48
data sama homogen dan sebaran data berdistribusi normal. Dari hasil uji Normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z dari empat skala hanya
dua skala yang berdistribusi normal. Namun dari hasil uji Homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelompok data mempunyai varian yang sama
Homogen.
Tabel. 16 Hasil Uji
Independent Sample T-Test
efektivitas N
Mean Sig. p
kinerja 0 tidak efektif
60 72.4333
0.000 1 efektif
40 83.0750
Berdasarkan hasil uji Homogenitas dari output Levene menunjukkan bahwa varian dari dua kelompok data adalah homogen karena signifikansi
sebesar 0,073 0.05. Oleh sebab itu, dilakukan uji analisis Independent Sample T-Test menggunakan nilai yang Equal variances assumed Santoso,
2010. Hasil analisis uji hipotesis dengan Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa nilai M
1
= 83.07 M = 72.43 dan nilai p sebesar 0.000.
Oleh karena nilai p = 0.000 0.05 maka H0 ditolak. Dengan kata lain terdapat perbedaaan kinerja yang signifikan berdasarkan efektivitas kepemimpinan
situasional. Kinerja kelompok dengan gaya kepemimpinan situasional yang efektif lebih tinggi daripada kinerja kelompok dengan gaya kepemimpinan
situasional yang tidak efektif.
49
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional dan
kinerja dengan gaya kepemimpinan situasional yang efektif lebih tinggi daripada kinerja dengan gaya kepemimpinan situasional yang tidak efektif.
Hasil ini sesuai dengan penelitian lain pada tahun 1974 di perusahaan Xerox. Gumpert dan Hambleton dalam Hersey dan Blanchard, 1986 menyimpulkan
bahwa kinerja karyawan akan lebih tinggi apabila gaya kepemimpinan situasional dipersepsikan secara efektif dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan yang dipersepsikan secara tidak efektif oleh bawahannya, dan perolehan dalam kinerja adalah signifikan secara praktis dan statistik.
Kepemimpinan yang efektif merupakan pemimpin yang mampu menyesuaikan antara perilaku tugas dan hubungan dengan kematangan
pekerjaan dan psikologis karyawannya. Sehingga pemimpin itu paham tentang tugas dan karakteristik bawahan Hersey dan Blanchard, 1986. Pemahaman
pemimpin tersebut, membuat bawahan merasa dihargai dan muncul kemauan untuk ikut berperan lebih, dalam kegiatan atau tugas yang diberikan. Pada
akhirnya terciptalah kinerja yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil studi lanjutan yang dilakukan oleh Elton Mayo dan rekan penelitiannya di Illinois
dalam Riggio, 2008 yang menyimpulkan bahwa kinerja meningkat lebih tinggi apabila bawahan merasa dihargai karena terjalinnya hubungan yang
baik antar pribadi yang terbina dalam pekerjaan. Sedangkan kepemimpinan yang tidak efektif merupakan pemimpin yang tidak mampu menyesuaikan
50
antara perilaku tugas dan hubungan dengan kematangan pekerjaan dan psikologis karyawan. Sehingga perilaku pemimpin tidak menimbulkan
perubahan yang mengarah pada perbaikan, adanya situasi tersebut pada akhirnya tercipta kinerja yang lebih rendah.
Dengan kinerja yang lebih tinggi dan baik itu, maka tercapailah tujuan organisasi karena kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan
dengan tujuan organisasi atau unit organisasi tempat orang bekerja Murphy dalam Sudarmanto, 2009.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek mempersepsikan gaya kepemimpinan secara tidak efektif dari pemimpin, yaitu
sebanyak 60 subjek 60. Sisanya hanya 40 subjek 40 yang mempersepsikan gaya kepemimpinan secara efektif dari pemimpin. Data
statistik ini diperoleh bisa jadi karena sistem rotasi yang diterapkan sehingga bawahan yang dirotasi mengalami kesulitan untuk menyesuaikan lagi gaya
kepemimpinan atasan yang baru. Dengan demikian PT. Sumber Alfaria Trijaya perlu memperhatikan hal ini demi kemajuan perusahaan.
Pramuniaga kasir adalah karyawan yang sangat dibutuhkan oleh Alfamart. Mereka merupakan pekerja yang berkontribusi dalam memperoleh pendapatan
perusahaan karena pekerjaan mereka langsung bertemu dengan customer atau pembeli. Mereka dituntut untuk bisa melayani customer dengan baik dan
ramah, dengan job desk yang sudah ditentukan. Apabila pelayanan mereka tidak memuaskan para customer dan membuat customer jera untuk kembali
berbelanja di gerai Alfamart maka jelas akan berdampak buruk bagi
51
perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu pelatihan yang memadai bagi pejabat toko Kepala Toko, Asisten Kepala Toko atau Merchadiser untuk bisa
dan terus menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif bagi bawahan Pramuniaga Kasir yakni kepemimpinan situasional demi pencapaian kinerja
bawahan yang lebih tinggi.
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis uji hipotesis dengan Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa nilai M
1
= 83.07 M = 72.43 dan nilai p sebesar 0.000.
Oleh karena nilai p = 0.000 0.05 maka H0 ditolak. Dengan kata lain terdapat perbedaaan kinerja yang signifikan berdasarkan efektivitas kepemimpinan
situasional. Kelompok yang memiliki kinerja lebih tinggi adalah kinerja kelompok dengan
gaya kepemimpinan situasional yang
efektif. Kesimpulannya adalah apabila gaya kepemimpinan situasional dipersepsikan
secara efektif oleh karyawan maka kinerja karyawan akan lebih tinggi. Sebaliknya apabila gaya kepemimpinan situasional dipersepsikan secara tidak
efektif oleh karyawan maka kinerja karyawan akan lebih rendah.
B. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu: 1. Instruksi kurang jelas pada skala anggota yang terdiri dari skala
Perilaku Tugas dan Perilaku Hubungan. 2. Jumlah sampel kurang merepresentasikan populasi.
3. Penelitian ini hanya menggunakan satu penilai kinerja yakni dari pemimpin.
52
4. Usia dan lama bekerja tidak dikontrol dalam penelitian ini.
C. Saran
1. Bagi Pejabat Toko kepala toko, asisten kepala toko, merchandiser
Cabang Cileungsi 1 dan 2 PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek Pramuniaga Kasir mempersepsikan gaya kepemimpinan atasan pejabat
toko secara tidak efektif, yaitu sebanyak 60 subjek 60. Sisanya hanya 40 subjek 40 yang mempersepsikan gaya kepemimpinan atasan secara
efektif. Dengan demikian lebih banyak atasan yang tidak efektif dalam memimpin bawahan. Data statistik ini diperoleh bisa jadi karena sistem
rotasi yang diterapkan sehingga bawahan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap gaya kepemimpinan atasan baru.
Oleh karena itu disarankan agar pemimpin yakni pejabat toko bisa memperbaiki kondisi yang tidak efektif tersebut menjadi efektif dengan
cara pejabat toko lah yang harus memperhatikan kesesuaian perilakunya dalam berhubungan dan pemberian tugas dengan kematangan bawahan
yakni kematangan pekerjaan dan psikologis seperti pengalaman, pengetahuan, pemahaman, kemauan untuk bertanggung jawab, motivasi
berprestasi dan komitmen kerja sehingga kinerja bawahan bisa lebih tinggi lagi. Bukan bawahan yang diberi beban lagi untuk menyesuaikan diri
terhadap gaya kepemimpinan atasan baru. Cara ini bisa terlaksana apabila