Deskripsi Tekstural Pengalaman Marah Ruth

49

C. Deskripsi Tekstural Pengalaman Marah Ruth

1. Latar belakang Ruth Ruth berusia 25 tahun, ia belum menikah. Ruth dilahirkan di keluarga dengan latar belakang agama yang berbeda, namun ia sudah beragama Kristen sejak kecil. Sehari-hari ia membantu usaha orang tuanya sambil menyelesaikan kuliahnya. Selain itu ia sudah melayani selama 3 tahun sebagai seorang penyambut jemaat. Selain melayani di gereja Ruth juga terlibat dalam kegiatan gereja sebagai pemimpin sebuah persekutuan doa. Seorang pemimpin dalam persekutuan doa ini diwajibkan untuk memuridkan anggotanya untuk semakin memahami ajaran Kristiani, pemimpin juga bertugas untuk memimpin doa dan pujian serta membagikan refleksi firman yang didapat hari minggu dan refleksi firman yang didapat setiap hari. Ruth mengalami perasaan marah ketika ada orang yang memaksanya melakukan sesuatu yang tidak ia suka. Ketika marah biasanya Ruth memilih untuk diam atau berkomunikasi dengan nada tinggi. Selain itu Ruth tidak marah kepada orang yang tidak terlalu dekat dengannya. 2. Kategorisasi Ruth Berikut ini adalah kategorisasi yang didapat melalui proses pembacaan data wawancara, konstitusi, dan transformasi. Tema-tema serupa pada kolom sebelah kanan membentuk kategori pada kolom di sebelah kiri. 50 Kondisi yang menyebabkan marah Tidak berdaya ketika dipaksa melakukan hal yang tidak ia suka, Lelah, Marah karena lelah, terburu- buru, dan perbuatan keterlaluan Perasaan saat marah Gemes, sebel, dan geregetan Pikiran yang mengacu pada permasalahan Kesal tidak menerima perlakuan orang lain, Mengalah agar masalah cepat selesai, Mendebat tidak ada gunanya, Diam agar tidak memperburuk keadaan, Masalah tidak terlalu besar Pikiran yang mengacu pada nilai Kristiani Mengutamakan mengasihi dan mengampuni Pengungkapan kemarahan pada orang terdekat Hubungan belum terlalu akrab Mengungkapkan kemarahan dengan komunikasi non verbal Meminimalkan komunikasi, Nada sinis, Menuruti kemauan orang lain dengan nada menantang, Kemungkinan membalas marah Setelah marah Menyesal Kemarahan berkurang sehingga bisa introspeksi diri, Mengoreksi diri untuk mengetahui kesalahan, Lebih mudah untuk mengampuni ketika tahu kesalahan, Tidak mau bertemu orang yang membuat marah, Takut kejadian yang membuat marah terulang, Kapok dan tidak ingin berhubungan, Minta ampun kepada Tuhan, Minta maaf kepada orang yang terlibat dalam masalah Cara mengatasi marah Berdoa dan menangis, Mendapat kesabaran untuk bisa mengampuni, Berdoa membuat kemarahan berkurang, 3. Deskripsi tekstural Ruth Perasaan marah muncul saat Ruth sedang lelah, terburu-buru dan ada o rang lain yang membuatnya melakukan hal yang tidak ia suka. “. . . kayak aku dipaksa untuk ngelakuin suatu hal yang nggak aku suka aku udah bilang aku nggak suka ini tapi aku dipaksa terus jadi kayak disudutin lah, nah itu tu 51 biasanya tu aku marah . . .” Saat marah Ruth memilih untuk diam walau ia merasa gemes, sebel dan geregetan. Hal ini dilakukan agar masalah tidak menjadi semakin besar. “. . . orang marah itu kan lepas kontrol ya kadang kayak suka omongannya yang macem-macem jadi daripada aku omongannya macem-macem nanti nyakitin orang nanti malah jadi gak karu- karuan nanti malah memperburuk keadaan jadi aku lebih baik diem, tak diemin malahan marah yang diem, balesnya dengan diemin. . .” Ia pun akan menuruti kemauan orang yang memaksanya walaupun dengan meminimalkan komunikasi juga dengan nada sinis dan menantang. “. . . ya tak jawab apa yang menurut dia harusnya kan kamu kayak gini ya udah tak turutin kayak gitu, ya udah aku kayak gini, kayak gitu.” Ruth menyesal atas ungkapan kemarahannya karena ia terbawa emosi dan tidak bisa mengendalikan diri. Ruth tidak mau mengungkapkan kemarahannya secara berlebihan karena ia merasa dengan mengalah masalah akan lebih cepat selesai. Selain itu ia mengutamakan untuk mengasihi dan mengampuni sesuai firman Tuhan. Setelah marah Ruth merasa kapok dan tidak mau bertemu orang yang membuatnya marah. “. . . mungkin ngerasa pokoknya aku pokokmen udah ya terakhir kalinya kayak gitu lah pokoknya lebih ke kayak gak mau berhubungan lagi gitu . . .“ Ruth mengatasi marahnya dengan berdoa menceritakan masalahnya dan menangis. Lewat doanya Ruth merasa mendapat kesabaran sehingga ia bisa mengintrospeksi diri dan memperbaiki 52 hubungan. Saat Ruth sudah tidak marah maka ia akan minta ampun kepada Tuhan dan minta maaf kepada orang yang membuatnya marah. Selain itu Ruth tidak memperhitungkan suatu masalah menjadi sesuatu yang layak membuatnya marah apabila hubungannya dengan orang sumber masalah itu tidak akrab.

D. Deskripsi Tekstural Pengalamana Marah Debora