jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Djiwandono 2008:365 bahwa
minat belajar siswa ini akan berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Karena salah satu cara yang kelihatan logis untuk memotivasi siswa selama pelajaran
adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Minat siswa dapat merupakan bagian dari metode mengajar.
E. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6
orang secara kolaboratif dan saling bekerja sama dalam mempelajari materi pelajaran sehingga dapat merangsang motivasi antar siswa untuk belajar.
Pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harimianto, 2011:55. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-
masing, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok. Model
pembelajaran kooperatif ini juga dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana kelas lebih hidup dibandingkan dengan
model lainnya seperti ceramah yang sampai sekarang masih banyak dipakai oleh kebanyakan guru.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar
yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan
lainnya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar dan berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan
dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu Slavin, 2005:4.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang khusus anak-
anak berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas dengan tingkat kecerdasan “rata-rata”, dan khususnya sangat diperlukan dalam kelas heterogen
dengan berbagai tingkat kemampuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukan menjadi suatu
masalah. Hal ini dikarenakan sekolah bergerak dari sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan siswa menuju pengelompokan yang lebih heterogen
sehingga pembelajaran kooperatif menjadi semakin lebih penting. Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk
mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan
teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas mereka Slavin,
2005:5.
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1 untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2 kelompok
dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3 jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4
penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harimianto, 2011:56-57.
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang dibutuhkan serta
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik,
dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang
memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.
Inti dari pembelajaran kooperatif adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Kerjasama yang dilakukan di dalam kelompok kooperatif dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar dibandingkan dengan siswa
yang diatur dalam kelas tradisional. Hal ini didukung dengan teori kognitif dan teori motivasi. Teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu
sendiri sedangkan teori motivasi memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja.
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament TGT