56 Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
G. Uji Validitas Instrumen
Sudarwan Danim 2007: 195 menerangkan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut benar-benar dapat dijadikan alat untuk
mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengetahui pedoman observasi dan pedoman wawancara di atas dapat berfungsi mengukur perilaku agresif anak asuh
di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta atau tidak, maka peneliti melakukan validitas instrumen.
Jenis validitas instrumen yang digunakan adalah validitas konsepkonstruk, yakni jenis validitas di mana peneliti menetapkan definisi aspek
yang akan diungkapkan sebagai pengukur apakah materi setiap item tercakup di dalam instrumen. Apabila item dalam instrumen telah memuat semua gejala yang
tergolong dalam definisi yang telah ditentukan, maka instrumen tersebut layak digunakan untuk mengukur variabel Hadari Nawawi, 2005: 137. Aspek yang
akan diungkap dalam penelitian ini adalah perilaku agresif anak asuh. Oleh karena itu, validitas instrumen dilakukan dengan memeriksa apakah item-item dalam
instrumen sudah memuat gejala atau indikator perilaku yang berkaitan dengan perilaku agresif sesuai dengan definisi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Juliansyah Noor 2011: 133, validitas konstruk berhubungan dengan tingkatan di mana skala mencerminkan konsep yang sedang diukur.
Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini memerlukan adanya expert
57 judgement atau pendapat ahli. Ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing
skripsi. Aspek yang diujikan adalah item-item pada kedua buah instrumen di atas, yakni pedoman obsevasi dan pedoman wawancara. Selain itu, peneliti juga
menanyakan kejelasan item-item pertanyaan pada pedoman wawancara dan pedoman observasi kepada key informant dan subjek.
H.
Uji Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh sehingga benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka peneliti menggunakan teknik
triangulasi. “Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data tersebut” Moleong, 2010: 330. Denzin dan Kimchi Sudarwan Danim, 2002: 38 menyebutkan bahwa terdapat lima jenis triangulasi, yakni
triangulasi teoritis, triangulasi data, triangulasi metode, triangulasi investigator, dan triangulasi analisis.
Jenis triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi Data Agar data yang diperoleh dapat dipercaya, maka satu orang subjek diteliti
oleh dua observer. Data akhir yang diperoleh adalah rata-rata data yang diperoleh oleh kedua orang observer.
58 2. Triangulasi Metode
Penelitian ini menggunakan tiga jenis metode, yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Fungsi penggunaan ketiga buah metode tersebut
adalah data yang didapat saling melengkapi sehingga data akhir yang diperoleh dapat terangkum secara menyeluruh.
3. Triangulasi Sumber Peneliti mengecek kebenaran data dari subjek dengan data yang diperoleh
dari key informant agar data tersebut dapat dipercaya. Key informant dalam penelitian ini adalah pengasuh, anak asuh di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda,
dan teman sekolah subjek yang mengetahui kondisi subjek dan bertempat tinggal sama dengan subjek.
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Setting Penelitian
Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda didirikan oleh H. Kusdiyo Wiryowilogo, pada tahun 1991, seorang perwira TNI yang berjiwa sosial tinggi.
Pada awalnya, beliau mengajak musyawarah keluarga besarnya untuk mendirikan panti. Panti yang didirikan tersebut berstatus sebagai yayasan keluarga. Susunan
kepengurusan saat berdirinya panti ini adalah H. Kusdiyo Wiryowilogo dan Ir. H. Budi Kusmarwoto sebagai pembinapendiri, H. Kusdiyo Wiryowilogo sebagai
ketua, Drs. H. Djoko Sudihardjo sebagai wakil ketua, Aan Sutiaman sebagai sekretaris I, H. Imam Santoso sebagai sekretaris II, Hj. Anti Intiningsih, BA.
sebagai bendahara, serta Ir. H. Indro Kusambodo dan Hj. Indah Kuswardani, M.Sc. sebagai anggota.
Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda mendapatkan nomor akta dan resmi setelah didaftarkan pada Dinas Sosial Propinsi DIY dengan alamat kantor
Bangirejo KW 150 Yogyakarta 55241. Notaris yang mengeluarkan akta bernama Daliso Rudianto, S.H. dengan nomor akta 78, tanggal 30 Januari 1995. Panti
Asuhan Islam Ibadah Bunda ini berazaskan Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 serta akidah Islamiah. Tujuan didirikan panti asuhan ini adalah untuk membantu
pemerintah dalam usaha kesejahteraan sosial. Sepeninggalan H. Kusdiyo Wiryowilogo pada tahun 2009, posisi ketua
diduduki oleh Hj. Anti Intiningsih, BA. Ada pun susunan pengurus sejak saat itu