Deskripsi Struktural Pengalaman Marah Semua Partisipan Deskripsi Tekstural-Struktural Pengalaman Marah Semua Partisipan

59 terhadap objek kemarahan seperti objek kemarahan yang belum dewasa. Sebaliknya seseorang akan mengungkapkan kemarahannya saat ia marah kepada orang yang dekat dengannya secara emosional. Pengungkapan kemarahan tersebut berupa komunikasi non-verbal. Setelah mengungkapkan kemarahannya seseorang akan merasa menyesal kemudian melakukan introspeksi diri. Selain itu ia juga tidak ingin berada dekat orang yang sudah membuatnya marah. Akan tetapi seseorang tidak menyesali kemarahannya ketika hal tersebut dilakukan dengan tujuan membangun dan tidak melampiaskan emosi. Seseorang juga mungkin menyesal ketika ia hanya memendam kemarahannya tanpa ada usaha untuk memperbaiki keadaan yang menurutnya salah. Pada akhirnya, seseorang akan melibatkan Tuhan dalam doanya untuk memohon ampun mengampuni diri sendiri dan orang lain yang membuat marah, mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi dan mencabut kuasa kutuk yang diucapkan saat marah. Hal ini membantu seseorang untuk mengatasi kemarahan dan permasalahannya.

F. Deskripsi Struktural Pengalaman Marah Semua Partisipan

Seseorang akan menjadi jengkel dan kesal ketika orang lain mengulang perbuatan yang tidak sesuai atau tidak sepaham dengannya. Biasanya seseorang akan mencoba menasehati terlebih dahulu. Saat kejadian tersebut berulang dan seseorang sedang dalam kondisi yang tidak masksimal seperti lelah, terburu-buru, ataupun kondisi iman yang lemah maka kemarahan akan 60 terungkap. Kemarahan ini mungkin saja sudah mulai terbentuk sejak rasa jengkel dan kesal menumpuk dalam diri seseorang. Oleh karena itu penumpukan yang menyebabkan kemarahan ini akhirnya dialami sebagai hilangnya kontrol diri saat seseorang mengungkapkan kemarahan. Pengungkapan kemarahan dimaksudkan untuk memperbaiki, mengoreksi dan menyatakan penolakan terhadap suatu hal. Akan tetapi kemarahan juga dialami sebagai godaan dari iblis yang berdampak pada pengungkapan rasa marah yang hanya melampiaskan emosi. Pengungkapan marah yang berdasarkan oleh pelampiasan emosi menimbulkan penyesalan karena tidak menjalankan perintah firman Tuhan untuk mengasihi dan mengendalikan diri. Namun pengungkapan kemarahan yang dilakukan dengan dasar kasih dan bertujuan untuk membangun tidak menimbulkan penyesalan. Pengungkapan kemarahan dilakukan hanya kepada orang-orang yang dekat secara emosional dan dengan perilaku non-verbal. Setelah mengalami kejadian yang membuat marah seseorang akan berdoa kepada Tuhan dan mengintrospeksi diri. Dalam doanya mereka memohon ampun mengampuni diri sendiri dan orang lain yang membuat marah, mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi dan mencabut kuasa kutuk yang diucapkan saat marah Hal tersebut membawa kelegaan sehingga mereka mampu untuk mengampuni diri sendiri dan orang lain. 61

G. Deskripsi Tekstural-Struktural Pengalaman Marah Semua Partisipan

Marah merupakan sarana untuk memperbaiki, mengoreksi dan menolak suatu hal yang tidak sesuai dengan anggapan seseorang. Ketika hal yang tidak sesuai ini terjadi, seseorang akan merasa jengkel dan kesal. Emosi tersebut menumpuk dan menjadi luapan kemarahan ketika hal tersebut terjadi berulang kali. Luapan kemarahan tersebut dialami sebagai hilangnya kontrol atas diri. Hilangnya kontrol diri dianggap sebagai adanya godaan iblis terhadap diri yang dikendalikan oleh firman Tuhan seperti mengasihi. Dalam mengatasi kemarahan, mereka mengalami Tuhan sebagai sosok yang membawa kelegaan dan membantu mereka menyelesaikan kemarahan. 62

H. Pembahasan