IV mengatakan bahwa harus selalu disuruh dan dibimbing oleh gurunya ketika belajar. Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi di sekolah,
tetapi juga di rumah. Berdasarkan hasil wawancara dengan ayah kandung Poli pada saat berkunjung ke rumah Poli, ayah kandung Poli mengungkapakan bahwa
Poli tersebut selalu didampingi orangtuanya ketika belajar di rumah. Saat ditinggal sebentar oleh orangtuanya, Poli tidak melanjutkan kegiatan belajarnya,
tetapi lebih asik bermain sendiri menggunakan benda-benda di sekitarnya, seperti pensil dan menggambar. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan
berdampak pada kemandirian Poli saat belajar.
2.1.2 Persepsi Guru