16 Masa krisis merupakan suatu masa dengan gejala-gejala krisis yang menunjukkan
adanya pembelokan dalam perkembangan, suatu kepekaan dan labilitas yang meningkat seperti krisis sekolah dan krisis pekerjaan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, peneliti menarik kesimpulan tentang pengertian remaja dan sekaligus sebagai dasar dalam pemilihan subyek
dalam penelitian ini dengan mengangkat pendapat dari Remplein yang membagi masa remaja ke dalam beberapa tahapan masa dan berdasarkan jenis kelamin,
yakni masa pra-pubertas perempuan 10 ½-13 tahun dan laki-laki 12-14 tahun, pubertas perempuan 13-15½ tahun dan laki-laki 14-16 tahun, krisis remaja
perempuan 15½-16½ tahun dan laki-laki 16-17 tahun, serta adolesensi perempuan 16½-20 tahun dan laki-laki 17-21 tahun.
2. Ciri-Ciri Remaja
Remaja mempunyai ciri khas yang membedakannya dari masa yang lain. Ciri khas tersebut meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan seksual,
perkembangan emosi, perkembangan moral dan religi, pekembangan sosial, perkembangan konsep diri, serta perkembangan inteligensi. Namun, peneliti
menyoroti sebagian dari ciri khas remaja di atas terkait dengan penelitian yang membahas tentang perilaku agresif ini.
a. Perkembangan Emosi
Menurut Zulkifli 2002: 66, keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Jika sedang senang perasannya, remaja
17 mudah lupa diri karena tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap, bahkan
mudah terjerumus ke dalam tindakan yang tidak bermoral. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri daripada pikiran yang realistis.
Menurut Hall dalam Santrock 2003: 10, masa remaja adalah masa yang penuh topan dan tekanan storm and stress, yaitu masa goncangan yang ditandai
dengan konflik dan perubahan suasana hati. Masa tersebut menyebabkan sebuah keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil, dan meledak-ledak.
Kepekaan emosi yang meningkat sering diwujudkan dalam bentuk lekas marah, suka menyendiri, dan kebiasaan nervous.
Tidak semua remaja mengalami tekanan karena tergantung pada masa anak-anaknya dan kesiapan diri untuk menghadapi tuntutan yang baru. Walau pun
pada masa remaja terdapat emosi yang bergejolak, dari masa ke masa akan mengalami perbaikan perilaku Hurlock, 1980: 212-213. Menurut Marcus 2007:
43-44, perkembangan emosi seseorang yang menyebabkan munculnya perilaku agresif dipengaruhi oleh masa-masa sebelumnya. Perilaku agresif pada saat
sekolah dasar menjadi tolok ukur yang sangat penting ketika individu tersebut menginjak sekolah menengah.
Hurlock 1978: 213 menjelaskan bahwa kematangan emosi pada remaja dapat tercapai jika terpenuhi dua faktor berikut: faktor pematangan maturation
dan faktor belajar. Kedua faktor tersebut masing-masing mempunyai peran yang saling mendukung sehingga tidak ada yang mendominasi. Faktor pematangan
yang berarti pematangan hormon mempengaruhi kinerja kelenjar endokrin yang berpengaruh penting pada keadaan emosional, sedangkan faktor belajar yang
18 dimaksud adalah pengalaman belajar menentukan reaksi potensial mana yang
akan digunakan untuk menyatakan kemarahan Hurlock, 1978: 213. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti menarik
kesimpulan seputar perkembangan emosi pada masa remaja. Emosi remaja tergolong labil karena berhubungan dengan hormon di mana pada masa tersebut
juga sedang mengalami proses pematangan.
b. Perkembangan Sosial