akan dapat menambah asupan protein anak sekolah selain dari makanan yang dimakannya Devi, 2012.
Kebutuhan protein anak usia 6-15 tahun mengalami kenaikan. Pada periode usia ini protein digunakan untuk pertumbuhan sel baru, pemeliharaan jaringan dan
pengganti sel yang rusak termasuk sel otak, tulang, otot, kemudian pembentukan komponen tubuh yang penting seperti enzim, hormon, dan sel darah merah devi,
2012.
5.7.2 Kandungan Kalsium dalam Kerupuk Ikan Pora-Pora
Berdasarkan hasil laboratorium terhadap kandungan kalsium pada kerupuk ikan pora-pora dalam berbagai variasi per 100 gram diketahui bahwa kerupuk ikan
pora-pora P
1
memberi sumbangan 28,6 mg, kerupuk ikan pora-pora P
2
memberi sumbangan 51,3 mg, dan kerupuk ikan pora-pora P
3
memberi sumbangan 77,1 mg. Kandungan kalsium yang tinggi adalah pada kerupuk ikan pora-pora P
3
. Kadar kalsium pada kerupuk ikan pora-pora lebih tinggi dibandingkan
kerupuk ikan dengan pati. Kandungan kalsium kerupuk ikan pora-pora ini juga masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan kalsium kerupuk dengan
penambahan tulang ikan patin. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan jenis ikan yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kerupuk ikan.
Berdasarkan Novarno dalam Tababaka 1990 menyatakan bahwa kandungan mineral pada ikan tergantung pada species, dan bagian tubuh ikan yang digunakan.
Faktor penyumbang kalsium pada kerupuk ikan pora-pora ini adalah dari tulang ikan pora-pora karena pada pembuatan kerupuk ikan pora-pora ini ikan pora-
Universitas Sumatera Utara
pora dihaluskan bersama dengan tulang belulangnya. Dan diketahui bahwa tulang pada ikan dapat memberikan persentasi tinggi kalsium Ellya, 2010.
Dengan melihat hasil laboratorium tersebut dapat kita ketahui bahwa penambahan ikan pora-pora dalam pembuatan kerupuk dapat meningkatkan
kandungan kalsium pada kerupuk. Ini dapat dibuktikan bahwa semakin meningkatnya jumlah ikan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk maka semakin meningkat
pula kandungan kalsiumnya. Berdasarkan nilai kandungan kalsium ini, kerupuk ikan pora-pora dapat dijadikan sebagai sumber kalsium yang baik dalam hal ketersediaan
mineral kalsium. Jika dilihat dari kandungan kalsiumnya maka kerupuk ikan pora-pora ini
sangat baik dikonsumsi oleh anak sekolah dikarenakan pada usia ini kebutuhan akan kalsium juga meningkat dimana saat usia anak 10 tahun sampai 18 tahun, yaitu
mencapai 1.000 mg per hari. Jumlah tersebut bahkan merupakan jumlah kebutuhan kalsium tertinggi dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan usia 10-
18tahun adalah saat pertumbuhan tinggi badan yang begitu pesat dan pembentukan masa tulang. Kebutuhan kalsium menurun kembali saat usia 19 tahun.
Dengan melihat jumlah kalsium yang harus dipenuhi oleh anak usia 10-18 tahun yang disarankan untuk dikonsumsi yaitu kerupuk ikan pora-pora P
3
dikarenakan kerupuk ikan pora-pora ini yang memiliki kalsium yang lebih tinggi dimana dengan mengkonsumsi kerupuk ikan pora-pora ini sebanyak 100 gram maka
dapat menambah asupan kalsium 8 dari kebutuhan perharinya. Dimana jika kekurangan kalsium saat usia 10 sampai 18 tahun maka dapat
menyebabkan pertambahan tinggi badan terhambat dan kepadatan tulang tidak
Universitas Sumatera Utara
optimal dan berisiko untuk osteoporosis, sedangkan jika kelebihan kalsium tidak menyebabkan toksik karena bila mengonsumsi berlebihan, maka penyerapan akan
menurun dan dikeluarkan lewat urine Devi, 2012.
5.8 Penerimaan Konsumen terhadap Kerupuk Ikan Pora-Pora dengan Berbagai Variasi Penambahan Ikan Pora-Pora
Keterterimaan konsumen terhadap bahan makanan umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain citarasa aroma, tekstur, rasa dan warna, harga,
gengsi serta nilai gizi kesehatan Gidion, 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari aspek citarasa, keterterimaan
konsumen terhadap kerupuk ikan pora-pora P
1
dan P
3
sama-sama disukai oleh konsumen dimana kerupuk ikan pora-pora P
1
memiliki persentase yang lebih tinggi dari faktor warna dan tekstur hal ini disebabkan oleh karena pada kerupuk ikan pora-
pora P
1
warnanya lebih menarik dibandingkan kerupuk ikan pora-pora P
3
dan dari segi tekstur kerupuk ikan pora-pora P
1
lebih rapuh sedangkan pada kerupuk ikan pora-pora P
3
yang menonjol yaitu aroma dan rasa hal ini dikarenakan lebih banyaknya ikan pora-pora yang ditambahkan dalam pembuatannya sehingga aroma
dan rasanya sudah mulai mendominasi kerupuk ikan pora-pora dibandingkan kerupuk ikan pora-pora P
1
. Ditinjau dari aspek gizi dan kesehatan, dengan adanya penambahan ikan pora-
pora yang bervariasi pada pembuatan kerupuk ikan pora-pora maka dapat diperkirakan bahwa kandungan zat gizi dari kerupuk akan semakin beragam dan
meningkat jumlahnya. Dalam penelitian ini kandungan gizi yang dilihat yaitu kadar protein dan kalsium.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari kadar protein kerupuk ikan pora-pora dengan berbagai variasi penambahan ikan pora-pora yang memenuhi syarat kerupuk sebagai sumber protein
menurut Standar Industri Indonesia SII yaitu kerupuk ikan pora-pora P
3
yaitu 6,40 bb dimana syarat kerupuk sebagai sumber protein yaitu minimal kadar proteinnya
5 bb. Dan jika dilihat dari kadar kalsium yang lebih baik untuk dikonsumsi yaitu kerupuk ikan pora-pora P
3
karena mengandung kadar kalsium lebih tinggi diantara kerupuk ikan pora-pora P
1
dan P
2
. Berdasarkan aspek keterterimaan konsumen terhadap citarasa kerupuk ikan
pora-pora dan aspek gizi maka yang layak untuk diperkenalkan kepada masyarakat sebagai variasi pangan yaitu kerupuk ikan pora-pora P
3
dikarenakan dari faktor keterterimaan konsumen terhadap citarasa kerupuk ikan pora-pora P
3
ini termasuk kategori suka dan dari aspek gizi hanya kerupuk P
3
yang telah memenuhi syarat kerupuk sumber protein dan juga mengandung kadar kalsium yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN