mengikat sehingga anak harus tunduk dan patuh pada peraturan yang ditetapkan. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kekeluasaan sebebas-
bebasnya pada anak untuk bertindak dan berperilaku. Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang memberikan batasan dengan adanya keleluasaan dan penerimaan
sehingga keberadaan anak sering diikutkan dalam diskusi keluarga.
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Dewy 2009 melakukan penelitian dengan judul
Persepsi Anak Mengenai Keluarga di Surakarta
dan menetapkan 55 anak usia sekolah dasar sebagai subyek penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi
anak mengenai keluarga dan diperoleh hasil berupa 51 macam kata persepsi. Kata-kata persepsi tersebut dibagi menjadi 3 berdasarkan prosentase dari yang
paling sering muncul, kemunculannya dibawah 10, dan yang jarang muncul. Kata persepsi yang dominan adalah persepsi mengenai keluarga yang menyayangi
– mencintai – mengasihi dan keluarga yang berkumpul – kebersamaan – bersama. Berdasarkan kedekatan arti, masing-masing kata dapat dikelompokkan menjadi 10
kelompok persepsi yaitu relasi yang harmonis, memberi secara psikologis, memberi secara materiil, memiliki rasa kebersamaan, memiliki hubungan
pertalian darah, meminta, relasi yang sangat kuat dan intens, sebuah karunia yang dimiliki, relasi yang saling melengkapi, dan tempat untuk menyampaikan pikiran
dan perasaan. Kelompok persepsi yang dominan adalah relasi yang harmonis. Dari keseluruhan kata-kata persepsi yang muncul, seluruh subyek memberikan
persepsi yang positif mengenai keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif, sedangkan cara pengambilan data menggunakan metode
proyektif dengan teknik konstruksi yang menghasilkan cerita dan kuesioner terbuka. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi.
Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah adanya kesamaan dalam pembahasan yaitu munculnya persepsi anak terhadap
sikap dan perilaku anggota keluarga sehingga anak menangkap fungsi keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat keterkaitan persepsi anak dengan perilaku
anggota keluarga sebab anak dapat merasakan adanya keharmonisan maupun ketidakharmonisan dengan mengandalkan pemikiran mereka melalui proses
penginderaan. Penelitian sebelumnya dengan penelitian ini mendekati serupa karena dalam penelitian ini juga akan mengungkapkan persepsi anak terhadap
orang tua berdasarkan sikap dan perilaku orang tua selama mereka mendidik dan mengasuh anak.
Pramawaty dan Hartati 2012 melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan konsep diri anak usia sekolah 10-
12 tahun. Penelitian dengan judul
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun
ini menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasi. Data diuji dengan
Chi Square
dan hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri anak usia sekolah 10-12 tahun x
2
=6.808; p=0.033. Pola asuh demokratis lebih banyak didapatkan anak dengan konsep diri
positif 73,3, sedangkan pola asuh otoriter dan permisif lebih banyak didapatkan anak dengan konsep diri negatif yaitu 18,9 dan 28,4. Responden dalam
penelitian ini adalah anak usia 10-12 tahun dan ditentukan melalui teknik total sampling dengan total responden adalah 149 orang.
Relevansi dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah kesamaan usia anak yaitu 10
–12 tahun serta keterkaitan peran orang tua pada masa tumbuh kembang anak. Penelitian ini juga akan membahas mengenai orang
tua dalam perannya mendidik anak untuk menjadi matang berkembang sesuai dengan usianya. Narasumber yang diteliti pada penelitian ini adalah dua siswi SD
yang berumur 9 dan 12 tahun sehingga dalam penelitian sebelumnya peneliti mendapat informasi mengenai karakteristik-karakteristik anak usia 10-12 tahun.
Maryaningtyas 2013 juga melakukan penelitian mengenai persepsi anak terhadap keluarga khususnya orang tua. Penelitian dengan judul
Persepsi Anak Mengenai Orang Tua dan Keluarga dari Orang Tua Bercerai
ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek delapan subyek mempersepsikan ibu secara
positif, sedangkan ayah, orang tua, dan keluarga dipersepsikan secara beragam yaitu dari segi positif dan negatif berdasarkan dampak perceraian orang tua yang
diberikan kepada anak. Kemunculan persepsi ini dapat disebabkan oleh dampak perceraian yang membuat anak memiliki harapan dan kebutuhan kepada keluarga
dan orang tua. Persepsi anak tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman nyata saja tetapi juga dari pemikiran anak itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persepsi anak mengenai orangtua dan keluarga dari orang tua bercerai. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode proyektif. Subyek yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 9 anak yang berada pada masa pertengahan dan akhir anak-
anak, sedangkan pengambilan data menggunakan laporan CAT dengan teknik analisis tematik.
Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu mengungkapkan persepsi anak berdasarkan sikap dan perilaku yang orang tua
lakukan dalam hidup sehari-hari. Persepsi anak mengenai orang tua dapat terbentuk karena kondisi keluarga dan pengalaman melihat serta merasakan sikap
maupun perilaku orang tua baik itu sikap yang patut dicontoh atau sikap yang kurang patut untuk dicontoh. Penelitian ini juga mengungkapkan persepsi siswa
berdasarkan sikap orang tua dalam mendidik dan mengontrol anak mereka sehingga perlakuan mereka melekat pada anak dan memberi pelajaran untuk
kehidupan mendatang. Dumanauw 2012 meneliti mengenai persepsi siswa terhadap pola asuh
orang tua. Penelitian tersebut berjudul
Persepsi Siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 20112012 Terhadap Pola Asuh Orang Tua.
Tujuan penelitian adalah untuk 1 Mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3
Yogyakarta tahun ajaran 2011-2012 terhadap pola pengasuhan orang tua, 2 Mengidentifikasi kualitas-kualitas butir dominan dalam pola asuh otoriter dan
permisif, 3 Mengetahui profil skor setiap siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta tahun ajaran 20112012 dari pola asuh demokratis, otoriter, dan
permisif dalam upaya mengidentifikasi subyek yang direkomendasikan mendapat layanan konseling kelompok. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP
Bopkri 3 Yogyakarta tahun ajaran 20112012 dengan jumlah 90 siswa yang terdiri dari empat kelas yaitu: kelas VIIIA sejumlah 20 siswa, kelas VIIIB sejumlah 22
siswa, kelas VIIIC sejumlah 23 siswa, dan kelas VIIID sejumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Pola Asuh Orang Tua dengan jumlah
60 item. Hasil penelitian menyatakan bahwa 1 siswa memiliki persepsi kuat terhadap pola asuh demokratis dengan frekuensi tinggi 92,22, persepsi lemah
terhadap pola asuh otoriter dengan frekuensi tinggi 65,56, dan persepsi lemah terhadap pola asuh permisif dengan frekuensi tinggi 73,33. 2 Terdapat 6
butir dominan untuk pola asuh otoriter dan 5 butir dominan untuk pola asuh permisif. 3 Terdapat 10 siswa yang memiliki rata-rata skor sama antara pola
asuh permisif dan otoriter dan 9 siswa yang memiliki rata-rata skor sama antara ketiga pola asuh.
Relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah adanya pola asuh orang tua pada anak sehingga anak dapat menilai dan
mempersepsikan pola asuh yang mereka terima. Penelitian sebelumnya dan penelitian ini memiliki kesamaan yang besar sebab penelitian ini juga akan
menarik persepsi anak terhadap pola asuh orang tua. Anak menilai tipe pola asuh otritarian, permisif, atau otoritarif berdasarkan perlakuan dan cara didik yang
diterapkan orang tua sehari-harinya. Uji, Sakamoto, Adachi, dan Kitamura 2013 dalam penelitiannya yang
berjudul
The Impact of Authoritative, Authoritarian, and Permissive Parenting
Styles on Children’s Later Mental Health in Japan: Focusing on Parent and Child
Gender
menghasilkan temuan bahwa gaya pengasuhan otoriter memberi dampak buruk bagi kesehatan mental dan psikologis yang dapat beresiko pada diri sendiri,
namun ada pula yang beranggapan bahwa peran orang tua yang otoritatif memberi
dampak yang baik sehingga responden dapat berhasil di kemudian hari. Penelitian ini mengambil sebanyak 1.320 orang sebagai responden. Responden dipilih secara
acak termasuk didalamnya karyawan perusahaan, mahasiswa, dan staf rumah sakit untuk mengingat dan mengevaluasi pengasuhan yang mereka terima dan
melaporkan kesehatan mental yang mereka rasakan saat ini. Relevansi penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua memberi dampak bagi anak pada kehidupan mendatang. Pola asuh akan melekat pada diri seseorang dan membentuk persepsi untuk
melakukan introspeksi dari cara didik yang mereka diterima dahulu. Penelitian ini juga membahas bahwa pola asuh akan memberi dampak dalam membentuk
karakteristik anak sehingga cara didik orang tua akan melekat hingga usia dewasa. Kelima penelitian yang relevan di atas menjadi bahan acuan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian yang berjudul
Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua
. Peneliti menghubungkan dan mengaitkan kesamaan topik pada penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu ada keterkaitan hubungan
mengenai persepsi anak terhadap keluarga maupun orang tua serta pola asuh orang tua. Salah satu dari penelitian yang relevan memunculkan usia anak
setingkat SD dan hal tersebut berkaitan erat dengan topik penelitian yang peneliti coba analisis karena narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak
usia SD khususnya usia 9 tahun dan 12 tahun sehingga peneliti mendapat banyak informasi mengenai karakter dan kebiasaan-kebiasaan anak usia SD. Bahasan lain
pada penelitian yang relevan juga muncul adanya persepsi positif dan negatif dari anak terhadap orang tuanya. Cara pengasuhan yang anak terima dapat
memunculkan pandangan dan penilaian tersendiri bagi anak mengenai baik buruk maupun positif negatif orang tua. Selanjutnya, pola asuh otoritarian, permisif, dan
otoritatif juga memberi dampak pada mental seseorang sampai usia dewasa karena pola asuh berperan sebagai pembentuk karakter dan kepribadian seseorang
sehingga akan melekat sampai usia dewasa hingga tua. Berikut adalah bagan literatur map dari penelitian-penelitian yang relevan:
Gambar 2.1
Literature Map
Penelitian yang Relevan
B. Kerangka Berpikir
Peran keluarga sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak dari usia dini hingga dewasa, terlebih pola asuh orang tua karena berfungsi membentuk
kepribadian serta karakter anak. Melalui pola asuh inilah anak dapat menilai kemudian mempersepsikan perasaan yang muncul dalam menanggapi berbagai
tipe pola asuh yang orang tua terapkan. Perbedaan cara orang tua dalam mendidik anak tentunya akan membawa pengaruh yang berdampak baik maupun buruk bagi
psikis anak. Perlu adanya keterampilan dan kesabaran untuk mengolah
Dewy 2009 Persepsi Anak
Mengenai Keluarga di Surakarta
Dumanauw 2012 Persepsi Siswa kelas VIII
SMP Bopkri 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 20112012
Terhadap Pola Asuh Orang Tua.
Persep si Anak
Terhadap Pola
Asuh Orang Tua
Maryaningtyas 2013
Persepsi Anak Mengenai
Orang Tua dan Keluarga dari
Orang Tua Pramawaty dan Hartati
2012 Hubungan Pola Asuh Orang
Tua dengan Konsep Diri Anak Usia Sekolah 10-12 Tahun
Uji, Sakamoto, Adachi, dan Kitamura 2013 The Impact of Authoritative, Authoritarian, and Permissive Parenting Styles on
Children’s Later Mental Health in Japan: Focusing on Parent and Child Gender