Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

siswa tersebut tidak masuk sekolah, 3 orang siswa memiliki kategori keaktifan sedang, 17 orang siswa memiliki kategori keaktifan baik, dan 13 orang siswa memiliki kategori keaktifan sangat baik. Sehingga didapatkan hasil siswa yang memiliki keaktifan baik dan sangat baik sebesar 83.33.

C. Pembahasan

1. Proses Pembelajaran IPA Penelitian ini dilakukan meliputi dua tahap, yaitu siklus pertama yang dilaksanakan tanggal 12 dan 13 November 2012 dan siklus kedua yang dilaksanakan tanggal 19, 20 dan 26 November 2012. Selama proses pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT apabila ditinjau dari segi pembelajaran IPA maka model pembelajaran ini sejalan dengan hakikat IPA. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT tidak mengabaikan hakikat IPA sebagai sains. Kelebihan pada saat proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT adalah a terasahnya keterampilan proses yang mengkembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu terhadap materi sistem peredaran darah manusia, b jujur yang dapat dilihat pada saat mengerjakan tugas dan soal, 3 terbuka akan pendapat orang lain, 4 kritis dalam menanggapi suatu permasalahan terkait sistem peredaran darah manusia, dan 5 bekerja sama dengan orang lain dalam hal mengerjakan LKS. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT mendorong siswa bekerja kelompok untuk menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, dan terbuka. Melalui model pembelajaran ini, siswa dapat terlibat secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya, dapat meningkatkan kerjasama antar siswa, tidak membedakan antar teman, dan menumbuhkan solidaritas antar teman. Pembelajaran IPA sendiri memiliki kelebihan, yaitu dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, keterampilan berpikir dan keterampilan sosial anak berkembang. Keterampilan sosial ini adalah kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain. Hal ini sejalan dengan kelebihan pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dimana siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan materi pembelajaran secara berkelompok. Berdasarkan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT banyak mengajak siswa dalam menyelesaikan materi pembelajaran dengan panduan lembar kerja siswa LKS secara berkelompok untuk saling berbagi pengetahuan antar siswa. Selain memiliki kelebihan dalam pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT juga memiliki kelemahan yaitu, pada saat pelaksanaan proses pembelajaran suasana akan menjadi gaduh apabila guru tidak dapat mengelola kelas dengan baik. 2. Faktor yang Mempengaruhi Ketercapaian Hasil Belajar dan Minat Berdasarkan dari proses penelitian didapatkan pencapaian nilai pada siklus I dan siklus II belum mencapai indikator keberhasilan, yaitu pada siklus I hanya mencapai 8.33 dari target 40 dan siklus II hanya mencapai 41.66 dari target 75. Namun dalam proses penelitian ini telah menunjukkan peningkatan nilai dimana nilai rata-rata posttest pada siklus I sebesar 4.38 sedangkan rata-rata posttest pada siklus II sebesar 6.54. Sehingga hasil posttest pada siklus II menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tingkat pemahaman siswa aspek kognitif terhadap materi sistem peredaran darah manusia dapat ditinjau berdasarkan persentase kenaikan hasil belajar antara siklus I dengan siklus II. Sedangkan ketercapaian indikator minat siswa dapat ditinjau dari hasil penilaian angketkuisioner. Selain itu, minat siswa dapat juga ditinjau berdasarkan keaktifan siswa. Keaktifan siswa ini juga turut digunakan sebagai parameter minat siswa yang menyebabkan timbulnya motivasi belajar siswa. Minat siswa terhadap materi sistem peredaran darah manusia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT mencapai indikator keberhasilan minat belajar siswa. Ketercapain target peningkatan minat belajar siswa ini memiliki arti bahwa siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap materi sistem peredaran darah manusia yang diterapkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT. Dengan minat yang tinggi siswa dapat termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Dari uraian di atas dapat terlihat jelas keterkaitan antara minat dan hasil belajar siswa, jika minat siswa meningkat maka dapat mendorong siswa untuk belajar dan meningkatkan hasil belajar, begitu pun sebaliknya. Oleh sebab itu, pencapaian hasil belajar ini dipengaruhi oleh faktor- faktor yang mendukung dan menghambat. Faktor yang mendukung dalam meningkatkan hasil belajar pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT adalah : a. kondisi ruang belajar : kondisi ruang belajar sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada ruang belajar yang sempit membuat siswa merasa tidak nyaman dalam mengikuti proses. Hal ini peneliti tinjau dari proses pembelajaran pada siklus I. Ruang kelas yang sempit membuat ruang gerak siswa menjadi terbatas dan suasana kelas menjadi gaduh pada saat sesi berkelompok. Pada saat siswa bekerja di dalam kelompok dibutuhkan ruang belajar yang luas agar siswa dapat bekerja di dalam kelompoknya tanpa terganggu ataupun mengganggu kelompok lain. Pada saat siswa bekerja di dalam kelompok maka tidak dapat dihindari bahwa setiap kelompok akan menimbulkan suara yang dapat menimbulkan kegaduhan. Selain itu, dengan ruang belajar yang sempit membuat sirkulasi udara menjadi terganggu. Hal ini membuat ruang kelas menjadi panas. Siswa yang kepanasan akan mengikuti proses pembelajaran dengan tidak nyaman. Kondisi ini membuat siswa berperilaku yang memancing keributan, seperti berteriak-teriak kepanasan dan saling berebutan buku untuk dijadikan kipas. Sedangkan apabila ruang belajar yang digunakan luas maka membuat siswa merasa nyaman. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan kondusif. Kondisi ini peneliti tinjau dari proses pembelajaran pada siklus II yang dilangsungkan di luar kelas. Ruang belajar siswa yang luas membuat proses diskusi kelompok dan bermain TGT menjadi lebih nyaman. Keadaan pada saat siswa berkelompok menjadi lebih tenang karena suara yang ditimbulkan setiap kelompok tidak mengganggu kelompok lainnya. Selain itu, dengan kondisi ruang belajar yang luas menuntut siswa untuk memperhatikan pembelajaran secara lebih fokus agar suara guru dapat terdengar. Dengan kondisi ruang belajar yang luas membuat siswa dapat beraktifitas secara leluasa. Kenyamanan seperti ini menimbulkan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih fokus dan serius dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan. b. minat : minat belajar siswa yang tinggi menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga mendorong siswa untuk berperan serta dan memperhatikan pembelajaran. Minat siswa yang tinggi ini ditinjau dari hasil angketkuisioner siswa terhadap materi sistem peredaran darah manusia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT. Minat adalah salah satu faktor yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto, 2010:180. Dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT minat ditimbulkan melalui teknik-teknik sebagai berikut: a pernyataan penghargaan secara verbal merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa kepada hasil belajar yang baik karena pernyataan verbal ini mengandung makna interaksi- interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru dan penyampaiannya konkret sehingga merupakan suatu pengakuan sosial, b menimbulkan rasa ingin tahu yang merupakan daya untuk meningkatkan motif belajar siswa karena menimbulkan semacam konflik konseptual yang membuat siswa merasa penasaran, dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut berupaya keras untuk memecahkannya, c menggunakan permainan yang merupakan proses sangat menarik bagi siswa sehingga menyebabkan proses belajar menjadi bermakna emosional bagi siswa sehingga akan diingat, dipahami atau dihargai, d membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa yang suasana ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain dan belajar dengan bersaing menimbulkan upaya belajar yang sungguh-sungguh. Dengan penerapan teknik-teknik tersebut dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT maka akan meningkatkan minat belajar siswa. Minat belajar siswa akan berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Hal ini karena salah satu cara yang logis untuk memotivasi siswa selama pelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Menurut Djiwandono 2008:365 minat siswa dapat merupakan bagian dari metode mengajar. Minat yang merupakan bagian dari metode mengajar dalam hal ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT. Sehingga untuk menumbuhkan minat terhadap materi pembelajaran dapat melalui metode mengajar yang kemudian akan berpengaruh pada hasil belajar. Semakin besar minat siswa terhadap materi pembelajaran maka semakin tinggi pula hasil belajar yang akan dicapai. Hal ini dikarenakan, siswa yang memiliki minat yang besar akan mengadakan perubahan tingkah laku untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan. Perubahan tingkah laku ini berhubungan dengan kebutuhan dalam belajar yang akan diingat dan dipahami oleh siswa. Sedangkan perubahan tingkah laku ini adalah bentuk yang berasal dari dorongan internal dan eksternal yang merupakan hakikat motivasi belajar. Hakikat motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1 adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2 adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3 adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4 adanya penghargaan dalam belajar; 5 adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6 adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik Uno, 2008:23. Minat siswa yang dalam hal ini timbul karena penerapan permainan team games tournament TGT yang menimbulkan rasa suka dan senang ketika mereka saling bersaing secara positif di dalam kelompok untuk mendapatkan poin sebanyak-banyaknya dalam memainkan permainan team games tournament TGT. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT ini membentuk kompetisi dalam suasana yang konstruktif positif antar siswa. Teknik pembelajaran tipe TGT membentuk pola pikir setiap siswa untuk saling membangun dalam tim pada saat mengerjakan LKS. Sehingga antar siswa saling bertukar pengetahuan dan apabila ada temannya yang belum mengerti mereka saling berusaha membantu. Selain itu, siswa juga saling memberikan kepercayaan pada anggota tim saat bermain dalam turnament sehingga dengan kepercayaan yang didapatkan dari anggota tim, maka masing-masing dari anggota tim tersebut berusaha melakukan yang terbaik agar tim mereka menjadi yang terbaik. Turnament dalam TGT juga memberikan warna positif di dalam kelas karena kesenangan para siswa terhadap permainan sehingga tercipta keaktifan dan motivasi belajar siswa yang dilandasi oleh minat siswa, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Adanya penghargaan juga turut membuat siswa berminat, karena merasa dihargai hasil kinerja yang telah dicapainya. Oleh sebab itu, minat pada dasarnya penerimaan akan suatu hubungan antara rasa suka dan keterikatan dengan permainan team games tournament TGT yang tinggi sehingga menyebabkan minat menjadi tinggi pula. Minat akan menyebabkan siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah lakuaktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya Uno, 2008:9. Adanya minat yang menimbulkan motivasi di dalam diri siswa menyebabkan siswa memiliki kekuatan yang mendorong siswa untuk memperhatikan pembelajaran dan berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa mencapai hasil belajar yang memuaskan. Sedangkan faktor yang menghambat dalam meningkatkan hasil belajar adalah : a. gangguan eksternal : gangguan eksternal ini merupakan faktor utama yang menghambat peningkatan hasil belajar karena berhubungan erat dengan proses pembelajaran. Gangguan eksternal yang terjadi ini menyebabkan siswa menjadi tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran. Ketidak fokusan siswa tampak pada saat siswa terburu- buru dalam mengerjakan tugas atau soal-soal terutama soal posttest tanpa meneliti apakah semua tugas atau soal sudah terjawab dengan tepat. Sehingga dalam pengerjaan tugas atau soal-soal siswa tidak maksimal. Kondisi ini disebabkan pada saat siswa mengerjakan soal posttest pada siklus I terdapat beberapa siswa terburu-buru mengerjakan posttest karena ingin segera meninggalkan kelas untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler siswa tersebut dipanggil untuk meninggalkan kelas 5 menit sebelum bel pelajaran berakhir. Kondisi ini menyebabkan siswa menjadi tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran pada setiap jam pelajaran terakhir berlangsung. Siswa akan merasa tidak tenang dalam mengikuti pembelajaran karena memikirkan untuk tidak terlambat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang sudah diwajibkan untuk meninggalkan kelas 5 menit sebelum bel pelajaran berakhir. Selain itu, dengan melihat ada beberapa siswa yang keluar terlebih dahulu menyebabkan siswa lainnya ikut merasa tidak tenang dalam mengikuti pembelajaran dan ingin segera ikut keluar dari kelas untuk pulang. Sedangkan pada saat siklus II pihak sekolah mempercepat waktu kepulangan siswa tanpa memberi tahu sebelumnya karena ruang-ruang kelas akan dipersiapkan untuk tes uji coba UAN kelas IX. Sehingga ketika siswa melihat teman-teman lain kelasnya sudah pulang maka kefokusan siswa dalam mengerjakan soal berkurang. Hal ini menyebabkan kondisi yang tidak optimal untuk proses pembelajaran. b. efikasi diri : efikasi diri ini berupa keyakinan bahwa seseorang siswa dapat menguasai situasi belajar dan memberikan hasil positif. Bandura dalam Santrock, 2009:216 percaya bahwa efikasi diri adalah sebuah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Efikasi diri ini mempunyai banyak kemiripan dengan motivasi kemampuan menguasai sesuatu dan motivasi intrinsik. Terkait dengan pendapat mengenai efikasi diri ini diperjelas oleh Dale Schunk dalam Santrock, 2009:216 yang telah menerapkan konsep efikasi diri pada banyak aspek dari prestasi siswa. Dalam pandangannya, efikasi diri mempengaruhi pilihan aktivitas siswa. Siswa dengan efikasi diri rendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang. Sedangkan siswa dengan efikasi diri tinggi menghadapi tugas belajar tersebut dengan keinginan besar. Siswa dengan efikasi tinggi lebih tekun berusaha pada tugas belajar dibandingkan siswa dengan efikasi diri rendah. Selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT siswa dapat menguasai situasi belajar dengan baik tetapi pada saat pelaksanaan posttest siswa belum dapat menguasai situasi belajar secara penuh. Sehingga terdapat beberapa siswa terburu-buru mengerjakan posttest karena ingin segera meninggalkan kelas untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pada siklus I dan ketika melihat teman-temannya pulang sekolah lebih dahulu dibandingkan mereka membuat siswa terburu-buru mengerjakan soal posttest pada siklus II. Hal ini membuat siswa menjadi tidak cermat dalam mengerjakan soal. Dengan tingkat efikasi diri yang rendah ini menyebabkan siswa tidak tekun berusaha pada tugas belajar sehingga tidak memberikan hasil positif berupa hasil belajar yang maksimal. c. motif berprestasi : motif berprestasi adalah motif yang dipelajari, sehingga motif ini dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Motif berprestasi ini memiliki keterkaitan dengan motif interest minat yang menunjukkan keinginan siswa untuk berhasil dalam belajar. Motif berprestasi sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja performance seseorang, termasuk dalam belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaan. Penyelesaian tugas semacam itu bukanlah karena dorongan dari luar, melainkan upaya pribadi Uno, 2008:30. Sehingga dengan kata lain motif interest minat adalah minat terhadap sesuatu yang merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya untuk mendapatkan keberhasilan belajar yang merupakan tujuan dari motif berprestasi. Pada saat siswa berdiskusi di dalam kelompok dan bermain TGT tampak bahwa siswa memiliki motif berprestasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan siswa saling berusaha bertukar pengetahuan agar pada saat bermain TGT mendapatkan poin yang banyak. Akan tetapi, motif berprestasi pada saat posttest menjadi berkurang. Berkurangnya motif berprestasi ini dikarenakan siswa kurang berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas. Dengan kurangnya kesadaran siswa untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas menunjukkan keinginan siswa untuk berhasil dalam belajar terkalahkan dengan keinginan siswa untuk cepat pulang. Kurangnya motif berprestasi siswa ini juga dipengaruhi oleh kesalahan yang dilakukan oleh ini peneliti. Peneliti tidak menawarkan kepada siswa untuk melaksanakan posttest pada jam pelajaran saat itu atau pada jam pelajaran lain. Sehingga pada saat siswa sedang mengerjakan posttest dan melihat teman-teman kelas lainnya pulang menyebabkan siswa menyelesaikan tugasnya secara tidak tuntas dan membuat hasil belajar menjadi tidak maksimal. Terkait dengan penjelasan faktor yang menghambat dalam meningkatkan hasil belajar dapat ditinjau bahwa ketiga faktor ini saling berhubungan. Ketidak fokusan siswa dalam mengerjakan tugas atau soal- soal diawali dengan gangguan eksternal yang mempengaruhi tingkat efikasi diri siswa dan motif berprestasi siswa. Gangguan eksternal ini menyebabkan siswa menjadi tidak dapat menguasai situasi belajar secara penuh dan tidak cermat dalam mengerjakan soal sehingga tingkat efikasi diri menjadi berkurang. Dengan efikasi diri yang berkurang membuat tingkat kesadaran siswa berkurang pula untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas agar mencapai hasil belajar yang memuaskan dan hal ini berhubungan dengan motif berprestasi. Dengan kondisi yang seperti ini menyebabkan peningkatan pemahaman siswa mencapai hasil yang kurang maksimal. 3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapan TGT Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT dapat meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa. Agar penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT dapat berjalan dengan baik maka perlu diperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan faktor penghambat dalam meningkatkan hasil belajar. Oleh sebab itu, untuk mengatasi faktor yang menghambat peningkatan hasil belajar siswa maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a. kondisi ruang belajar : ruang belajar yang digunakan dikondisikan secara tepat agar siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran. Ruang belajar siswa diusahakan luas sehingga ruang gerak siswa dan ruang diskusi kelompok siswa menjadi luas. b. mengantisipasi gangguan eksternal : semua gangguan eksternal yang mengganggu proses pembelajaran diharapkan dapat diantisipasi sehingga efikasi diri dan motif berprestasi tidak terganggu pula. Dengan mengatasi faktor yang menghambat peningkatan hasil belajar maka keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT dapat tercapai. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament TGT ini dapat menjadi sebuah inovasi pembelajaran yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.

BAB V PENUTUP

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas Iv Sd Negeri 02 Brujul Kecamatan

0 1 15

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia.

0 1 241

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW sebagai upaya meningkatkan minat dan hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

0 0 2

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

0 0 12