Hubungan dengan Wangsa Sailendra
13 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Mueang Chaiya, hatong Kanchanadit, dan Khirirat Nikhom.
Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah dengan perpindahan
Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu, Wangsa Sailendra sebagai anggota mandala
Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka, Wangsa Sailendra berkuasa sekaligus atas Sriwijaya
dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatra dan Jawa. Akan tetapi, akibat pertikaian suksesi singgasana
Sailendra di Jawa antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani, hubungan
antara Sriwijaya dan Medang memburuk.
Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan akhirnya berkuasa di Sriwijaya. Permusuhan ini diwariskan
hingga beberapa generasi berikutnya. Dalam Prasasti Nalanda yang bertarikh 860, Balaputradewa menegaskan asal-usulnya sebagai
keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu, Raja Sriwijaya. Dengan kata lain, ia mengadukan kepada Raja Dewapaladewa, Raja Pala di
India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara Sriwijaya di Sumatra dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika Raja
Dharmawangsa Teguh menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja
Wurawari sebagai sekutu Sriwijaya di Jawa atas dorongan Sriwijaya.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan Kerajaan Pala di Benggala, pada Prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa Raja Balaputradewa mende-
dikasikan sebuah vihara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari Prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya
di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma. Rajendra Chola I naik tahta yang
melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian, hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram
mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun demikian,
pada masa ini, Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari Dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I Ti-hua-ka-lo sebagai raja
San-fo-ts’i, membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079. Pada masa Dinasti Song, candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan, dan pada masa
Dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan.
Sumber: http:id.wikipedia. orgwikiSriwijaya
Gambar 1.17 Pagoda Borom hat bergaya Sriwijaya di
Chaiya, hailand.
Bu ku
K. 13
H asi
l R evi
si