Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia.

(1)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

Ruth Lana Monika Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini, bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan minat dalam pembelajaran Biologi pada materi “Sistem Peredaran Darah Manusia”pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament).

Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan, yang berjumlah 36 orang siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes dan teknik tes. Komponen pengumpulan data yang digunakan berasal dari hasil penilaian pretest, posttest, lembar observasi, dan angket/kuisioner. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini terdiri atas tindakan yang dimulai dengan perencanaan tindakan, penerapan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan, dan melakukan refleksi. Hasil refleksi dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya sampai mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ialah pencapaian nilai hasil belajar pada siklus I mencapai 8.33% dan siklus II mencapai 41.66%. Hasil penelitian ini telah menunjukkan peningkatan nilai rata-rata posttest pada siklus I sebesar 4.38 dan rata-rata posttest pada siklus II sebesar 6.54. Namun demikian, hasil ini belum mencapai target seperti yang diharapkan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament) dapat meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi “Sistem Peredaran Darah Manusia”.

Kata kunci : Hasil belajar dan minat, model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament).


(2)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD , TEAM GAMES TOURNAMENT TYPE TO IMPROVE THE LEARNING OUTCOMES AND STUDENTS' INTEREST IN THE SUBJECT MATTER

OF HUMAN CIRCULATORY SYSTEM OF CANISIUS JUNIOR HIGH SCHOOL KALASAN GRADE VIII CLASS A

Ruth Lana Monika Sanata Dharma University

2013

The purpose of this research is to improve the learning outcomes and students' interest in Biology class on the subject matter of “Human Circulatory System” at Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A by applying the cooperative learning method, which is called TGT (team games tournament).

The subjects in this study are the students of Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A, which consist of 36 students. In this research, the reseacher used both the non test and test technique as the instruments. The component of the data collection was derived from the results of the assessment of

pretest, posttest, observation sheets and questionnaires. The model which is used in this research is the model of Kemmis and Mc. Taggart. The model consists of actions that begins from the planning the action, implementing the action, observing and evaluating the process, measuring the outcome, and then reflecting. The reflection results were extrapolated to determine the improvement and refinement further action to achieve the desired quality of learning.

The result of this research is the achievement of learning outcomes scores which reached 8.33% for the first cycle and 41.66% for the second cycle. It shows also the increasing average score of the first cycle posttest from 4.38 to 6.54 at the second cyle. However, this result has not yet reached the target as expected.

Based on the above result it shows that applying the cooperative learning method of TGT (team games tournament) type can improve the learning outcomes and students' interest in the subject matter of “Human Circulatory System” of the students of Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A.

Keywords: learning outcomes, interests student, method of cooperative learning, team games tournament type


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TGT (

TEAM GAMES

TOURNAMENT

) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP

KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM

PEREDARAN DARAH MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Ruth Lana Monika

NIM : 091434005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TGT (

TEAM GAMES

TOURNAMENT

) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP

KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM

PEREDARAN DARAH MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Ruth Lana Monika

NIM : 091434005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

K aryaku yang sederhana ini kupersembahkan

kepada:

Hati K udus Y esus dan Hati M ari a

K edua O rangtuaku

E yang dan S i mbah

A di kku C lara P etty A ngel a

M asku F alent F ebri aw an

S ahabat-S ahabatku

P rogram S tudi P endi di kan B i ologi

U ni versi tas S anata D harma Y ogyakarta


(8)

v

MOTTO

A pakah saya

Gagal atau sukses

B ukanlah hasil

Perbuatan orang lain. Sayalah yang menjadi pendorong D iri

Sendiri.

-E laine M axwell-

K arena itu A ku berkata kepadamu: apa saja yang kamu

minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya,

maka hal itu akan diberikan kepadamu.

(M arkus 11:24)

B ersukacitalah dalam pengharapan,

sabarlah dalam kesesakan,

dan bertekunlah dalam doa.


(9)

vi

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 06 Februari 2013 Peneliti


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA IMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Ruth Lana Monika

Nomor Mahasiswa : 091434005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya, maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 06 Februari 2013 Yang menyatakan


(11)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

Ruth Lana Monika Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini, bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan minat dalam pembelajaran Biologi pada materi “Sistem Peredaran Darah Manusia”pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament).

Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan, yang berjumlah 36 orang siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes dan teknik tes. Komponen pengumpulan data yang digunakan berasal dari hasil penilaian pretest, posttest, lembar observasi, dan angket/kuisioner. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini terdiri atas tindakan yang dimulai dengan perencanaan tindakan, penerapan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan, dan melakukan refleksi. Hasil refleksi dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya sampai mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ialah pencapaian nilai hasil belajar pada siklus I mencapai 8.33% dan siklus II mencapai 41.66%. Hasil penelitian ini telah menunjukkan peningkatan nilai rata-rata posttest pada siklus I sebesar 4.38 dan rata-rata posttest pada siklus II sebesar 6.54. Namun demikian, hasil ini belum mencapai target seperti yang diharapkan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament) dapat meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi “Sistem Peredaran Darah Manusia”.

Kata kunci : Hasil belajar dan minat, model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament).


(12)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD , TEAM GAMES TOURNAMENT TYPE TO IMPROVE THE LEARNING OUTCOMES AND STUDENTS' INTEREST IN THE SUBJECT MATTER

OF HUMAN CIRCULATORY SYSTEM OF CANISIUS JUNIOR HIGH SCHOOL KALASAN GRADE VIII CLASS A

Ruth Lana Monika Sanata Dharma University

2013

The purpose of this research is to improve the learning outcomes and students' interest in Biology class on the subject matter of “Human Circulatory System” at Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A by applying the cooperative learning method, which is called TGT (team games tournament).

The subjects in this study are the students of Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A, which consist of 36 students. In this research, the reseacher used both the non test and test technique as the instruments. The component of the data collection was derived from the results of the assessment of

pretest, posttest, observation sheets and questionnaires. The model which is used in this research is the model of Kemmis and Mc. Taggart. The model consists of actions that begins from the planning the action, implementing the action, observing and evaluating the process, measuring the outcome, and then reflecting. The reflection results were extrapolated to determine the improvement and refinement further action to achieve the desired quality of learning.

The result of this research is the achievement of learning outcomes scores which reached 8.33% for the first cycle and 41.66% for the second cycle. It shows also the increasing average score of the first cycle posttest from 4.38 to 6.54 at the second cyle. However, this result has not yet reached the target as expected.

Based on the above result it shows that applying the cooperative learning method of TGT (team games tournament) type can improve the learning outcomes and students' interest in the subject matter of “Human Circulatory System” of the students of Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A.

Keywords: learning outcomes, interests student, method of cooperative learning, team games tournament type


(13)

x

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yesus Kristus yang memberi rahmat kehidupan, penyertaan, kekuatan, dan keajaiban-keajaiban kepada penulis dari lahir hingga detik ini.

2. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tulus membimbing peneliti selama proses menyusun skripsi ini.

4. Ibu Heffi W., S. Pd. selaku wali kelas dan guru mata pelajaran Biologi kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan.

5. Segenap staf guru dan karyawan serta siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan mengajari penulis selama belajar di Pendidikan Biologi.

7. Segenap staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan melayani segala keperluan akademik peneliti.

8. Orang tua dan saudariku yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun material kepada peneliti untuk tetap setia menjalani tugas studi. Berkat Allah Bapa selalu menyertai Bapak dan Ibu serta adikku Clara Petty tercinta.

9. Eyang dan Simbah yang selalu mendoakan dan menjadi sumber semangatku.

10.Mas Falent Febriawan yang dengan selalu memberi dukungan, memberi semangat dan berbagai bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat menjalankan tugas studi dengan baik.

11.Saudariku Cicilia Maryani dan Endri Ratna, sebagai sahabat untuk berbagi semangat, suka, duka dan yang selalu bersedia membantu.

12.Saudari-saudaraku Siska, Ana Rambu, Yani, Riris, Wiwik, dan Rio terima kasih atas bantuan dan semangat yang kalian berikan kepada penulis. 13.Semua teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2009 terima kasih atas


(14)

xi

kalian, perhatian teman-teman yang sangat berarti dan persaudaraan yang kita jalin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan, yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan kepada peneliti.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 11

D. Hipotesa ... 11

E. Indikator Keberhasilan ... 11


(16)

xiii

G. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar ... 14

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ... 17

C. Hasil Belajar ... 20

D. Minat ... 22

E. Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament ... 27

G. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Sistem Peredaran Darah Manusia dengan TGT... 33

H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

I. Kerangka Pikir ... 38

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Setting Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 43

D. Prosedur Penelitian ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 53

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Analisis Instrumen Penelitian ... 54

H. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kegiatan Penelitian 1. Observasi Pendahuluan ... 59


(17)

xiv

3. Siklus II ... 67

B. Hasil Penelitian 1. Hasil Belajar Siswa ... 70

2. Minat Siswa ... 75

C. Pembahasan 1. Proses Pembelajaran IPA ... 77

2. Faktor yang Mempengaruhi Ketercapaian Hasil Belajar dan Minat ... 78

3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapan TGT ... 89

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Keberhasilan ... 11

Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan untuk Empat Pemain ... 30

Tabel 3. Perhitungan Poin Permainan untuk Tiga Pemain ... 31

Tabel 4. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 32

Tabel 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 33

Tabel 6. Kriteria Gain/Tingkat Pemahaman Siswa ... 56

Tabel 7. Kategori Keaktifan Siswa ... 57

Tabel 8. Kategori Minat Siswa ... 58

Tabel 9. Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siklus I... 72


(19)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Alur Pikir Penelitian ... 41 Bagan 2. Alur Kerja Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 52


(20)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hasil Penilaian Pretest Siklus I ... 72

Grafik 2. Hasil Penilaian Posttest Siklus I ... 72

Grafik 3. Hasil Penilaian Pretest Siklus II ... 74

Grafik 4. Hasil Penilaian Posttest Siklus II ... 74


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 96

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1. Siklus I Pertemuan 1... 102

2. Siklus I Pertemuan 2... 105

3. Siklus II Pertemuan 1 ... 109

4. Siklus II Pertemuan 2 ... 112

5. Siklus II Pertemuan 3 ... 115

Lampiran 3. Deskripsi Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 118

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa 1. Siklus I ... 128

2. Siklus II... 129

Lampiran 5. Kisi-Kisi Soal Evaluasi 1. Siklus I ... 134

2. Siklus II... 135

Lampiran 6. Instrumen Penelitian Tes 1. Soal Pretest Siklus I ... 136

2. Soal Posttest Siklus I ... 138

3. Soal Pretest Siklus II ... 140

4. Soal Posttest Siklus II ... 142

Lampiran 7. Penilaian Instrumen Tes 1. Pedoman (Kunci Jawaban) Penilaian ... 144

2. Pedoman Penskoran ... 145


(22)

xix

Lampiran 9. Lembar Observasi ... 148 Lampiran 10. Hasil Wawancara Dengan Guru Terkait Dengan Metode

Pembelajaran ... 161 Lampiran 11. Kartu Soal dan Kartu Jawaban TGT

1. Soal Game Siklus I ... 162 2. Jawaban Soal Game Siklus I ... 164 3. Soal Game Siklus II ... 166 4. Jawaban Soal Game Siklus II ... 168 Lampiran 12. Langkah Team Games Tournament ... 170 Lampiran 13. Kartu Penghargaan ... 171

Lampiran 14. Pembagian Kelompok

1. LKS Siklus I ... 172 2. TGT Siklus I ... 173 3. LKS Siklus II ... 174 4. TGT Siklus II ... 175 Lampiran 15. Daftar Nilai Siswa Tahun Sebelumnya ... 176

Lampiran 16. Daftar Nilai Siswa

1. Siklus I ... 178 2. Siklus II... 180 Lampiran 17. Daftar Nilai Minat Siswa ... 182

Lampiran 18. Perhitungan Minat Siswa Menggunakan Satuan Persentase


(23)

xx

Lampiran 19. Presensi Siswa ... 185

Lampiran 20. Hasil Pretest dan Posttest

1. Siklus I ... 200 2. Siklus II... 208

Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian ... 216


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia semakin dituntut untuk meningkat agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang berkembang dengan sangat pesat. Hal ini dikarenakan untuk mengikuti perkembangan zaman diperlukan kualitas pendidikan yang baik agar mampu mengikutinya.

Banyak hal yang mempengaruhi baik atau tidaknya kualitas pendidikan, salah satunya adalah penerapan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Penerapan model pembelajaran di sekolah berfungsi untuk menentukan tipe pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi. Dari penentuan tipe pembelajaran yang digunakan selanjutnya akan ditentukan metode pembelajaran. Penerapan tipe pembelajaran ini akan menunjang dalam mengukur berhasil atau tidaknya proses pembelajaran di dalam kelas. Hubungan ini dapat ditinjau jika proses pembelajaran di dalam kelas berhasil, maka kualitas pendidikan juga akan meningkat. Sebaliknya, jika proses pembelajaran di dalam kelas tidak berhasil, maka efek yang terjadi adalah siswa pulang dari sekolah tanpa membawa pengetahuan apa-apa dan menyebabkan kualitas pendidikan pun tidak dapat meningkat. Sehingga pada akhirnya kegiatan belajar mengajar ini tidak mencapai tujuan pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2010:72). Guru akan berusaha menciptakan lingkungan belajar yang membuat siswa mampu mencari pengetahuan, menggali


(25)

dan memecahkan masalah. Salah satu usaha guru dalam menciptakan lingkungan belajar bagi siswa tidak terlepas dari pemahaman guru tentang kedudukan model pembelajaran, tipe pembelajaran, dan metode pembelajaran sebagai salah satu komponen yang ikut serta menjadi bagian dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Selain penggunaan model pembelajaran, tipe pembelajaran, dan metode pembelajaran yang tepat untuk menunjang proses belajar siswa terdapat pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses belajar siswa. Menurut Winkel (1983:23-42) faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa antara lain :

a. faktor-faktor pada pihak siswa meliputi : taraf intelegensi, motivasi belajar (keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar), perasaan (senang, rasa puas, rasa simpati, rasa gembira), sikap (kecenderungan dalam subyek menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai obyek yang berharga atau tidak berharga), minat (kecenderungan yang agak menetap dalam subyek, merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu), keadaan sosio-ekonomis (menunjuk pada kemampuan finansial siswa dan perlengkapan material yang dimiliki siswa, keadaan ini dapat bertaraf baik-cukup-kurang), keadaan sosio-kultural (menunjuk pada lingkungan budaya yang di dalamnya siswa bergerak setiap hari. Meliputi kemampuan berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan anak, pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Keadaan ini dapat bertaraf tinggi-cukup-kurang), dan keadaan fisik (menunjuk pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, dan keadaan alat-alat indra. Keadaan ini dapat baik dan dapat juga kurang baik).


(26)

b. faktor-faktor di luar siswa meliputi : faktor-faktor pengatur proses belajar di sekolah (kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher effectiveness, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa), faktor-faktor sosial di sekolah (sistem sosial, status sosial siswa, interaksi antara guru dengan siswa), faktor-faktor situasional (keadaan politik, ekonomis, keadaan waktu, tempat, musim, dan iklim), dan faktor pada pihak guru (sikap dan sifat, serta gaya memimpin kelas).

Ditinjau dari pernyataan Winkel terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa, maka berdasarkan hasil observasi di SMP Kanisius Kalasan didapatkan bahwa tingkat minat siswa masih kurang memenuhi kriteria ketercapaian yang diharapkan. Sementara itu, penggunaan model pembelajaran dan tipe pembelajaran di SMP Kanisius Kalasan sendiri masih kurang bervariasi, dimana model pembelajaran dan tipe pembelajaran pada SMP Kanisius Kalasan ini ditujukan guna meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga suasana kelas lebih hidup dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

Selain itu, berdasarkan observasi dan wawancara diperoleh hasil bahwa hasil belajar belajar IPA khususnya Biologi dalam materi sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan masih tergolong kurang. Hal itu ditinjau berdasarkan hasil belajar siswa pada 2 tahun terakhir dalam materi sistem peredaran darah manusia. Hasil belajar siswa yang mencapai KKM pada tahun 2010/2011 dalam materi sistem peredaran darah manusia di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan berjumlah 5 orang siswa dari 29 orang siswa, sedangkan nilai di bawah KKM berjumlah 24 orang siswa. Ketuntasan belajar yang diperoleh sebesar 17.24%. Sedangkan pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah siswa yang


(27)

mencapai KKM berjumlah 3 orang siswa dari 24 orang siswa. Ketuntasan belajar yang diperoleh sebesar 12,5%. Hasil tersebut tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar seperti yang diharapkan. Kurangnya ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran dikarenakan kurangnya minat belajar siswa sehingga siswa tidak memiliki motivasi dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan kurang bervariasinya model dan tipe pembelajaran serta kurangnya sarana media pembelajaran di sekolah. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kebosanan pada diri siswa untuk belajar pelajaran IPA khususnya Biologi. Kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.

Minat dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai kecenderungan yang timbul apabila individu tertarik terhadap sesuatu yang akan dipelajari dan bermakna bagi dirinya sendiri. Seperti yang dikemukakan Effendi (1985:122-123) minat merupakan sumber dari usaha yang timbul dari kebutuhan siswa yang menjadi faktor pendorong dalam melakukan usahanya (belajar). Hal ini menunjukkan bahwa minat sangat berkaitan dengan kebutuhan seseorang. Selain itu, intensitas minat pada diri seseorang dapat dilihat melalui seberapa keras usahanya dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan objek yang menjadi perhatian. Sehingga minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat ditinjau dari keaktifan siswa yang kemudian dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mencapai perubahan tingkah laku baik yang menyangkut aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap siswa setelah memperoleh informasi. Dengan timbulnya minat belajar siswa dalam proses pembelajaran maka dapat menimbulkan proses perubahan tingkah laku siswa secara relatif permanen dan secara potensial yang terjadi sebagai hasil


(28)

dari praktik atau penguatan (reinforced practice) dan pengalaman tertentu yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu. Minat siswa yang menimbulkan motivasi dapat membantu memahami dan menjelaskan perilaku siswa dalam menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar, dan menentukan ketekunan belajar. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Uno (2008:23) yang mengatakan bahwa “motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat”. Sardiman (2010:85) juga berpendapat bahwa motivasi erat kaitannya dengan tujuan. Memberikan tujuan pembelajaran pada siswa maka siswa akan mengetahui tujuan belajarnya, dengan mengetahui tujuan yang ingin dicapai maka siswa akan lebih termotivasi ketika belajar, sehingga siswa akan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Sardiman (2010:40) juga menyatakan bahwa siswa akan berhasil dalam belajar apabila siswa tersebut mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan demikian maka dalam proses pembelajaran minat siswa sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Minat yang timbul di dalam diri siswa akan menyebabkan siswa melakukan perubahan tingkah laku seperti aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini merupakan salah satu prinsip utama dalam proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar tanpa aktivitas. Hal ini dikarenakan pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika


(29)

siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil keputusan. Selain itu, keaktifan siswa penting dalam proses pembelajaran sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi diolah sendiri oleh siswa terlebih dahulu. Oleh sebab itu, keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dan kualitas pembelajaran. Sedangkan keaktifan siswa hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat dalam proses pembelajaran. Agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan keaktifan siswa. Guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Upaya dalam mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan melalui penggunaan berbagai macam variasi model pembelajaran dan media pembelajaran. Akan tetapi, pengajaran di SMP Kanisius Kalasan masih terpusat pada guru, dimana siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan di kelas sehingga dalam pembelajaran tidak timbul minat belajar siswa. Oleh karena itulah, diperlukan suatu tipe pembelajaran yang tepat, guna meningkatkan minat belajar siswa di SMP Kanisius Kalasan.

Dari permasalahan tersebut peneliti ingin memperbaiki permasalahan pembelajaran IPA khususnya Biologi pada materi sistem peredaran darah manusia dengan menerapkan suatu tipe pembelajaran yang inovatif. Sejauh ini, ada beberapa model pengajaran yang telah digunakan dibeberapa sekolah, salah


(30)

satunya adalah model pembelajaran kooperatif, dimana pada model pengajaran ini para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja sama satu dengan yang lainnya dalam mempelajari materi pelajaran, sehingga suasana kelas lebih aktif. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat tiga tipe yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, yaitu Student Team-Achievement Division (STAD) (Pembagian Pencapaian Tim Siswa), Team Games Tournament (Turnamen Game Tim), dan Jigsaw II (Teka-Teki II).

Salah satu tipe pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar dan minat siswa adalah TGT. TGT merupakan suatu inovasi baru dalam tipe pembelajaran yang penggunaannya dilandasi dari hasil belajar dan minat siswa yang tidak meningkat sewaktu menggunakan tipe-tipe pembelajaran sebelumnya. Penggunaan TGT juga dikarenakan tingkat kesulitan materi sistem peredaran darah manusia cukup tinggi. Sistem peredaran darah manusia itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa, sehingga dalam memahami materi dibutuhkan kerjasama antar siswa untuk saling mendukung satu sama lain. Kerjasama antar siswa dapat dibentuk dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan membentuk kelompok-kelompok belajar dan setiap siswa bertanggung jawab akan pemahaman teman dalam satu kelompoknya. Sehingga materi yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi dapat dipahami oleh siswa dengan mudah dalam diskusi kelompok. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Soetomo (1993:150) yang menjelaskan kegunaan metode diskusi yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing termasuk kemampuan mengemukakan ide-ide baru, membantu siswa untuk dapat menilai kemampuan dirinya, teman-temannya dan juga melalui diskusi siswa dapat dilatih menghargai pendapat teman.


(31)

Selain itu, keunggulan teknik pembelajaran tipe TGT dibandingan dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya adalah TGT memberikan kesempatan kepada guru untuk menggunakan kompetisi dalam suasana yang konstruktif positif. Teknik pembelajaran tipe TGT akan membentuk pola pikir setiap siswa untuk saling membangun dalam tim dan saling memberikan kepercayaan pada anggota tim saat bermain dalam turnament. Dengan kepercayaan yang didapatkan dari anggota tim maka anggota tim akan berusaha melakukan yang terbaik agar tim mereka menjadi yang terbaik. Turnament dalam TGT akan memberikan warna positif di dalam kelas karena kesenangan para siswa terhadap permainan sehingga akan tercipta minat belajar dan keaktifan siswa. Dalam pembelajaran guru bertindak sebagai wasit memiliki tugas untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Iklim kelas yang terbentuk pada saat proses pembelajaran akan mendukung siswa agar lebih termotivasi untuk belajar karena mereka berada pada lingkungan kompetisi positif dan dituntut untuk menjadi yang terbaik serta memberikan yang terbaik untuk timnya. Siswa juga akan merasa nyaman saat proses pembelajaran berlangsung dan keaktifan siswa akan semakin meningkat. Hal ini ditinjau dari terbentuknya interaksi antar siswa yang semakin meningkat dengan kegiatan tim dan turnament. Interaksi siswa dengan guru juga akan meningkat, karena guru bertindak sebagai wasit dan siswa dapat bertanya setiap waktu. Sedangkan dalam pengaturan susunan tempat duduk disesuaikan dengan kebutuhan untuk kegiatan kelompok dan kegiatan turnament. Pengaturan susunan tempat duduk yang berkelompok akan membuat siswa lebih interaktif dalam berdiskusi dengan siswa yang lainnya dan pada saat turnament diubah lagi agar siswa tidak jenuh dan memudahkan siswa untuk melakukan mobilitas. Dengan


(32)

kondisi yang seperti ini maka TGT dapat meningkatkan minat siswa dalam mendalami materi sistem peredaran manusia.

Sedangkan pengertian TGT (Team Games Tournament) secara umum merupakan salah satu tipe pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran kooperatif, dimana tipe TGT ini membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar dengan beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, asal daerah yang berbeda. Sehingga ketika guru memberikan tugas maka setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk menyelesaikan tugas tersebut. Selain itu, ketika ada anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok lainnya dapat membantu menjelaskannya.

Menurut Slavin (dalam Gora dan Sunarto, 2010:61) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament) dan perhargaan kelompok (team recognition). Dimana, ciri-ciri tipe TGT ini adalah :

1. siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil 2. games tournament

3. penghargaan kelompok

Oleh sebab itu, tipe pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan minat siswa akan mata pelajaran IPA khususnya Biologi. Karena dengan diadakan semacam turnamen di dalam kelas yang dimana pemenang turnamen ini akan diberikan suatu penghargaan, maka siswa akan terpacu untuk menjadi yang terbaik. Persaingan sehat seperti ini jelas akan menimbulkan minat belajar dan keaktifan serta kesadaran siswa untuk melakukan interaksi di dalam kelas dan


(33)

untuk mencari sumber-sumber pelajaran di luar kelas yang akan menunjang kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengungguli kelompok lainnya. Secara tidak langsung proses ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mereka sendiri.

Dengan meningkatnya minat belajar dan keaktifan siswa, siswa juga akan semakin kritis guna menghadapi suatu permasalahan yang timbul dari mata pelajaran IPA khususnya pelajaran Biologi yang sedang mereka pelajari. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari siswa akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi dengan mencari jawaban yang tepat, dan pertanyaan ini tidak hanya dapat dijawab oleh guru mata pelajaran IPA khususnya Biologi, namun juga dapat dijawab oleh teman kelompok mereka atau anggota kelompok lainnya yang akan menimbulkan komunikasi yang tidak hanya satu arah antara guru dengan siswa, namun juga memunculkan komunikasi 3 arah yaitu, antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Dengan hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana hasil belajar siswa dapat dijadikan suatu patokan dalam mengukur berhasil atau tidaknya pembelajaran yang diterapkan di kelas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia.

B. Rumusan Masalah

Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia?


(34)

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini mencakup mata pelajaran IPA khususnya Biologi dengan Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia dan Kompetensi Dasar 1.6 Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Batasan ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang dibatasi pada aspek kognitif tingkatan C1 dan C2 dan minat siswa dari hasil proses belajar mengajar Biologi siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan sistem peredaran darah manusia dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT). Dalam hal ini, minat siswa sebagai kovariat yang mempengaruhi hasil belajar IPA khususnya Biologi.

D. Hipotesa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia.

E. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi hasil belajar (hasil posttest) dan minat.

Tabel 1. Indikator Keberhasilan

Indikator Awal Target

Skor rata-rata kelas 49.79 71

% ketercapaian KKM 17.24% dan 12,5 % 75%


(35)

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk :

1. menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), 2. meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius

Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

G. Manfaat Penelitian :

Manfaat dari penelitian ini secara khusus bagi : 1. peneliti

- menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan untuk proses pembelajaran di kelas secara langsung

- mengetahui perbandingan hasil belajar dan minat siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dengan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

2. guru/sekolah

- melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SMP memiliki pengetahuan tentang teori model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di SMP

- hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru mengenai pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)


(36)

-

sebagai bahan acuan dan masukan bagi penelitian selanjutnya dalam upaya meningkatkan pengembangan alternatif pembelajaran IPA khususnya Biologi di sekolah menengah pertama

3. siswa

- meningkatkan pemahaman/hasil belajar siswa dalam materi sistem peredaran darah manusia.

- meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya pembelajaran Biologi materi sistem peredaran darah manusia.


(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (Suyono, 2011:1). Oleh karena itulah, belajar merupakan suatu hak setiap manusia yang harus dipenuhi dengan kualitas yang baik demi menghasilkan manusia yang baik pula. Dari belajar inilah manusia mampu menguasai banyak hal demi kepentingannya sendiri maupun kepentingan kelompok manusia.

Morgan (dalam Mulyati, 2005:3) memaparkan kesamaan pendapat para ahli psikologi bahwa belajar yang merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan dan hambatan. Sedangkan Mulyati (2005:5) menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

Hamalik (2007:45) juga menjelaskan bahwa belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku. Hilgard dan Brower (dalam Hamalik 2007:45)


(38)

mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang akan membentuk terjadinya perubahan pada diri individu dan merupakan suatu hak setiap manusia. Akan tetapi, kegiatan belajar antar individu cenderung menghasilkan aktivitas belajar yang tidak sama. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan siswa. Sehingga menimbulkan kesulitan belajar. Hal ini dikarenakan masing-masing individu memiliki kesulitan belajar yang berbeda-beda.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:75-88) faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu :

1. faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri), meliputi : a. sebab yang bersifat fisik

1) karena sakit, sehingga menyebabkan saraf sensoris dan motorisnya lemah dan mengakibatkan rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak,

2) karena kurang sehat yang menyebabkan mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasi hilang, kurang semangat, pikiran terganggu dan mengakibatkan penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui inderanya,


(39)

3) cacat tubuh yang dibedakan cacat tubuh ringan (seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor) dan cacat tubuh tetap (seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya).

b. sebab kesulitan belajar karena rohani

1) intelegensi, seorang anak mampu menyelesaikan persoalan dan kegiatan belajar yang berdasarkan IQ nya,

2) bakat, berupa potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir,

3) minat, tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar,

4) motivasi, berperan sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar,

5) faktor kesehatan mental, kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik,

6) tipe-tipe khusus seorang pelajar, tipe belajar anak berbeda-beda adanya yang memiliki tipe visual, motoris, maupun campuran.

2. faktor ekstern (faktor dari luar manusia), meliputi : a. faktor orang tua yang terdiri dari :

1) cara mendidik anak,

2) hubungan orang tua dan anak, 3) contoh/bimbingan dari orang tua, 4) suasana rumah/keluarga,

5) keadaan ekonomi keluarga. b. faktor sekolah

1) faktor guru, meliputi guru tidak kualified, hubungan guru dan murid kurang baik, guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan


(40)

anak, guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar, dan metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar,

2) faktor alat, ketersediaan alat yang tidak lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik,

3) kondisi gedung, 4) kurikulum,

5) waktu sekolah dan disiplin yang kurang. c. faktor media massa dan lingkungan sosial

1) faktor media massa, meliputi bioskop, TV, surat kabar, buku komik yang akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak menggunakan waktu untuk itu sehingga lupa akan tugas belajar,

2) lingkungan sosial, berupa teman bergaul (teman bergaul memiliki pengaruh yang besar. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka anak tersebut akan malas belajar sebab cara hidup anak yang bersekolah dan tidak bersekolah berlainan), lingkungan tetangga (corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak-anak sehingga dapat menyebabkan ada atau tidaknya motivasi anak untuk belajar), dan aktivitas dalam masyarakat (terlalu banyak berorganisasi, dan kursus bermacam-macam akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai).

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja


(41)

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006: 5). Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Depdiknas, 2006: 6). Dalam pembelajaran IPA, keempat unsur tersebut harus bersinergi untuk mempersiapkan generasi yang menyadari pentingnya IPA dan teknologi sehingga bisa berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas).

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya diarahkan dengan ciri-ciri sains yang ilmiah agar dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Karena melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.


(42)

Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPA memiliki tujuan yang berupa meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi, serta beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus.

Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur,


(43)

menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas).

C. Hasil Belajar

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. (Sukmadinata, 2009:102-103) Sedangkan Sudjana (2010:22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. (Sudjana, 2010:22)


(44)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar yang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar yang diperoleh ini akan ditindak lanjuti dengan evaluasi hasil belajar.

Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup: (a) evaluasi mengenai tingkat peguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas, (b) evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran (Sudijono, 2011:30).

Menurut Sanjaya (2010:244-245) evaluasi memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. evaluasi merupakan alat penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi siswa mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil evaluasi siswa dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukannya,

b. evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa menjadi tahu bagian mana yang perlu dipelajari lagi dan bagian mana yang tidak perlu,

c. evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk para pengembang kurikulum, khususnya untuk perbaikan program selanjutnya,


(45)

d. informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan serta pengembangan karier, e. evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum, khususnya dalam

menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai,

f. evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan di sekolah. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang efektivitas program sekolah.

D. Minat

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, maka mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang minat pun berkurang (Elizabeth B. Hurlock, 1989). Sedangkan Surya (2004:71-72) berpendapat bahwa minat yaitu seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka kepada suatu rangsangan. Sesuatu yang diminati akan lebih menarik perhatian.

Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Winkel (2012:212) berpendapat bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi ini.


(46)

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa minat adalah suatu rasa ketertarikan atau ketidak tertarikan, rasa suka atau tidak suka, dan rasa senang atau tidak senang terhadap mata pelajaran atau proses pembelajaran tertentu yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Rasa tidak tertarik, tidak suka dan tidak senang akan menghambat dalam belajar, karena tidak menumbuhkan sikap positif dan tidak menunjang minat belajar. Sedangkan apabila siswa merasa tertarik, suka dan senang akan menumbuhkan sikap positif yang menunjang minat siswa dalam pembelajaran. Sehingga antara minat dan perasaan senang memiliki hubungan timbal balik. Oleh sebab itu, minat sangat berperan dalam pembelajaran. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu tindakan atau perilaku yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas ataupun pernyataan. Minat yang dimiliki siswa ini akan bermanfaat dalam mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Hamalik (2007:182) yang menjelaskan minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya.

Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Dengan memberikan perhatian yang lebih tersebut menunjukkan siswa memiliki minat yang tinggi. Sehingga semakin tinggi minat siswa semakin tinggi pula motivasi yang dirasakan siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Surya (2004:67) bahwa minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan


(47)

jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Djiwandono (2008:365) bahwa minat belajar siswa ini akan berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Karena salah satu cara yang kelihatan logis untuk memotivasi siswa selama pelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Minat siswa dapat merupakan bagian dari metode mengajar.

E. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif dan saling bekerja sama dalam mempelajari materi pelajaran sehingga dapat merangsang motivasi antar siswa untuk belajar. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harimianto, 2011:55). Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok. Model pembelajaran kooperatif ini juga dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana kelas lebih hidup dibandingkan dengan model lainnya seperti ceramah yang sampai sekarang masih banyak dipakai oleh kebanyakan guru.

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar


(48)

yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lainnya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar dan berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu (Slavin, 2005:4). Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang khusus anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas dengan tingkat kecerdasan “rata-rata”, dan khususnya sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukan menjadi suatu masalah. Hal ini dikarenakan sekolah bergerak dari sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan siswa menuju pengelompokan yang lebih heterogen sehingga pembelajaran kooperatif menjadi semakin lebih penting. Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas mereka (Slavin, 2005:5).


(49)

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan (Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harimianto, 2011:56-57).

Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang dibutuhkan serta menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.


(50)

Inti dari pembelajaran kooperatif adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Kerjasama yang dilakukan di dalam kelompok kooperatif dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar dibandingkan dengan siswa yang diatur dalam kelas tradisional. Hal ini didukung dengan teori kognitif dan teori motivasi. Teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri sedangkan teori motivasi memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja.

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan


(51)

dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pretest. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil b) games tournament

c) penghargaan kelompok

Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan cara siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.


(52)

Games tournament dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan. Posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama


(53)

sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

Penghargaan kelompok yang dilakukan dengan langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan untuk Empat Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh

Top Scorer 60

High Middle Scorer 40

Low Middle Scorer 30

Low Scorer 20


(54)

Tabel 3. Perhitungan Poin Permainan untuk Tiga Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh

Top scorer 60

Middle scorer 40

Low scorer 20 (Sumber : Slavin, 2005:175)

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu :

a) mengajar (teach)

b) belajar kelompok (team study)

c) permainan (game tournament)

d) penghargaan kelompok (team recognition)

Mengajar (teach) dilakukan dengan cara mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

Belajar kelompok (team study) dilakukan dengan cara siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.

Permainan (game tournament) dilakukan dengan cara permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah


(55)

menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

Penghargaan kelompok (team recognition) dilakukan dengan cara pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut.

Tabel 4. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria (Rerata Kelompok) Predikat

40 sampai44 Tim Baik

45 sampai 49 Tim Sangat Baik

50 ke atas Tim Super

(Sumber Slavin, 2005:175)

Pada penerapan pembelajaran dengan menggunakan team games tournament terdapat kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament) adalah (dalam Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harimianto, 2011:72-73):

a. dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya;

b. rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi;

c. perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil; d. motivasi belajar siswa bertambah;

e. pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan sistem peredaran darah manusia;


(56)

f. meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru;

g. siswa dapat menelaah sebuah pokok bahasan dengan bebas mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa tersebut dapat keluar, selain itu kerjasama antar siswa dengan guru akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi lebih hidup dan tidak membosankan.

Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament) adalah (dalam Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harimianto, 2011:73):

a. sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapat;

b. kekurangan waktu untuk proses pembelajaran;

c. kemungkinan terjadinya kegaduhan bila guru tidak dapat mengelola kelas.

G. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Sistem Peredaran Darah Manusia

dengan TGT

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan termuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa mengenai materi sistem peredaran darah manusia.

Tabel 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Sistem Peredaran Darah Manusia

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

Ditinjau dari SK dan KD tersebut, terlihat bahwa materi sistem peredaran darah manusia terdapat tuntutan untuk siswa dalam mendeskripsikan sistem peredaran


(57)

darah manusia yang meliputi fungsi dan proses serta mengkaitkannya dengan kesehatan. Siswa diharapkan dapat menyebutkan organ penyusun sistem peredaran darah, menyebutkan struktur dan fungsi jantung serta pembuluh darah, menjelaskan kerja jantung dan mekanisme peredaran darah, menyebutkan komponen-komponen darah, menyebutkan fungsi darah, menjelaskan golongan darah, dan menjelaskan penyakit pada sistem peredaran darah dengan cara mengamati alat peraga jantung, membaca buku panduan, dan melalui kegiatan diskusi kelompok. Adanya tuntutan tersebut menunjukkan karakteristik materi sistem peredaran darah manusia yang terdiri dari konsep-konsep yang abstrak dengan adanya keterkaitan struktur dan fungsi. Konsep-konsep ini dikatakan abstrak dikarenakan tidak dapat diamati secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Konsep abstrak disini antara lain mekanisme proses kerja jantung, peredaran darah pada tubuh, proses jantung memompa darah, bagian jantung yang dapat memompa darah ke seluruh tubuh (struktur bagian jantung seperti serambi kanan, bilik kanan, serambi kiri dan bilik kiri), darah (susunan darah, sel darah merah, sel darah putih, keping darah, dan golongan darah), dan kelainan darah.

Keadaan karakteristik materi sistem peredaran darah manusia yang demikian dapat menyebabkan siswa merasa kesulitan untuk memahami konsep dan merasa kurang berminat mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membantu siswa memahami materi dan menumbuhkan minat siswa. Hal ini dicapai melalui kerjasama kelompok-kelompok belajar dengan cara berdiskusi dan keberhasilan siswa akan diukur berdasarkan skor kelompok-kelompok belajar pada saat turnamen. Dalam kegiatan TGT masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap pemahaman teman dalam satu kelompok dan keberhasilan timnya dalam menjawab pertanyaan


(58)

pada saat turnament. Kegiatan diskusi ini akan menjadikan siswa untuk saling bertukar pengetahuan yang mereka miliki dan bersama-sama mencari informasi yang menunjang pemahaman mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherman (2001:157) yang menyatakan bahwa diskusi kelompok kecil memungkinkan siswa berbagi informasi serta pengalaman dalam penyelesaian masalah, meningkatkan pemahaman atas masalah penting, meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, mengembangkan kemampuan berpikir dan komunikasi, dan siswa dapat membina kerjasama yang sehat serta dapat bertanggung jawab.

Kepedulian dan tanggung jawab siswa dalam memecahkan suatu masalah ketika berdiskusi akan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Hudoyo (2001:113) metode diskusi memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses belajarnya serta memberi kesempatan kepada siswa untuk berani mengemukakan pendapat di depan umum secara sistematik mendengarkan dan menanti giliran secara tertib, serta menanggapi pendapat teman lain secara kritis. Sikap siswa yang aktif ketika berdiskusi dan bertanggung jawab terhadap kelompok diskusinya menandakan bahwa di dalam diri siswa tersebut terdapat motivasi yang mendorong siswa untuk lebih aktif ketika belajar. Motivasi yang timbul ini bersumber pada minat siswa. Menurut Uno (2008:9) motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam


(59)

a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, b) memperjelas tujuan belajar, c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, d) menentukan ketekunan belajar (Uno, 2008:27). Jika siswa sudah termotivasi dalam mempelajari Biologi maka harapannya konsep-konsep Biologi akan mudah mereka pahami untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Seperti yang diungkapkan Poedjiadi (2007:99) apabila apa yang dipelajari seseorang dinilai bermanfaat, seseorang akan termotivasi untuk mempelajari lebih lanjut untuk memperoleh pengetahuan sehingga belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan dan menantang.

Dengan timbulnya keaktifan dan motivasi belajar siswa menunjukkan adanya minat siswa terhadap mata pelajaran IPA khususnya Biologi. Hal ini disebabkan, minat merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran. Menurut Popham (dalam Mardapi, 2008: 101) siswa tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal, dan siswa yang berminat dalam suatu pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pelajaran yang optimal. Sementara Kasijan (1984: 351) mengungkapkan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimulasi yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan, dan sesuatu yang dapat memberi pengaruh yang telah distimulasi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan adanya minat yang semakin besar menyebabkan siswa merasa semakin antusias dan senang mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010:180) yang menyatakan minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.


(60)

Selain itu, ciri-ciri di dalam kegiatan TGT adalah adanya penghargaan kelompok pemenang turnamen. Penghargaan ini akan memacu siswa untuk menjadi yang terbaik dengan menyalurkan kemampuannya masing-masing, saling mengemukakan ide-ide baru, dan membantu menambah kemampuan teman-teman dalam kelompoknya sehingga dapat mengalahkan kelompok lainnya. Adanya keinginan untuk mendapatkan penghargaan dari guru akan menciptakan interaksi antar anggota kelompok, siswa akan saling membantu belajar, memberi informasi, saling mengingatkan, dan saling memberikan motivasi demi keberhasilan kelompoknya. Menurut Nur (2005:4) penghargaan kelompok dan tanggung jawab individual sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dasar. Sehingga dengan adanya peningkatan motivasi belajar maka kemampuan dasar ataupun hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009:250) bahwa interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir.

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Di bawah ini akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian skripsi ini sebagai berikut ini.

1. Dewi Sartika (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe GI ditinjau dari masing-masing aspek yaitu kompetensi matematika, sikap, maupun minat siswa terhadap matematika. 2. Endang Kusrini (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa: 1) dari uji

Scheffe terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar Bahasa Inggris yang paling baik dibandingkan dengan pembelajaran koooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional, 2)


(61)

ada perbedaan mengenai prestasi belajar Bahasa Inggris yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas, 3) terdapat interaksi pengaruh mengenai prestasi belajar Bahasa Inggris yang disebabkan pembelajaran kooperatif tipe TGT, STAD, pembelajaran konvensional dan tingkat kreativitas.

3. Ika Puspita (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran kooperatif tipe Make a math efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika, sikap dan minat siswa terhadap matematika SD.

4. Puji Astuti (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa 1) ada perbedaan pengaruh antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan metode ceramah terhadap hasil belajar Fisika siswa, 2) TGT memiliki pengaruh dalam upaya meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dan afektif siswa dalam proses pembelajaran.

I. Kerangka Pikir

Dalam kegiatan penelitian dibutuhkan adanya observasi yang bertujuan untuk menentukan permasalahan yang dihadapi dan dijabarkan dalam latar belakang permasalahan. Latar belakang permasalahan yang ditimbul di SMP Kanisius Kalasan kelas VIII A pada materi sistem peredaran darah manusia adalah hasil belajar dan minat siswa yang rendah. Rendahnya hasil belajar dan minat siswa disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran di SMP Kanisius Kalasan sendiri masih kurang bervariasi dan kurangnya sarana media pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang bervariasi dan tepat dalam menghadapi permasalahan kurangnya sarana media pembelajaran.


(1)

212

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

214

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

216

Lampiran 21

Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Lampiran 22


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas Iv Sd Negeri 02 Brujul Kecamatan

0 1 15

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW sebagai upaya meningkatkan minat dan hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

0 0 2

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia

0 4 239

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

0 0 12