Creative Problem Solving CPS

46 Buku Guru Kelas IX SMPMTs Petunjuk Umum yang menantang kreativitas peserta didik. Masalah yang menantang kreativitas peserta didik membutuhkan kemampuan berpikir tingka tinggi yang diantaranya kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah problem solving skills merupakan proses mental yang mencakup tindakan yang menemukan, menganalisis dan menyelesaikan masalah Cherry, 2011. Pemecahan masalah juga merupakan pendekatan prosedural atau analitik yang mengutamakan pengembangan kemampuan berpikir Santrock, 2005 Salah satu tujuan pemecahan masalah adalah menghilangkan penghalang dan menemukan solusi yang terbaik. Pemecahan masalah bukan merupakan topik tersendiri melainkan menyatu dalam proses pembelajaran. Pemecahan masalah merupakan cara efektif untuk mengeksplorasi ide-ide baru. Menurut XQNHSDGDDZDODQSHPHFDKDQPDVDODKGLSDQGDQJVHEDJDL aktivitas yang bersifat mekanistis, sistematis, dan sering diasosiaskan dengan suatu konsep yang abstrak. Dalam konteks ini masalah yang diselesaikan adalah masalah yang bersifat terbuka dan diperoleh melalui proses yang melibatkan berbagai cara atau metode. Aspek pemecahan masalah inilah yang melatarbelakangi pembelajaran Creative Problem Solving. Bagian ini akan membahas pengertian, alasan penggunaan, prosedur dan contoh pembelajaran dan penilaian pembelajaran dengan Creative Problem Solving.

a. Creative Problem Solving CPS

Menurut teori belajar kognitif, pemecahan masalah dipandang sebagai aktivitas mental yang melibatkan keterampilan kognitif kompleks. Hal ini MXJDVHVXDLGHQJDQSHQGDSDW.LUNOH\\DQJPHQ\DWDNDQEDKZD pemecahan masalah melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti visualiasi, asosiasi, abstraksi, manipulasi, penalaran, analisis, sintesis, dan generalisasi. Pemecahan masalah adalah proses yang melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu heuristik, yang sering disebut sebagai model atau langkah-langkah pemecahan masalah, untuk menemukan solusi suatu masalah Nakin, 2003. Pemecahan masalah juga merupakan proses mensintesis berbagai konsep, aturan, atau rumus untuk memecahkan masalah Gagne Kirkley, 2003. Pengertian pemecahan PDVDODKLQLPHQJLQGLNDVLNDQEDKZDGLSHUROHKQ\DVROXVLVXDWXPDVDODK menjadi syarat bagi proses pemecahan masalah. Hal ini berbeda GHQJDQSHQGDSDWURZQHOO0F,QWRVK\DQJPHQ\DWDNDQEDKZD suatu masalah belum dikatakan telah diselesaikan hanya karena telah diperolehnya solusi dari masalah itu. Menurutnya, suatu masalah baru benar-benar dikatakan telah diselesaikan jika individu telah memahami apa yang ia kerjakan, yakni proses pemecahan masalah dan mengetahui mengapa solusi yang telah diperoleh tersebut sesuai. Dalam konteks pembelajaran IPA, pemecahan masalah difungsikan sebagai tahap mengelaborasi suatu konsep. Peserta didik diberi kesempatan 47 Ilmu Pengetahuan Alam untuk menerapkan prinsip-prinsip atau pengetahuan IPA ke dalam situasi masalah nyata. Dengan kata lain, peserta didik belajar IPA melalui aktivitas pemecahan masalah. Masalah difungsikan sebagai pemicu bagi peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Menurut McIntosh 2000, pemecahan masalah mempunyai berbagai peran, yaitu 1 pemecahan masalah sebagai konteks problem solving as a context, yakni memfungsikan masalah untuk memotivasi peserta didik belajar IPA, 2 pemecahan masalah sebagai keterampilan problem solving as a skill yang merujuk pada kemampuan kognitif peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah, dan 3 pemecahan masalah sebagai seni problem solving as an art, yakni memandang pemecahan masalah sebagai seni menemukan art of discovery. Tujuan pembelajaran pemecahan masalah IPA adalah untuk mengembangkan kemampuan untuk menjadi cakap dan antusias dalam memcahkan masalah, menjadi pemikir yang independen yang mampu menyelesaikan masalah terbuka open ended problem. Pemecahan masalah yang melibatkan proses kreatif disebut pemecahan masalah kreatif Creative Problem Solving. Creative Problem Solving pertama kali diperkenalkan oleh Alex Osborne sehingga Creative Problem Solving ini dikenal juga dengan nama The Osborne-Parnes Creativity Problem Solving Models 6HPHQWDUDLWXPHQXUXW7UHɤQJHUPRGHO Creative Problem Solving disebut sebagai model konseptual mengusulkan tiga komponen proses, yaitu 1 memahami tantangan; 2 menghasilkan gagasan; dan 3 menyiapkan tindakan. Komponen-komponen proses tersebut terdiri dari enam tahap dimana menekankan adanya keseimbangan dalam menggunakan kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Tiga komponen utama dalam CPS yang saling berkaitan membentuk siklus, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Komponen memahami tantangan merupakan suatu upaya sistematis untuk menegaskan, membangun atau berfokus pada suatu usaha pemecahan masalah. Komponen proses kedua yakni menghasilkan gagasan merupakan suatu tahap menghasilkan banyak pilihan yang bervariasi dan tidak biasa sebagai respon terhadap masalah yang ada. Sedangkan komponen proses ketiga adalah menyiapkan tindakan, yakni suatu tahap untuk membuat keputusan, mengembangkan, atau untuk memperkuat alternatif solusi yang telah dipilih, dan untuk merencanakan keberhasilan implementasi aksi. Pada Gambar 2.1 terdapat empat komponen CPS yang semuanya bermula dari adanya proses merencanakan dan saling berkaitan satu sama lain. Proses merencanakan ini meliputi proses memahami tantangan, kemudian dilanjutkan dengan menghasilkan ide agar dapat mempersiapkan rencana tindakan yang akan diambil untuk memecahkan masalah. Cassalia 2010 menyebutkan kelebihan model pembelajaran Creative Problem Solving “Through the Creative Problem Solving model the students gained a deep understanding of basic economic principles while solving a real-world 48 Buku Guru Kelas IX SMPMTs Petunjuk Umum SUREOHP7KLVPRGHODOORZHGWKHVWXGHQWVWRJUDSSOHZLWKGLɤFXOWVXEMHFW matter in a friendly and challenging manner”. Model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan pemahaman peserta didik, melatih peserta didik dalam memecahkan masalah kehidupan dan memungkinkan peserta didik untuk terbiasa berhubungan dengan materi pelajaran yang sulit GDQPHQDQWDQJ.HOHELKDQGDULSHPEHODMDUDQLQLPHQXUXW7UHɤQJHU adalah 1 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami NRQVHSNRQVHS ¿VLND GHQJDQ FDUD PHQ\HOHVDLNDQ VXDWX SHUPDVDODKDQ 2 mebuat peserta didik aktif dalam pembelajaran, 3 mengembangkan NHPDPSXDQEHUSLNLUNULWLVSHVHUWDGLGLNNDUHQDGLVDMLNDQPDVDODKSDGDDZDO pemebelajaran dan memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk mencari arah-arah penyelesainya, 4 mengembangkan kemampuan peserta GLGLN XQWXN PHQGH¿QLVLNDQ PDVDODK PHQJXPSXONDQ GDWD PHQJDQDOLVLV data, dan membangun hipotesis dan percobaan, dan 5 membuat peserta didik dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya ke dalam situasi baru. Understanding the Challenge Memahami Tantangan Preparing for the Action Mempersiapkan Tindakan Generating Ideas Menghasilkan Gagasan Proses Perencanaan 6XPEHU7UHɤLQJHUGDQ,VDNVHQD Gambar 2.1. Komponen CPS Pembelajaran CPS berakar pada pengembangan kreativitas. Kreativitas peserta didik dibangun melalui brainstorming yang menekankan siklus proses mengulang dan melengkapi secara berkelanjutan dari diverge-converge- diverge-converge. Pada CPS ada beberapa tahapan yang difokuskan pada penemuan masalah SUREOHP¿QGLQJ, penemuan gagasan LGHD¿QGLQJ, dan penemuan tindakan DFWLRQ¿QGLQJ. Secara rinci, tahapan dalam CPS mencakup 6 tahap dapat dilihat pada Tabel 2.5. Problem Solving atau pemecahan masalah merupakan bagian dari CPS. CPS menurut Pepkin 2000:63 adalah Jadi, CPS adalah pembelajaran yang menunjukkan cara untuk menemukan solusi dan merepresentasikan suatu masalah secara kreatif. Osborne dalam Rosalin 2008:58 mengatakan EDKZD36PHPSXQ\DLHPSDWSURVHGXU\DLWX 49 Ilmu Pengetahuan Alam 1 Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan dan meneliti data atau informasi yang bersangkutan. 2 Menemukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan PHPRGL¿NDVLJDJDVDQWHQWDQJVWUDWHJLSHPHFDKDQPDVDODK 3 Menemukan solusi, yaitu proses evaluatif sebagai puncak pemecahan masalah. 4 Kreatif memiliki dua fase dalam pemecahan masalah menurut Von Oech Pepkin, 2000:63, yaitu fase imajinatif gagasan strategi pemecahan masalah diperoleh dan fase praktis gagasan dievaluasi dan dilaksanakan. Tabel 2.5 Tahapan dalam Creative Problem Solving CPS Divergen Mess Finding Data Finding Problem Finding Idea Finding Solution Finding Acceptance Finding Konvergen Understanding the Problem D : Mencari berbagai kemungkinan untuk memecahkan masalah K : Menentukan secara luas tujuan umum untuk memecahkan masalah. D : Memeriksa beberapa detail, melihat beberapa ketidakteraturan dari beberapa sudut pandang. K : Menentukan data yang paling penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah. D : Memikirkan beberapa kemungkinan pernyataan masalah K : Menentukan atau memilih pernyataan masalah \DQJVSHVL¿N Generating Ideas D : Menciptakan berbagai ide yang beragam dan tidak biasa .0HQJLGHQWL¿NDVLSLOLKDQ\DQJSDOLQJPXQJNLQ dilakukan, alternatif atau pilihan yang memiliki potensi menarik. Planning for Action D : Mengembangkan kriteriastandar untuk menganalisis pilihan yang mungkin dilakukan. K : Memilih kriteria, dan menerapkannya untuk memilih, menguatakan dan pendukung solusi masalah yang telah dirumuskan. D : Memikirkan kemungkinan sumber yang dapat PHPEDQWXDWDXPHODZDQNHPXQJNLQDQDNVL\DQJ diimplementasikan. .PHPIRUPXODVLNDQUHQFDQDVSHVL¿NXQWXN melaksanakan aksi. Sumber: Isaksen, 2013 50 Buku Guru Kelas IX SMPMTs Petunjuk Umum Proses pemecahan masalah dapat menggunakan cara seperti yang GLNHPXNDNDQHRUJH3RO\D0HQXUXW3RO\DO¿HGDGDHPSDWODQJNDK yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. 1 Memahami masalah understanding of problem mencakup langkah a mengungkap data yang belum diketahui, data yang telah diketahui, dan persyaratan yang dituntut; b memperhitungkan kemampuan memenuhi pensyaratan yang dituntut, dan ketercukupan prasyarat dalam mengungkap data yang belum diketahui; c merancang sketsa pemecahan termasuk menentukan simbol dan notasi yang sesuai, dan d merinci dan menuliskan kembali kondisi yang ada. 2 Menyusun perencanaan revising a plan berupa langkah a menemukan kaitan antara data yang diketahui dengan yang tidak diketahui; b mengingat permasalahan yang sama atau mirip dengan masalah yang dihadapi sekarang; c mengingat permasalahan yang terkait dan menemukan konsep yang dapat digunakan; d bila telah menemukan permasalahan yang terkait, memanfaatkan cara yang sama untuk menyelesaiakan permasalahan, dan e mengungkap kembali permasalahan dengan kalimat sendiri. 3 Melaksanakan rencana carrying out the plan. Saat pelaksanaan, hal yang perlu diperhatikan yaitu: a memeriksa ketepatan setiap langkah yang dijalankan, dan b membuktikan ketepatan setiap langkah. 4 Memeriksa kembali looking back. Langkah ini merupakan langkah terkahir berupa kegiatan a memeriksa ketepatan hasil dan ketepatan argument yang telah disusun; b mencoba menemukan prosedur yang berbeda; c memastikan ketepatan prosedur dan metode yang digunakan untuk permaslahan yang lain. Creative Problem Solving didasarkan pada penyelesaian masalah, dalam hal ini peserta didik diajak menemukan dan menyelesaikan masalah. Proses penemuan dan penyelesaian masalah ini dilandasi oleh teori belajar kognitif seperti yang dikemukakan David Ausubel. Teori Ausubel yang dikenal adalah belajar bermakna meaningfull learning. Makna tercipta melalui kesamaan representasi bahasa simbol dan konteks mental yang melibatkan dua proses belajar yaitu proses menerima dan menemukan. Proses menerima digunakan dalam proses verbal secara bermakna, proses menemukan digunakan dalam proses pembentukan konsep dan proses pemecahan masalah. Teori lain mendasari CPS adalah pemikiran Bruner. Bruner mengemukakan teorinya atas dua asumsi. Pertama, perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif, artinya orang yang berlajar berinteraksi dengan lingkunganya secara aktif, perubahan terjadi pada diri individu dan lingkungannya. Kedua, seseorang mengkonstruksi pengetahuannya 51 Ilmu Pengetahuan Alam dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang telah dimilikinya. Proses pemecahan masalah dengan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang dikontruksi membutuhkan proses berpikir kreatif. Terdapat keterkaitan antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Keterkaitan itu dapat dilihat dari EHEHUDSDGH¿QLVLNHPDPSXDQEHUSLNLUNUHDWLI0LVDOQ\D+ZDQJGNN PHQGH¿QLVLNDQ NHPDPSXDQ EHUSLNLU NUHDWLI VHEDJDL NHWHUDPSLODQ NRJQLWLI untuk memberikan solusi terhadap suatu masalah atau membuat sesuatu yang bermanfaat atau sesuatu yang baru dari hal yang biasa. Menurut Shapiro Nakin, 2003, kemampuan berpikir kreatif sebagai proses asosiasi dan sintesis berbagai konsep yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Menurut Krutetski Park, 2004 memandang berpikir kreatif sebagai suatu pendekatan untuk menemukan solusi masalah GHQJDQ FDUD \DQJ PXGDK GDQ ÀHNVLEHO 7DPSDN EDKZD NHWLJD GH¿QLVL GL atas memandang berpikir kreatif sebagai kemampuan pemecahan masalah. Bahkan secara lebih tegas Nakin 2003 memandang berpikir kreatif sebagai proses pemecahan masalah. Keterkaitan lebih jelas antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah GLNHPXNDNDQ 7UHɤQJHU OH[DQGHU \DQJ PHQ\DWDNDQ EDKZD kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah, khususnya masalah kompleks. Hal demikian dapat dipahami karena menurut Wheeler dkk. Alexander, 2007 tanpa kemampuan berpikir kreatif, individu sulit mengembangkan kemampuan imajinatifnya sehingga kurang mampu PHOLKDWEHUEDJDLDOWHUQDWLIVROXVLPDVDODK+DOLQLPHQJJDPEDUNDQEDKZD keterampilan berpikir kreatif memungkinkan seorang individu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi kreatif dari masalah yang akan diselesaikan. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan PDVDODK GLWXQMXNNDQ ROHK KDVLO SHQHOLWLDQ \DQJ GLODNXNDQ ROHK +ZDQJ GNN +DVLO SHQHOLWLDQ WHUVHEXW PHQXQMXNNDQ EDKZD NHPDPSXDQ elaborasi, yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan faktor kunci yang menstimulasi peserta didik untuk mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kreatif mendukung kinerja individu dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif sangat EHUSHUDQGDODPPHQJLGHQWL¿NDVLPDVDODKPHQJHNVSORUDVLEHUEDJDLPHWRGH dan mengeksplorasi alternatif solusi. Berbagai alternatif metode atau solusi tersebut harus dianalisis dan dievaluasi untuk selanjutnya diimplementasikan. 6ROXVL\DQJGLSHUROHKMXJDSHUOXGLYHUL¿NDVLNHVHVXDLDQQ\DGHQJDQPDVDODK yang diketahui. Proses demikian merupakan karakteristik proses berpikir kritis. Dengan demikian, selain kemampuan berpikir kreatif, aktivitas 52 Buku Guru Kelas IX SMPMTs Petunjuk Umum keberhasilan pemecahan masalah juga mempersyaratkan kemampuan berpikir kritis. Contoh keterkaitan berpikir kreatif dan berpikir kritis dalam pembelajaran misalnya pada bab teknologi ramah lingkungan. Pada pembelajaran ini peserta didik dihadapkan pada persoalan terbatasnya ketersediaan air bersih di perkotaan. Peserta didik diminta memberi solusi dengan teknologi ramah lingkungan. Pada pembelajaran ini peserta didik PHODNXNDQ SURVHV NRJQLWLI VHEDJDL EHULNXW PHQJLGHQWL¿NDVL SHQ\HEDE terbatasnya air bersih, 2 mengeksplorasi ide untuk mengatasi keterbatasan DLUEHUVLKGHQJDQPHQDZDUNDQEHUEDJDLVROXVLWHNQLNSHQMHUQLKDQDLUWHNQLN penjernihan air dengan penyaringan sederhana, teknik penjernihan air dengan tumbuhan, teknik penjernihan air dengan biji kelor, 3 menganalisis teknik yang paling relevan untuk diimplementasikan, 4 menentukan teknik yang penjernihan air yang akan diimplementasikan. Proses kognitif 1 dan 2 adalah berpikir kreatif, dan proses kognitif 3 dan 4 adalah berpikir kritis. Menurut Harris 1998, kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis merupakan kemampuan esensial dalam aktivitas pemecahan masalah. DKNDQ OHELK MDXK LD PHQ\DWDNDQ EDKZD NHGXD NHPDPSXDQ LQL MXJD merupakan kemampuan esensial untuk sukses dalam dunia atau kehidupan kerja. Menurut Harris 1998, berpikir kritis memfokuskan pada kreasi argumen logis, mengeliminasi alternatif-alternatif yang kurang relevan, dan PHPIRNXVNDQ SDGD MDZDEDQ \DQJ SDOLQJ WHSDW 6HGDQJNDQ EHUSLNLU NUHDWLI memfokuskan pada eksplorasi berbagai ide, memperhatikan kemungkinan- NHPXQJNLQDQ PHQJKDVLONDQ EHUEDJDL DOWHUQDWLI MDZDEDQ GDULSDGD KDQ\D PHPIRNXVNDQ SDGD VDWX MDZDEDQ HUSLNLU NULWLV GDQ EHUSLNLU NUHDWLI merupakan dua kemampuan berpikir yang saling berkaitan, melengkapi, dan saling bergantian perannya dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif diperlukan ketika menganalisis atau mengidentikasi masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif, mengeksplorasi ide-ide atau metode penyelesaian PDVDODK GDQ PHQJLGHQWL¿NDVL EHUEDJDL NHPXQJNLQDQ VROXVL GDUL PDVDODK tersebut. Kemampuan berpikir kritis berperan ketika menganalisis, menginterpretasikan, dan memilih di antara berbagai ide-ide tersebut yang paling sesuai atau relevan untuk selanjutnya diimplementasikan, dan akhirnya mengevaluasi efektivitas solusi tersebut. Kemampuan berpikir kreatif tidak berkembang dalam ruang hampa, melainkan memerlukan daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan tersebut menurut Isaksen Alexander, 2007 dapat berupa konteks, tempat, situasi, iklim, atau faktor sosial. Salah satu konteks yang mendukung tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif adalah aktivitas pemecahan PDVDODK+DOLQLVHVXDLGHQJDQSHQGDSDW0F,QWRVKEDKZDSHPHFDKDQ masalah dapat dipandang atau berperan sebagai konteks. Pentingnya pemecahan masalah dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif 53 Ilmu Pengetahuan Alam MXJD GLNHPXNDNDQ 5RELQVRQ 0FUHJRU EDKZD SHQJHPEDQJDQ kemampuan berpikir kreatif memerlukan aktivitas doing something. Salah satu aktivitas tersebut adalah aktivitas pemecahan masalah. Menurut Alexander 2007, aktivitas pemecahan masalah yang dirancang dengan baik akan memberikan kesempatan bagi tumbuhnya berbagai keterampilan berpikir, termasuk berpikir kreatif. Hal ini juga ditegaskan oleh 3HKQRNHQEDKZDDNWLYLWDVSHPHFDKDQPDVDODKGDSDWPHQJHPEDQJNDQ keterampilan kognitif umum yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Meskipun aktivitas pemecahan masalah EHUIXQJVLVHEDJDLNRQWHNVGDQZDKDQDEDJLWXPEXKQ\DNHPDPSXDQEHUSLNLU kreatif, tetapi kelancaran pemecahan masalah belum tentu mencerminkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Haylock Mann, 2005, dengan menerapkan strategi atau metode yang telah diketahui, individu dapat secara sistematis menyelesaikan masalah, tetapi ia belum tentu kreatif karena tidak mengeksplorasi dan mengelaborasi pemahamannya. Meskipun aktivitas pemecahan masalah berperan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi tidak semua jenis masalah mempunyai potensi demikian. Menurut Hashimoto 1997, jenis masalah yang mempunyai potensi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik adalah masalah atau soal terbuka open ended. Masalah terbuka memicu peserta didik untuk secara kreatif mengeksplorasi berbagai cara atau solusi dari masalah tersebut.

b. Prosedur Pembelajaran dengan Creative Problem Solving CPS