Analisis profil kebosanan pada kehidupan panti asuhan dan perilaku belajar anak (studi kasus).

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PROFIL KEBOSANAN PADA KEHIDUPAN PANTI ASUHAN DAN PERILAKU BELAJAR ANAK

(STUDI KASUS) Peni Cristanti Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa buruk anak merasa bosan dengan kehidupan yang ada di panti asuhan dan faktor yang mempengaruhi efek kebosanan anak terhadap perilaku belajar anak.

Subjek penelitian adalah anak panti asuhan Sancta Maria Boro Yogyakarta yang berjumlah 2 orang. Instrumen penelitian berupa wawancara dan obsevasi terhadap kedua subjek, wawancara dilakukan kepada kedua subjek dan mencari informasi dari pamong panti. Wawancara dilakukan untuk mengatahui seberapa tinggi tingkat kebosanan anak yang mempengaruhi perilaku belajarnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah kode untuk memberikan tanda pada informasi yang akan digunakan, tahap membuat kode adalah dengan membuat catatan awal, catatan lanjut, penulisan transkrip dan pemberian kode, dan pembuatan kode.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: kebosanan yang dirasakan oleh subjek tinggi, hal tersebut dapat terlihat dari perilaku belajar subjek yang sulit untuk diajak berkonsentrasi dalam belajar. Faktor lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitar subjek juga mempengaruhi perasaan bosan tersebut muncul. Subjek merasa kurang nyaman dengan lingkungan di dalam panti serta kurangnya perhatian yang di berikan oleh pamong panti membuat subjek merasa bahwa kehidupan yang di jalaninya menoton dan kurang adanya kegiatan atau hal-hal baru di dalam panti. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kebosanan anak terhadap kehidupan di panti asuhan sangat buruk dan hal tersebut mempengaruhi perilaku belajar anak saat di panti. Hal tersebut membuat peneliti menyarankan adanya perubahan atau kegiatan baru yang bisa dilakukan oleh anak saat di dalam panti sehingga anak tidak merasa monoton dengan kehidupan di panti yang membuat timbulnya kebosanan.


(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE BOREDOM PROFILE ON THE ORPHANAGE LIFE AND THE CHILDREN STUDYING BEHAVIOUR

(CASE STUDY) Peni Cristanti Sanata Dharma University

2015

This study aims to find out how bad if the children feel bored with the life in the orphanage and the factors that affect the children boredom towards the childrean studying behaviour.

The subjects of this study are two children of Santa Maria Boro Yogyakarta Orphanage. The instruments of this study are the interview and the observation of the two interviewee subjects and finding out the information from the orphanage tutor. The interview is conducted to find out how much the level of the children boredom that affect their studying behaviour. The data analysis technique in this study is the code to mark on the information that is used, the stage in making the code is by making initial notes, continual notes, transcript writing and code distribution, and code production.

The study result shows the boredom that is felt by the subjects is high, these result could be seen from the subjects studying behaviour which is difficult to concentrate in studying. The environment factor and the people around the subjects also affect the boredom to occur. The subjects feel uncomfortable with the environment in the orphanage and the lack of attention given by the orphanage tutor makes the subjects feel that their lives are flat and the lack of activity or new things in the orphanage. Based on the study result shows that the children boredom of life in the orphanage is really awful and that thing affect the children studying behaviour in the orphanage. Based on these results, the writer suggests that there should be a change or new activity for the children in the orphanage thus they would not feel flat with the life in the orphanage that could emerge the boredom.


(3)

i

ANALISIS PROFIL KEBOSANAN PADA KEHIDUPAN

PANTI ASUHAN DAN PERILAKU BELAJAR ANAK

(STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Peni Cristanti NIM: 101114023

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Diberkatilah orang yang mengandalk

an Tuhan, yang

menaruh harapannya pada Tuhan” (YEREMIA

17:7)

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang” (AMSAL 23:18)

“Tuhanmu lebih tahu batas rasa sakit yang bisa kau tampung. Jangan sampai engkau meny

erah disaat

selangkah lagi Tuhanmu mengganti kesakitan dengan sejuta keindahan”

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta: Ibu Sri Sumarwati dan Bapak A.Wikamto

Kakakku tersayang Bayu Pratama

Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

Sahabat-sahabat BK 2010 A

Segenap karyawan dan pamong panti asuhan

Segenap anak-anak panti asuhan yang ku sayangi


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

ANALISIS PROFIL KEBOSANAN PADA KEHIDUPAN PANTI ASUHAN DAN PERILAKU BELAJAR ANAK

(STUDI KASUS) Peni Cristanti Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa buruk anak merasa bosan dengan kehidupan yang ada di panti asuhan dan faktor yang mempengaruhi efek kebosanan anak terhadap perilaku belajar anak.

Subjek penelitian adalah anak panti asuhan Sancta Maria Boro Yogyakarta yang berjumlah 2 orang. Instrumen penelitian berupa wawancara dan obsevasi terhadap kedua subjek, wawancara dilakukan kepada kedua subjek dan mencari informasi dari pamong panti. Wawancara dilakukan untuk mengatahui seberapa tinggi tingkat kebosanan anak yang mempengaruhi perilaku belajarnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah kode untuk memberikan tanda pada informasi yang akan digunakan, tahap membuat kode adalah dengan membuat catatan awal, catatan lanjut, penulisan transkrip dan pemberian kode, dan pembuatan kode.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: kebosanan yang dirasakan oleh subjek tinggi, hal tersebut dapat terlihat dari perilaku belajar subjek yang sulit untuk diajak berkonsentrasi dalam belajar. Faktor lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitar subjek juga mempengaruhi perasaan bosan tersebut muncul. Subjek merasa kurang nyaman dengan lingkungan di dalam panti serta kurangnya perhatian yang di berikan oleh pamong panti membuat subjek merasa bahwa kehidupan yang di jalaninya menoton dan kurang adanya kegiatan atau hal-hal baru di dalam panti. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kebosanan anak terhadap kehidupan di panti asuhan sangat buruk dan hal tersebut mempengaruhi perilaku belajar anak saat di panti. Hal tersebut membuat peneliti menyarankan adanya perubahan atau kegiatan baru yang bisa dilakukan oleh anak saat di dalam panti sehingga anak tidak merasa monoton dengan kehidupan di panti yang membuat timbulnya kebosanan.


(10)

viii ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE BOREDOM PROFILE ON THE ORPHANAGE LIFE AND THE CHILDREN STUDYING BEHAVIOUR

(CASE STUDY) Peni Cristanti Sanata Dharma University

2015

This study aims to find out how bad if the children feel bored with the life in the orphanage and the factors that affect the children boredom towards the childrean studying behaviour.

The subjects of this study are two children of Santa Maria Boro Yogyakarta Orphanage. The instruments of this study are the interview and the observation of the two interviewee subjects and finding out the information from the orphanage tutor. The interview is conducted to find out how much the level of the children boredom that affect their studying behaviour. The data analysis technique in this study is the code to mark on the information that is used, the stage in making the code is by making initial notes, continual notes, transcript writing and code distribution, and code production.

The study result shows the boredom that is felt by the subjects is high, these result could be seen from the subjects studying behaviour which is difficult to concentrate in studying. The environment factor and the people around the subjects also affect the boredom to occur. The subjects feel uncomfortable with the environment in the orphanage and the lack of attention given by the orphanage tutor makes the subjects feel that their lives are flat and the lack of activity or new things in the orphanage. Based on the study result shows that the children boredom of life in the orphanage is really awful and that thing affect the children studying behaviour in the orphanage. Based on these results, the writer suggests that there should be a change or new activity for the children in the orphanage thus they would not feel flat with the life in the orphanage that could emerge the boredom.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti tunjukkan kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan berkat dan perlindungannya yang luar biasa sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Profil Kebosanan Pada Kehidupan Panti Asuhan dan Perilaku Belajar Anak.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Robertus Budi Sarwono, M. A., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar senantiasa memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pimpinan dan seluruh Karyawan Panti Asuhan yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian.


(12)

x

6. Kedua orangtuaku A.Wikamto dan Sri Sumarwati yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, doa dan dukungan.

7. Bayu Pratama kakakku yang selalu memberi semangat dan dukungan.

8. Sigit Nugroho yang selalu menjadi sahabat, kakak dan pacar yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

9. Sahabat-sahabat tercinta Helena Rositawati Langitan dan Febby Lawrance yang selalu mendengarkan keluh kesah ku dan selalu mendukung serta mendoakan ku. 10.Sahabat-sahabat Angela Rosari, Andria Slamet, Bernadetha Agustin, Anang

Cahyono terima kasih atas semangat dan dukungannya selama ini dan atas persahabatan yang luar biasa.

11.Taya Diuxy Tanamal, Yunni PS, Rima Taradintawati, Prisca Anindya, Chintya Sekar S.D, Sekar Dewi Hapsari, Josaphat Joko, Michael Gilang P.S, Yosef Tri, Aprianto Pamungkas, Veronica Meidiana, Melani Dian Pratiwi yang selalu memberi semangat, doa, dukungan dan terima kasih atas persahabatan ini.

12.Teman-teman BK 2010 A yang selalu memberikan dukungan dan selalu kompak. 13.Keluarga baru kost “Dahlia”; Regina Riskha, Monika Ika W, Flaviana M.J

Teluma, Maria Pratiwi M. Teluma, Mbak Faustina Yasinta Soke, Gabriella Aldegonda Kristianti Sorongan yang selalu memberi semangat.

14.Semua rekan dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu; terima kasih dukungannya.


(13)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3


(14)

xii

E. Definisi Operasional Variabel ... ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Hakikat Kebosanan dalam Kehidupan di Panti Asuhan ... 6

1. Perilaku Kehidupan Anak di Panti Asuhan ... 6

2. Pengertian Kebosanan ... 7

3.Efek Kebosanan Terhadap Kehidupan di Panti Asuhan ... 9

B. Hakikat Perilaku Belajar ... 11

1. Faktor-faktor Perilaku Belajar ... 12

C. Kerangka Berpikir ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

A. Desain Penelitian ... 16

B. Subjek Penelitian ... 17

C. Setting Penelitian ... 17

D. Instrumen Penelitian ... 18

E. Validitas Data ... 22

F. Teknik Analisa Data ………. 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 28

A. Tempat Pelaksanaan ………28

B. Jadwal Pertemuan dengan Subjek ... 28

C. Subjek 1 ……….. 29 D. Subjek 2 ……….. 35 E. Efek Kebosanan Memepengaruhi Perilaku Belajar ……… 40


(15)

xiii

BAB V PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Lembar Cooding Subjek 1 ... 53

Lampiran 2: Lembar Cooding Subjek 2 ... 56

Lampiran 3: Lembar Cooding Trianggulasi ... 58

Lampiran 4: Verbatim Subjek 1 ... 60

Lampiran 5: Verbatim Subjek 2 ... 63

Lampiran 6: Verbatim Trianggulasi ……… 65

Lampiran 7: Lembar Observasi ………... 67


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang masalah pada bab ini menjelaskan tentang awal mula mengapa peneliti mengambil judul tersebut. Perumusan masalah pada bab ini menjelaskan tentang beberapa pertanyaan untuk lebih memperdalam hal yang akan di teliti. Tujuan penelitian menjelaskan tentang apa tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti. Manfaat penelitian menjelaskan tentang penelitian ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan bisa menjadi referensi jika ada yang ingin mengambil penelitian dengan judul yang sama. Definisi operasional menjelaskan tentang variabel apa saja yang akan dibahas oleh peneliti.

A.Latar Belakang Masalah

Pada jaman modern banyak orang tua sibuk bekerja sehingga terkadang orang tua sangat jarang melihat atau mengetahui bagaimana perkembangan anak-anaknya di rumah. Orang tua biasanya juga mengalihkan pekerjaan mengurus anaknya kepada orang lain tanpa mengetahui bagaimana orang itu bisa membuat anaknya berkembang secara baik. Namun, banyak juga orang tua yang tega menitipkan anaknya di panti asuhan karena tidak sanggup mengurus anaknya. Ada pula orang tua yang bercerai lalu tidak mau mengurus anaknya seorang diri (Single Parent) lalu menitipkannya ke panti asuhan, dengan harapan anak-anaknya kelak bisa menjadi anak yang berkembang dengan baik.


(18)

Namun terkadang orang tua tidak mengetahui bagaimana perasaan anak-anak mereka dan bagaimana rasanya kehidupan di panti asuhan yang orang lain menilainya bahwa panti asuhan adalah tempat anak-anak yang sudah benar-benar tidak mempunyai orang tua. Hal ini membuat anak merasa bahwa orang tua tidak peduli atau tidak mau menerima kehadirannya di rumah. Anak juga akan menjadi pribadi yang kurang percaya diri atau menjadi anak yang kurang perhatian dan bertingkah kepada orang lain. Anak juga terkadang menjadi sulit untuk mengelola emosinya karena trauma tidak di terima di dalam rumahnya sendiri.

Hal ini yang peneliti lihat dan dapatkan saat PPL Komunitas di Panti Asuhan Putra Sancta Maria Boro pada bulan Maret-April lalu. Peneliti melihat banyak yang masih mempunyai orang tua utuh hanya karena mereka sibuk bekerja dan jarang di rumah sehingga anaknya dititipkan pada panti asuhan tersebut. Peneliti melihat keseharian anak-anak yang tidak bersemangat menjalani kegiatan yang ada di panti atau bahkan ada yang benar-benar tidak mau bekerja jika disuruh bekerja. Dalam kegiatan sehari-hari anak cenderung tidak bersemangat dalam bekerja atau mengikuti kegiatan yang ada di dalam panti. Namun ternyata dalam hal belajar pun anak cenderung sulit untuk diajak belajar dan ini berpengaruh kepada prestasi yang diraih di sekolah.

Peneliti akhirnya tertarik untuk bertanya kepada beberapa anak mengapa hal tersebut bisa terjadi dan jawaban mereka adalah mereka merasa bosan hidup di panti dengan kegiatan yang rutin tanpa varian. Kebosanan ini memicu anak menjadi malas melakukan semua hal termasuk dalam hal belajar. Hurlock (1980: 18) menjelaskan bahwa kebahagiaan adalah keadaan sejahtera dan kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul bila kebutuhan dan harapan


(19)

tertentu individu terpenuhi. Ini menjelaskan bahwa anak akan merasa hidupnya bahagia dan tidak merasa bosan apabila apa yang mereka inginkan bisa terpenuhi. Anak tidak akan merasa nyaman apabila semua yang dilakukan monoton atau diam ditempat tanpa ada perkembangan, padahal anak-anak masih membutuhkan banyak hal yang ingin di ketahui dari orang lain atau lingkungan disekitarnya. Kebosanan yang dirasakan oleh anak-anak dianggap wajar karena anak-anak masih harus banyak belajar dan merasakan hal lain. Kebosanan yang terjadi pada anak ini juga memicu kemalasan dalam belajarnya sehingga prestasi yang di dapat di sekolah rendah. Kesimpulan ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan judul penelitian Analisis Profil Kehidupan Panti Asuhan dan Perilaku Belajar Anak.

B. Identifikasi Masalah

Secara sederhana identifikasi masalah adalah suatu tindakan observasi secara langsung, untuk mencari tahu apa faktor penyebab timbulnya masalah. Pada penelitian ini peneliti melihat bahwa anak di dalam panti asuhan terlihat kurang bersemangat dalam menjalani semua kegiatan yang ada di dalam panti. Mulanya peneliti mengira bahwa anak melakukan hal seperti itu adalah untuk menarik perhatian dari orang lain, namun setelah dilakukan observasi dan menanyakannya kepada beberapa anak ternyata masalah yang sebenarnya adalah anak merasakan kebosanan dengan kehidupan di panti asuhan.

Masalah kebosanan yang terjadi di dalam panti ini disebabkan karena anak merasa kurang di perhatikan dan kegiatan yang ada di dalam panti monoton dan


(20)

tidak ada perubahan, tidak ada hal baru yang di dapatkan sehingga anak merasa bosan dengan rutinitas yang ada di dalam panti. Kurangnya perhatian dari pamong panti juga membuat anak merasa bosan karena kurang diperhatikan oleh pamong panti yang seharusnya bisa menjadi sosok pengganti orang tuanya.

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Masalah

Batasan masalah diperlukan agar ruang lingkup penelitian menjadi lebih jelas, fokus, dan lebih spesifik. Judul penelitian yang diambil oleh peneliti adalah membahas tentang kebosanan anak panti pada kehidupan di dalam panti asuhan dan pengaruhnya kepada perilaku belajarnya. Dalam hal ini peneliti hanya memfokuskan kepada kebosanan anak disebabkan oleh apa sehingga membuat anak merasa bosan dengan kehidupan di dalam panti asuhan sedangkan di dalam panti mereka mempunyai banyak teman.

Kebosanan yang terjadi pada anak panti ini mempengaruhi perilaku belajar anak saat di dalam panti. Anak cenderung menjadi lebih malas belajar dan sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. Perilaku tersebut peneliti lihat saat jam belajar di panti, anak panti lebih sering bermain sendiri dengan teman lainnya, mengobrol atau bahkan tidur saat jam belajar sedang berlangsung. Hal ini yang mendorong peneliti untuk meneliti masalah yang ada di dalam panti.

D. Rumusan Masalah

1. Seberapa buruk tingkat kebosanan anak pada kehidupan panti?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi efek kebosanan terhadap perilaku belajar anak?


(21)

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui seberapa buruk anak merasa bosan dengan kehidupan yang ada di panti asuhan.

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi efek kebosanan anak terhadap perilaku belajar anak.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini lebih lanjut diharapkan bisa bermanfaat:

1. Manfaat Teoritis

Peneitian ini memberikan informasi tentang bagaimana kehidupan di panti asuhan sebenarnya yang orang lain tidak tahu.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang Tua

Agar orang tua mengetahui bagaimana kehidupan di panti asuhan dan orang tua mau memikirkan ulang jika ingin menitipkan anak-anaknya di panti asuhan.

b. Bagi Pembaca

Agar pembaca bisa mengetahui dan merasakan bagaimana hidup di panti asuhan sebenarnya.

c. Bagi Pengelola Panti Asuhan

Agar pihak panti asuhan atau pengelola panti asuhan mengetahui apa yang anak rasakan selama hidup di panti.


(22)

d. Bagi Anak Panti Asuhan

Agar anak panti asuhan mengetahui bahwa sebenarnya kegiatan yang ada di panti tersebut sangat bermanfaat bagi diri mereka sendiri di masa depan.

G. Definisi Operasional

1. Kebosanan berasal dari kata bosan yang berarti keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu.

2. Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

3. Perilaku belajar adalah tingkah laku anak dalam belajar yang terkadang bisa berubah tergantung dari keadaan atau situasi yang dialamunya secara berulang-ulang.


(23)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini disajikan pengertian kebosanan dan perilaku belajar. Pada bab ini diuraikan satu persatu apa pengertian dari kebosanan dan perilaku belajar. Kebosanan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar.

A. Hakikat Kobosanan dalam Kehidupan di Panti Asuhan 1. Perilaku Kehidupan Anak di Panti Asuhan

Menurut Ling Jonathan (2012) mengatakan bahwa perilaku kehidupan anak di panti asuhan sangat berbeda dengan perilaku anak di luar dari panti asuhan. Anak yang berada di luar panti asuhan biasanya mereka jauh lebih bisa berkembang dengan baik dibawah pengawasan dari orang tua langsung. Orang tua mengetahui tumbuh kembang anaknya sehingga orang tua bisa mengontrol langsung apa saja yang dilakukan oleh anaknya. Pada dasarnya semua anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik hanya saja tergantung dari orang tua mereka masing-masing apakah bisa membuat anaknya menjadi anak yang baik dan berkembang sesuai dengan usianya.


(24)

Anak yang berada di dalam panti biasanya tidak seberuntung anak yang berada di luar panti. Mereka cenderung lebih cepat merasakan bosan dan tidak bisa di atur. Anak yang berada dalam panti biasanya adalah anak-anak korban perceraian orang tua mereka, anak-anak terlantar, anak-anak yatim piatu dan juga ada anak-anak yang memang sengaja di titipkan di panti asuhan karena orang tuanya sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai waktu untuk anaknya. Hal ini membuat perilaku anak yang berada di dalam panti asuhan lebih cenderung sulit di atur dan sulit untuk berkembang dengan baik.

Anak yang berada di dalam panti biasanya kurang mendapatkan perhatian yang penuh dari pamong panti sebagai pengganti orang tua mereka. Oleh sebab itu perilaku anak yang tinggal di dalam panti biasanya lebih cenderung sulit di atur serta perkembangan dirinya juga tergolong berbeda dengan anak yang di luar panti. Perilaku yang di tunjukkan anak di dalam panti biasanya seperti malas belajar karena merasa bosan dengan keadaan yang ada di dalam panti asuhan. Hal ini di sebabkan karena anak yang berada di dalam panti asuhan merasakan kebosanan dengan rutinitas yang monoton.

2. Pengertian Kebosanan

Menurut Sunaryo Wowo (2012) kebosanan berasal dari kata bosan yang berarti keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan


(25)

yang monoton dari waktu ke waktu. Aktivitas yang rutin adalah salah satu penyebab kebosanan, bukan hanya di keluarga saja tetapi juga di panti asuhan dan sekolah pun juga sering terjadi kebosanan. Menurut Sunaryo Wowo (2012) penyebab kebosanan di panti asuhan yang menimpa anak antara lain :

a. Anak terlalu banyak mengikuti kegiatan yang ada di dalam panti asuhan

b. Lingkungan yang tidak menyenangkan c. Kurangnya perhatian

Setiap orang dalam menjalani kehidupan pasti pernah merasakan kebosanan dalam hidupnya, terkadang orang tersebut menjadi sulit berinteraksi dengan orang lain dan bahkan mencari kesibukan bagi dirinya sendiri guna menghilangkan kebosanan yang ada dalam dirinya. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan sosialnya karena terkadang seseorang menjadi mudah menarik diri dengan lingkungannya karena merasa bosan dengan lingkungannya. Orang lebih memilih menyendiri dari pada harus berinteraksi langsung dengan orang-orang disekitarnya yang menurutnya itu membuat dirinya bosan. Namun terkadang orang tidak sadar akan hal tersebut yang secara tidak langsung jika suasana hati merasa bosan akan merubah sikapnya juga terhadap orang lain. Hal ini dapat mempengaruh sikap sosial orang menjadi negatif karena merubah sikapnya secara tidak langsung menjadi sikap yang tertutup kepada orang lain dan menjadi tidak mempedulikan lingkungan sekitarnya.


(26)

3. Efek Kebosanan Terhadap Kehidupan di Panti Asuhan

Kebosanan yang dialami oleh seseorang pada suatu kondisi atau keadaan tertentu bisa membuat seseorang tersebut stres atau tertekan dengan keadaan dan kondisinya saat. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi interaksi seseorang terhadap orang lain. Kebosanan yang biasanya terjadi pada anak karena anak sulit untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam dirinya. Lovett, 2002 (dalam Ling Jonathan & Catling Jonathan) mengatakan bahwa suatu masalah terjadi ketika ada sesuatu yang menghalangi anda untuk sampai ke posisi yang anda inginkan dari posisi anda saat ini, dari kondisi anda saat ini ke kondisi yang menjadi tujuan anda, dan anda tidak mengetahui bagaimana mengatasi hambatan itu. Hal ini yang membuat anak cepat sekali merasa bosan dengan suatu keadaan yang tidak di sukainya, anak cenderung akan manarik diri secara perlahan-lahan karena anak merasa tidak nyaman saat tujuan yang di inginkannya tidak tercapai atau tidak terpenuhi. Ini membuat emosi yang ada dalam diri anak menjadi tidak stabil dan anak sulit menahan emosi yang ada dalam dirinya.

Menurut Kenealy, 1997 (dalam Ling Jonathan & Catling Jonathan) bahwa perasaan yang di rasakan seseorang semua tergantung kepada ingatan yang sedang dialami oleh individual, saat ingatan yang dialami sedang tidak baik maka perasaan yang dirasakan juga tidak baik begitu juga sebaliknya jika ingatan yang dialami senang atau baik maka perasaan yang dirasakan atau dialami juga senang dan baik. Oleh sebab itu anak jangan sampai merasakan


(27)

sesuatu yang membuatnya trauma atau sakit hati karena hal ini mempengaruhi perasaannya setiap hari. Ingatan melalui petunjuk tidak dipengaruhi suasana hati, yang menyiratkan bahwa kendati suasana hati dapat mempengaruhi penarikan, namun petunjuk yang lebih kuat mengalahkan pengaruhnya. Dalam rasa kobosanannya anak belum bisa mengendalikan dirinya dengan baik, mungkin hal ini juga mempengaruhi sikap anak yang cenderung menolak atau tidak mau melakukan sesuatu hal yang ada jika apa yang dilakukn tidak sesuai dengan apa yang anak inginkan. Banyak orang tua yang berpikir bahwa anak akan merasa jika dimanja dan nantinya anak akan menjadi seseorang yang penurut atau bahkan bisa menghormati kedua orang tuanya. Namun disini orang tua tidak mengetahui bahwa jika anak di manja lama kelamaan anak akan merasa bosan dan monoton dengan suatu keadaan yang ada dalam dirinya, anak akan menganggap bahwa orang tua membatasi kegiatan anak meskipun menurut orang tua hal itu baik namun menurut anak itu adalah hal yang membosankan bagi dirinya karena anak menjadi tidak bebas dan tidak mempunyai kesempatan melakukan hal lain dalam dirinya.

Vermunt dan Verloop 1999:268 (dalam Dr. Sunaryo Wowo 2012) mengatakan bahwa seseorang memiliki derajat tertinggi karena adanya pengaturan diri, lebih lanjut memberikan dampak pada sifat belajar. Oleh karena itu, pembelajaran yang mempromosikan proses berpikir kritis dapat dilakukan kepada para siswa, yang menyangkut argumen-argumen, perbedaan pandangan, dan mengorganisasi melalui diskusi kelompok. Dengan berpikir biasanya anak cenderung mendapatkan ide-ide yang baik untuk dilakukan


(28)

bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu biasanya anak cenderung lebih suka menyendiri atau sibuk dengan dirinya sendiri saat dirinya sedang merasa bosan dengan lingkungan disekitarnya. Anak biasanya cenderung menarik dirinya dan terkadang hingga membuat anak merasa nyaman jika hidup sendiri tanpa adanya campur tangan dari orang lain. Hal ini jika di diamkan bisa menyababkan anak menjadi tidak bisa berkembang dengan baik di lingkungan dimana dirinya berada.

B. Hakikat Perilaku Belajar

Menurut Skinner (1985) belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Perilaku belajar yang dimiliki oleh seorang anak semua berhubungan dengan perubahan tingkah laku anak terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, pematangan atau keadaan-keadaan sesaat si anak, misalnya saja seperti kebosanannya pada kehidupan di panti asuhan yang setiap harinya melakukan kegiatan dan hal yang sama. Perubahan perilaku belajarnya biasanya ditunjunkkan dengan si anak jika jam belajar tidur di tempat belajar atau membaca buku yang bukan buku pelajaran seperti komik atau majalah. Anak akan cederung malas belajar


(29)

jika apa yang di inginkan tidak terwujud atau merasa bosan dengan kondisi dan keadaan yang ada dalam dirinya saat itu.

1. Faktor-faktor Perilaku Belajar

Setiap individu memang tidak ada yang sama perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak-anak. Perilaku belajar dimana anak tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itu dapat dikatakan bahwa anak merasa kesulitan belajar. Menurut Ahmadi (1991) ada dua faktor yang menyebabkan anak merasa sulit belajar yaitu faktor sosial dan faktor non sosial. Dalam hal ini perilaku belajar anak yang malas belajar tergantung pada keadaan dirinya sendiri atau di luar dirinya. Dalam hal ini faktor orang tua sangat mempengaruhi perilaku anak malas belajar. Banyak orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, acuh tak acuh atau bahkan tidak peduli tentang perkembangan belajar anaknya. Orang tua yang bersifat kejam dan otoriter akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal yang seperti ini membuat terkadang anak merasa bosan karena tidak pernah ada perubahan dalam dirinya karena orang tuanya tidak memperhatikannya.

Faktor lainnya yang membuat perilaku belajar anak adalah faktor lingkungan sekitar yang terkadang menuntut anak untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Anak di tuntut untuk mengikuti semua kondisi


(30)

yang ada di sekitar yang menurut dirinya itu monoton atau bahkan membosankan. Hal ini bisa menyebabkan anak menjadi tidak betah disuatu tempat untuk tinggal lama didalamnya. Anak akan menjadi seorang yang pembangkang dan sulit diatur jika sudah seperti ini perilaku belajar anak dirumah atau disekolah akan menjadi jelek dan ini sangat berpengaruh kepada prestasi belajar anak atau hasil belajar anak menjadi menurun. Menurunnya tingkat prestasi anak akan menyebabkan anak merasa bahwa sekolah atau belajar bukanlah sesuatu hal yang penting karena orang tuanya saja tidak mau memperhatikannya saat belajar atau perkembangan belajar anak di sekolah maupun di rumah.

Faktor berikutnya adalah kebosanan, kebosanan yang dialami oleh seorang anak pada tahap sekolah sangat mempengaruhi perilaku belajarnya. Perilaku belajar yang ditunjukkan anak terkadang tidak baik seperti saat jam belajar anak justru tidur atau membaca buku yang bukan buku pelajaran. Hal ini tidak hanya dilakukan di rumah namun juga saat disekolah, biasanya saat dikelas jika anak sudah bosan mendengarkan gurunya mengajar anak akan mengganggu teman sebangkunya atau membuat kegaduhan lainnya. Kebosanan di lingkungan tempat anak tinggal sangat mempengaruhinya karena anak merasa tidak ada motivasi dalam dirinya untuk bisa belajar dengan baik. Perilaku belajar anak yang sudah bosan ini bisa dilihat bahwa anak sulit dan bahkan tidak mau untuk diajak belajar. Anak akan berpikir bahwa belajar adalah bukan sesuatu hal yang penting untuk dirinya, anak


(31)

tidak akan mengerti apa keuntungan kalau ia belajar dan kerugiannya kalau ia tidak belajar. Anak akan terus membangkang dan tidak akan pernah mau untuk diajak belajar.

Perilaku belajar yang timbul dari dalam diri anak akan menyulitkan anak untuk bisa berinteraksi dengan orang lain juga. Saat kerja kelompok contohnya anak akan sulit untuk diajak bekerja sama dengan teman lainnya, anak akan lebih cenderung diam atau bahkan malas jika harus membahas suatu pelajaran tertentu secara bersama-sama. Jika menurut anak merasa sudah tidak nyaman dengan keadaan tersebut maka anak akan meninggalkan teman-temannya dan memilih untuk mengerjakannya sendirian. Hal ini tidaklah baik untuk perkembangan sosial anak dan perkembangan belajarnya. Perlaku anak yang pemalas akan diperlihatkan anak jika anak sudah merasa bosan dengan lingkungan atau kondisi dirinya disuatu tempat.

C. Kerangka Berpikir

Anak panti merasakan kebosanan dengan apa yang mereka jalani selama ini di dalam panti. Kebosanan ini di karenakan rutinitas yang mereka lakukan hanya monoton dan tidak ada perubahan setiap harinya. Kebosanan yang terjadi terhadap anak ini mempengaruhi perilaku belajar mereka yang menjadi malas dalam belajar dan melakukan kegiatan lain seperti bekerja. Anak panti menginginkan adanya perubahan yang terjadi di dalam panti sehingga membuat


(32)

mereka merasakan kenyamanan saat berada di dalam panti. Berikut dipaparkan kerangka berpikir dari hasil penjelasan diatas:

Anak Panti

Bosan

Kehidupan di dalam Panti Asuhan


(33)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan desain penelitian, subyek penelitian, setting penelitian, instrumen penelitian, validitas data, dan teknik analisis data. Desain penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak Panti Asuhan Putra Sancta Maria Boro.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2011), penelitian kualitatif adalah penelitan yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video, dan lain-lain.

Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Ahmadi (2014) mengatakan bahwa penelitian studi kasus adalah eksaminasi sebagian besar atau seluruh aspek-aspek potensial dari unit atau kasus khusus yang dibatasi secara jelas (serangkaian kasus). Suatu kasus itu bisa berupa indicidu, keluarga, pusat kesehatan masyarakat, rumah perawat, atau suatu organisasi.


(34)

B. Subyek Penelitian

Sugiyono (2011) menjelaskan karakteristik penelitian kualitatif diarahkan pada kasus-kasus tipikal sesuai dengan masalah penelitian. Subjek dalam penelitian adalah anak-anak Panti Asuhan Putra Sancta Maria Boro yang merasa bosan dengan kehidupan di panti dan kebosanan yang mereka rasakan berpengaruh terhadap perilaku belajarnya di sekolah. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang. Subjek yang peneliti ambil adalah anak-anak kelas 6 SD yang sudah tinggal sejak kecil di panti asuhan.

Subyek sudah lama mengalami kebosanan karena subyek merasa bahwa kehidupan yang ada di panti monoton dan tidak ada perubahan yang membuat mereka nyaman. Subyek sudah tinggal dari kecil lebih tepatnya sudah hambil 6 tahun karena subyek diitpkan oleh kedua orangtuanya yang tidak mampu membiayai sekolah. Subyek hanya pulang ke rumah jika saat waktu liburan sekolah dan itu jika mendapatkan ijin dari pimpinan panti.

C. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di panti asuhan dengan metode studi kasus. Bogdan dan Biklen (dalam Ahmad, 2014: 69) mengatakan bahwa studi kasus adalah suatu kajian yang rinci tentang satu latar, atau subjek tunggal, atau satu tempat penyimpanan dokumen, atau suatu peristiwa tertentu. Selama melakukan penelitian, peneliti melakukan obsevasi dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai anak-anak dalam panti, karyawan panti dan pemimpin panti asuhan.


(35)

D. Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan wawancara dan observasi. Wawancara yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang bagaimana latar belakang kehidupan subyek penelitian. Sedangkan observasi dilakukan pada saat peneliti berinteraksi atau bertemu langsung dengan obyek, melihat secara langsung bagaimana obyek berinteraksi langsung dengan orang lain, mencatat apa saja yang menarik, melakukan analisis, dan kemudian ditarik kesimpulan. Masing-masing teknik pengumpulan data tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Wawancara

Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara secara mendalam kepada subjek dan orang-orang yang ada di sekitar subjek. Tujuan dari wawancara secara mendalam adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana anak bisa merasa bosan hidup di panti asuhan. Sedangkan tujuan dari wawancara yang melihat dari riwayat kahidupannya adalah untuk mengetahui bagaimana kehidupan obyek sebelum obyek berada di panti asuhan.

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yang sering kali disebut sebagai suatu wawancara terfokus. Wawancara terstruktur adalah model pilihan jika pewawancara mengetahui apa apa yyang tidak diketahuinya dan oleh karenanya dapat membuat kerangka pertanyaan yang


(36)

tepat untuk memperolehnya. Dalam wawancara terstruktur, pertanyaan ada di tangan pewawancara dan respons terletak pada responden.

Berikut ini merupakan panduan wawancara yang telah di persiapkan oleh peneliti:

No. Panduan Wawancara 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Apa yang membuat anda merasa bosan dengan kehidupan di panti asuhan ini?

Hal apa yang anda inginkan sehingga bisa menghilangkan rasa bosan tersebut?

Dengan kehidupan di panti yang membosankan ini apakah perasaan itu berpengaruh kepada perilaku belajar di sekolah?

Apakah anda sudah pernah menyarankan kepada pamong untuk melakukan kegiatan lain di luar panti? Dengan suasana yang ramai di panti mengapa anda masih merasa bosan hidup di panti?

Ketika perasaan bosan itu datang apa yang anda lakukan untuk menghilangkannya?

Kegiatan apa saja yang membuat anda bosan? Apakah anda merasa nyaman tinggal di panti?

Apakah anda pernah dimarahi sama pamong saat melakukan hal lain di luar kegiatan panti?


(37)

10. 11.

12.

13.

14.

Apakah anda menginginkan sesuatu yang baru di panti? Mengapa saat jam belajar panti tiba anda tidak pernah bisa berkonsentrasi dalam belajar?

Pernah atau tidak pamong atau karyawan memperhatika anda saat sedang belajar atau bekerja?

Apakah anda pernah mengungkapkan perasaan bosan yang anda rasakan selama di panti ini terhadap pamong atau karyawan panti?

Kalau anda melakukan kegiatan atau hal di luar kegaiatan panti apakah pamong selalu memarahi anda?

2. Observasi

Nasution,1988 (dalam Sugiyono, 2011) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Marshall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about bahavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Observasi dilakukan di sebuah panti asuhan di Yogyakarta, melihat keseharian serta kegiatan apa saja yang dilakukan anak di dalam panti. Hal-hal apa saja yang membuat anak merasa


(38)

bosan di dalam panti serta cara anak mengatasi perasaan bosannya.

Menurut Patton dalam Nasution (1988), manfaat observasi adalah sebagai berikut:

a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalam langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipegaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang

berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa”

dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara. d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang

sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.


(39)

f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

E. Validitas Data

Menurut Sugiyono (2011), validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data

“yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.

Validitas data menggunakan trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan kebenaran data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap obyek penelitian (Moloeng, 2004:330). Teknik terianggulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain.

Trianggulasi dilakukan oleh peneliti setelah peneliti melakukan observasi kepada subjek. Trianggulasi dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pamong panti dan karyawan panti yang sehari-hari melakukan interaksi dengan subjek. Dari hasil wawancara tersebut barulah peneliti membandingkannya dengan obyek penelitiannya.


(40)

F. Teknik Analisa Data

Data penelitian ini dianalisi secara kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang membuat subyek merasa bosan dengan kehidupan di panti dan observasi dilakukan untuk melihat perilaku belajar subyek dengan suasana yang membosankan tersebut. Peneliti juga menggunakan beberapa metode dalam melakukan teknik analisis data, antara lain:

1. Kode (Cooding)

Dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Ahmad, 2014: 209) kode adalah atiket atau label untuk menandai unit-unit makna pada informasi deskriptif atau infersial yang disetujui selama suatu kajian. Pengodean data adalah pekerjaan yang berat dari penurunan tumpukan data mentah ke dalam tumpukan yang dapat dikelola. Pembuatan kode merupakan kegiatan teknis dalam proses pencatatan data ke arah persiapan untuk analisis data, dalam hal ini


(41)

pembuatan kode adalah hal yang penting pada penelitian kualitatif. Berikut beberapa tahapan pembuatan kode:

a. Catatan Awal

Catatan awal di sini adalah pencatatan hasil pengumpulan data selama peneliti berada di lapangan. Catatan ini menurut Spradley (dalam Ahmad 2014: 220) disebut sebagai catatan singkat (short notes), yakni cacatan yang dibuat pada saat peneliti melakukan observasi atau wawancara. Pada saat peneliti melakukan observasi atau wawancara kepada subyek peneliti akan membuat catatan dan biasanya ditulis dengan singkatan-singkatan karena peneliti harus bisa mengejar atau menulis semua yang diungkapkan subyek.

b. Catatan Lanjut

Menurut Spradley (dalam Ahmad 2014: 220) catatan ini disebut sebagai catatan yang diperluas (expanded notes), yakni catatan yang dibuat segera mungkin setelah masing-masing sesi lapangan. Segera setelah peneliti melakukan observasi atau wawancara, peneliti menyempurnakan catatan awal dengan memberikan huruf-huruf atau singkatan-singkatan yang digunakan sehingga menjadi kalimat sempurna dan komunikatif. Membuat catatan lanjut sangat perlu dilakukan guna membantu peneliti mengingat kembali hal-hal yang sudah dilakukannya selama di lapangan.


(42)

c. Penulisan Transkrip dan Pemberian Kode

Menurut Creswell (dalam Ahmad 2014: 223) selama penghimpunan data di lapangan peneliti menghimpun teks atau kata-kata melalui wawancara dengan para partisipan atau dengan menulis catatan lapangan selama observasi. Transkripsi adalah proses mengubah rekaman audiotape atau catatan lapangan ke dalam data teks.

Dalam proses pemberian kode terhadap data (informasi) atau teks, peneliti membuat transkrip (wawancara atau catatan lapangan-observasi) dengan mengetik data dari catatan lanjut (yang ditulis tangan) atau mengkopi dari teks yang sukah diketik di komputer. Formatnya adalah ada kolom nomer baris dan kolom data teks. Nomor baris menunjukan tentang posisi kutipan informasi (data) pada lembat transkrip data. Pemberian nomer baris (line numbers) ini penting karena mempermudah bagi peneliti atau orang lain menelusuri posisi informasi (data) dalam transkrip.

d. Pembuatan Kode

Pembuatan kode (cooding) merupakan salah satu tahapan penting dalam proses analisis data penelitian kualitatif. Maksud dari pembuatan kode ini untuk mempermudah dalam pencarian (penelusuran) posisi data yang disimpan dalam transkrip data dan kaitannya dengan tujuan penelitian. Pada tahapan terakhir, yaitu pembuatan kategori atau klasifikasi, peneliti memenggal


(43)

teks dari tumpukan teks yang sangat banyak dan di pindah atau diletakkan pada unsur-unsur kategori atau klasifikasi tertentu sesuai dengan fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti harus membuat format kategori data agar mempermudah peneliti mengetahui teks-teks tertentu yang diperlukan untuk kepentingan analisis.

Silveraman (dalam Ahmad 2014: 228) mengatakan ketika peneliti berhadapan dengan teks, data itu telah tersedia, tidak disaring melalui catatan lapangan peneliti. Isu-isu realibilitas sekarang muncul hanya melalui kategori-kategori yang peneliti gunakan untuk menganalisi setiap teks. Ini penting kategori-kategori ini hendaknya digunakan dalam suatu cara yang terstandar sehingga peneliti lain pun dapat mengkategorikan dengan cara yang sama.

Berikut adalah alur analisis data: DATA

Verbatim Penggolongan

Coding TEORI

Analisis Umum: 1. Faktor Sosial 2. Faktor Non Sosial


(44)

2. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2011) reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

3. Data Display (penyajian data)

Menurut Sugiyono (2011) data display menyajikan sekumpulan informasi yang sudah tersusun sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan dapat menentukan kemungkinan adanya rencana kerja selanjutnya atau penarikan kesimpulan.

4. Conclusion Drawing/verification

Conclusion Drawing/verification, menarik kesimpulan dari data yang sudah tersedia.


(45)

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pelaksanaan dan pembahasan. Terdiri dari tempat pelaksanaan penelitian. Jadwal pertemuan dengan subjek. Data tentang subjek. Pembahasan mengenai kebosanan terhadap kehidupan di panti asuhan yang berpengaruh terharap perilaku belajar subjek 1 dan subjek 2.

A. Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sebuah panti asuhan di daerah Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama satu bulan dari bulan Mei sampai bulan Juni. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Di panti asuhan, peneliti mengikuti subjek selama satu bulan (live in).

B. Jadwal Pertemuan dengan Subjek

Selama penelitian, peneliti bertemu dengan subjek:

Tabel 1. Agenda pertemuan dengan subjek

NO TANGGAL

PERTEMUAN

KETERANGAN TEMPAT

1 24 Mei 2014 Bertemu dengan kedua subjek untuk menanyakan apakah subjek bersedia menjadi subjek dan menjelaskan maksud dari penelitian.

Di ruang doa

2 27 Mei 2014 Wawancara kepada pamong panti terhadap sikap anak-anak selama dipanti.

Di taman panti asuhan


(46)

3 30 Mei 2014 Memberikan daftar pertanyaan dan wawancara kepada subjek seputar kebosanan terhadap kehidupan di panti asuhan.

Di ruang doa

4 2 Juni 2014 Mencari informasi dan data dari subjek kepada karyawan panti.

Di ruang administrasi 5 9 Juni 2014 Wawancara kepada subjek

tentang perilaku belajar subjek di panti asuhan.

Di ruang doa

6 12 Juni 2014 Mencari informasi kepada teman-teman subjek tentang bagaimana sifat subjek.

Di taman panti asuhan

7 20 Juni 2014 Wawancara kepada subjek tentang kebosanan dan

pengaruhnya terhadap perilaku belajar di panti asuhan

Di ruang doa

C. Subjek 1

1. Penghimpunan Data Subjek a. Deskripsi Umum Kasus

Nama : Andre

Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 21 Juli 2001 Asal Daerah : Magelang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 13 tahun

Agama : Katolik

Alamat : Muntilan

Anak ke- : 2 dari 4 bersaudara Pendidikan Terakhir : SD


(47)

Cita-cita : Menjadi pemain sepak bola profesional Hobby : Bermain bola dengan teman-teman

Penampilan Fisik : Tinggi badan ± 154cm, berat badan ± 55kg, kulit sawo matang, badan sedikit berisi, rambut pendek tebal lurus, bentuk wajah lonjong, mata bulat, bibir tebal, hidung pesek.

Penampilan Psikis : Terbuka, ramah, banyak bicara, jahil. Sumber Informasi : Subjek, pamong panti dan teman subjek.

b. Analisis

Analisis data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi dan juga wawancara kepada subjek. Wawancara dilakukan secara bertahap dan beberapa waktu yang berbeda. Observasi dilakukan dengan mengamati perilaku dan sikap subjek selama berada di dalam panti. Wawancara dilakukan tidak hanya dengan subjek yang bersangkutan namun juga dengan pimpinan panti yang mengetahui bagaimana kehidupan subjek selama di panti. Wawancara yang dilakukan dengan subjek menanyakan bagaimana cara subjek menghilangkan perasaan bosannya dan apa yang dilakukan subjek untuk bisa menghilangkan perasaan bosannya tersebut.

1. Menginginkan Perubahan

Kehidupan yang terjadi di dalam panti asuhan biasanya sangat berbeda dengan kehidupan di rumah yang di dalam terdapat orang-orang yang dekat atau saling menyayangi dan menjaga antar anggota keluarga. Kehidupan di dalam panti


(48)

asuhan cenderung individual dan kurang mendapatkan perhatian dari sosok seorang ayah atau ibu dan saudara-saudara.

Keadaan yang terjadi di dalam panti asuhan terkadang menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai seperti bekerja bakti membersihkan lingkungan panti. Pekerjaan yang anak-anak lakukan ini hampir setiap hari mereka lakukan sehingga terkadang membuat anak merasa bosan dengan kegiatan yang terjadi di dalam panti. Seperti Andre yang merasakan bosan bosan karena bekerja setiap hari sehingga membuat waktu bermainnya menjadi berkurang atau bahkan tidak ada.

Peneliti: “kegiatan apa di dalam panti yang buat kamu itu bosan?”

Subjek: “hmm, disuruh kerja mbak setiap sore. Waktu bermainnya cuma sedikit banget.”

Peneliti: “emang ngga boleh ya klo ngga kerja? Harus semuanya kah kerja begitu?”

Subjek: “ngga boleh mbak, itu tuh kayak pekerjaan wajib buat kita, kalau ngga kerja dimarahin mbak. Jadi ya kadang-kadang setengah hati ngerjainnya.” (W/S1/PERS-PART/001-010)

Menurut Andre kehidupan yang terjadi di dalam panti itu sangat-sangat membosankan karena tidak ada kegiatan lain yang bisa dilakukannya baik di dalam panti ataupun di luar panti. Andre sudah pernah memberikan saran kepada pamong panti untuk melakukan kegiatan panti namun sayangnya saran tersebut belum pernah terlaksana sampai saat ini.

Peneliti: “lalu kamu pernah ngga pengen sesuatu yang baru di dalam panti ini?”

Subjek: “pengen lah mbak, sering banget aku kadang ngobrol-ngobrol sama temen-temen yang lain buat sesuatu yang beda tapi ya ngga pernah boleh mbak.”


(49)

Peneliti: “kamu pernah ngga mengusulkan kegiatan lain yang bisa dilakukan di panti?”

Subjek: “pernah mbak, sering malah. Tapi ya apa yang terlaksana, ngga ada mbak. Mau protes pun takut mbak nanti di marahi.” (W/S1/PERS-PART/011-021)

Andre merupakan salah satu anak yang bisa dikatakan cukup aktif dari anak-anak lainnya sehingga terkadang Andre merasa paling cepat merasakan bosan pada suatu keadaan yang menurutnya membosankan. Ketika perasaan bosan tersebut datang biasanya Andre mencoba menghibur dirinya sendiri.

Peneliti: “kalau saat perasaan bosan mu itu datang biasanya apa yang kamu lakuin?”

Subjek: “ya paling nonton televisi mbak, jahilin temen atau paling kalau bisa ya aku tidur.”

Peneliti: “di panti ini kan kamu banyak temen kenapa kok masih bisa bosen?”

Subjek: “iya sih mbak tapi ya itu ngga ada kegiatan tambahan jadi yang bisa dilakuin juga cuma sedikit mbak.”

(W/S1/PERS-PART/022-030)

Andre adalah seorang anak-anak yang keinginan bermainnya masih sangat tinggi. Begitu juga anak-anak lain di panti yang kebanyakan masih ingin selalu bermain dibandingkan belajar atau menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya. Pamong panti sudah sering dengan kebijaksanaanya mencoba untuk memberikan fasilitas yang ada seperti memberikan mainan dari hasil sumbangan dari orang lain.

Peneliti: “pak kelihatannya anak-anak kok tidak bersemangat ya bekerjanya?”

Pamong: “ya mungkin mereka bosan mbak disini disuruh bekerja terus.”

Peneliti: “anak-anak bilang katanya pernah memberikan saran buat melakukan kegiatan lain pak tapi tidak pernah terlaksana pak. Apa benar pak?”

Pamong: “iya benar mbak. Bukannya saya tidak mau melaksanakan kegiatan tersebut hanya saja anak-anak meminta untuk piknik keluar panti, ya saya tidak ijinkan


(50)

mbak karena butuh pengawasan kalau di luar panti.” (W/T/PERS-PART/001-012)

2. Mendambakan Sesuatu yang Baru

Manusia adalah seseorang yang tidak pernah puas dengan suatu hal yang diberikan oleh Tuhan. Menginginkan banyak hal-hal baru atau sesuatu yang baru dalam dirinya. Begitu juga dengan kehidupannya di lingkungan rumahnya. Andre mengaku bahwa tinggal di panti merasakan nyaman dan tidak namun Andre masih sedikit terhibur dengan adanya teman-teman disini. Mendambakan sesuatu yang baru pada kehidupan di panti asuhan sangat di inginkan oleh anak-anak yang tinggal di panti.

Peneliti: “enak ngga sih tinggal di panti?”

Subjek: “enak ngga enak mbak. Enaknya karena disini banyak temennya, tapi ngga enaknya disini disuruh kerja terus.”

Peneliti: “pengen ngga ada perubahan atau sesuatu yang baru gitu di panti?”

Subjek: “pengen banget mbak, ada gitu kegiatan baru yang bisa kita lakuin selain kerja dan belajar mbak.”

(W/S1/ALAS-PART/031-039)

Keinginan Andre untuk mendapatkan hal baru di panti asuhan ini sangat didukung oleh teman-temannya namun Andre takut dimarahi oleh pamong panti karena terlalu banyak menuntut. Sebagai anak panti Andre menyadari bahwa dirinya tidak boleh terlalu banyak menuntut, jadi Andre memilih untuk diam dan mencoba untuk menjalani semua kegiatan yang ada di panti meskipun perasaannya saat ini bosan dengan keadaan di dalam panti asuhan.


(51)

Peneliti: “memang kamu pernah dimarahi oleh pamong panti saat meminta kegiatan lain?”

Subjek: “ya pernah sih mbak makanya aku sudah ngga pernah lagi minta untuk ada kegiatan lain yang dilakukan di panti. Mendingan diem dan ngejalanin aja mbak meskipun terkadang males-malesan mbak.” (W/S1/PERS-PART/040-046)

3. Keadaan yang Monoton

Pada anak usia remaja biasanya anak-anak menginginkan banyak hal-hal baru dalam dirinya, anak lebih cepat bosan dengan suatu keadaan yang dilakukan secara terus menerus atau monoton. Kurang berkembangnya kegiatan yang terjadi dalam diri mereka justru akan membuat anak menjadi penasaran akan hal-hal yang belum mereka ketahui. Masa remaja adalah masa seorang anak yang perasaan keingintahuannya sangat tinggi karena anak usia remaja adalah tingakatan yang sedang mencari jati diri mereka.

Andre adalah salah satu anak pada usia remaja, terbukti saat peneliti melakukan penelitian disana Andre mempunyai perasaan keingintahuan yang sangat tinggi. Keadaan yang monoton dalam panti ini membuat Andre cukup nakal dan nekat untuk menghilangkan perasaan yang membosankan dalam dirinya.

Peneliti: “saat perasaan bosan itu datang biasanya kamu ngapain?”

Subjek: “aku biasanya diem-diem keluar panti mbak, terus biasanya aku main game Play Station atau ke warnet mbak. Peneliti: “lho memang ngga takut kalau ketahuan?”

Subjek: “ya takut mbak tapi ya gimana lagi daripada aku bosan di panti terus mending keluar mencari hiburan.” (W/S1/PERS-PART/047-053)


(52)

Keadaan atau kehidupan di dalam panti yang monoton ini ternyata sangat mempengaruhi perubahan perilaku belajar anak-anak panti. Andre saat jam belajar di panti lebih sering menggambar dan mengganggu teman-teman lainnya yang sedang belajar. Andre sangat sulit berkonsentrasi dan belajar serius saat jam belajar di panti asuhan. Perilaku malas belajar ini dapat menyababkan prestasi belajar di sekolahnya pun ikut menurun.

Peneliti: “Andre kamu kenapa to kalau saat jam belajar kok ngga pernah belajar? Malah menggambar atau ganggu teman yang lain?”

Subjek: “malas aja mbak kalau mau belajar. Kan di sekolah sudah belajar masa di panti juga suruh belajar.”

(W/S1/ALAS-PART/054-059)

D. Subjek 2

1. Pengimpunan Data Subjek a. Deskripsi Umum Kasus

Nama : Tama (nama samaran) Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 28 Februari 2001 Asal Daerah : Magelang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 13

Agama : Katolik

Alamat : Magelang

Anak ke- : 3 Pendidikan Terakhir : SD Pekerjaan/ Sekolah : SMP


(53)

Cita-cita : Menjadi pemain band terkenal Hobby : Mendengarkan musik

Penampilan Fisik : Tinggi badan ± 154cm, berat badan ± 45kg, kulit sawo matang, badan kurus, rambut pendek tipis lurus, bentuk wajah lonjong, mata bulat, bibir sedikit tebal, hidung pesek.

Penampilan Psikis : Pendiam, kurang perhatian dengan orang lain, sulit untuk bersosialisai dengan orang disekitarnya.

Sumber Informasi : Subjek, pamong panti, karyawan panti.

b. Analisis

Analisis yang dilakukan dengan cara observasi, melihat bagaimana keseharian subjek saat berada di panti. Sikap dan perilaku subjek yang menunjukkan bahwa subjek merasa bosan berada di panti. Wawancara dengan subjek, menanyakan apa saja yang subjek inginkan agar subjek merasa nyaman dan tidak merasa bosan dengan kehidupan yang ada di dalam panti dan apa saja yang subjek lakukan untuk bisa menghilangkan perasaan bosannya. Wawancara juga dilakukan kepada pimpinan panti untuk mengetahui bagaimana kehidupan subjek selama di panti dan apa saja yang biasa dilakukan subjek saat berada di panti.

1. Menginkan Perubahan

Setiap anak dalam dirinya pasti selalu menginginkan perubahan dalam dirinya terutama anak-anak usia remaja yang


(54)

bisa dikatakan bahwa sedang mencari jati diri mereka dan menginginkan sesuatu atau hal yang baru dalam dirinya. Begitu juga dengan Tama salah satu anak di panti yang saat ini menginjak usia remaja. Tama dalam kesehariannya di panti adalah anak yang cukup pendiam dan tidak peduli dengan orang – orang yang di sekitarnya, namun dibalik sikap pendiamnya tersebut Tama sebetulnya memendam perasaan bosan dengan keadaan di dalam panti asuhan.

Peneliti: “Tama, kenapa kok kamu mbak lihat jarang bermain dengan teman-temanmu yang lain?”

Subjek: “males aja mbak. Bosan rasanya tinggal disini, pengen pulang. Yang di kerjakan disini hanya itu-itu saja.” (W/S2/ALAS-PART/001-005)

Tama sebenarnya sangat menginginkan sesuatu yang berubah dalam dirinya, namun hal tersebut sulit untuk di wujudkan karena Tama tidak berani mengatakannya kepada pamong panti atau pun pimpinan panti. Tama berbeda dengan Andre yang lebih bisa mengatakan hal yang di inginkannya. Tama lebih memilih untuk diam dan mencoba untuk menghilangkan rasa bosannya dalam dirinya sendiri.

Peneliti: “kamu pernah ngga bilang ke pamong atau pimpinan panti buat ngelakuin kegiatan lain?”

Subjek: “ngga pernah mbak. Aku takut di marahin sama pamong panti.”

Peneliti: “lalu kalau kamu lagi bosan di panti biasanya apa yang kamu lakukan?”

Subjek: “ya biasanya aku dengerin musik mbak kalau ngga tidur. Daripada nanti aku marahin kalau minta ini itu.” (W/S2/PERS-PART/006-0014)


(55)

2. Mendambakan Sesuatu yang Baru

Setiap anak pada usia remaja yang sedang mencari jati dirinya selalu menginginkan sesuatu hal yang baru dalam dirinya. Termasuk Tama yang selalu ingin hal yang baru dalam dirinya dan sesuatu yang baru pada kehidupan di dalam panti, Tama ingin ada kegiatan baru yang bisa dilakukannya selain bekerja dan belajar. Kebosanan yang terjadi dalam diri Tama ini karena Tama menginginkan hal-hal baru yang bisa dilakukannya.

Peneliti: “kamu kenapa bisa bosan di panti, padahalkan temannya banyak?”

Subjek: “ya meskipun disini banyak temennya mbak tapi kalau yang dilakuin hanya itu-itu aja kan bosan juga mbak.” Peneliti: “tapi kamu nyaman ngga sebenarnya tinggal disini?” Subjek: “ya sebenarnya sih ngga nyaman banget mbak, disini itu ngga sebebas di rumah mbak tapi ya mau gimana lagi mbak.” (W/S2/ALAS-PART/015-024)

Tama dapat dikatakan termasuk anak yang malas dalam belajar dan sulit berkonsentrasi saat jam belajar. Terbukti saat peneliti melakukan observasi Tama terlihat kurang bisa belajar dengan serius seperti teman-temannya yang lain. Tama lebih senang mengganggu teman-temannya yang lain yang sedang belajar. Perilaku malas belajar ini ternyata juga terjadi di sekolah terbukti Tama pernah tinggal kelas di kelas 4 karena nilainya yang menurun.

Peneliti: “Tama kenapa kok kamu jarang banget belajar saat jam belajar di panti?”

Subjek: “ya males aja mbak, di sekolah kan sudah belajar masa disini juga disuruh belajar lagi.” (W/S2/ALAS-PART/025-028)


(56)

Perilaku malas belajar yang ditunjukan oleh Tama ini seolah-olah menunjukkan bahwa Tama menginginkan sesuatu yang baru atau yang berbeda dalam panti. Tama juga malas jika saat jam bekerja seperti membersihkan panti datang, Tama lebih sering terlihat mendengarkan musik di MP3 Player yang dimilikinya daripada harus bekerja dan membantu teman-temannya yang lain. 3. Keadaan yang Monoton

Keadaan yang monoton sering terjadi pada masa anak-anak yang meranjak ke usia remaja. Biasanya pada usia remaja kebanyakan sering menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya untuk memberikan selingan kegiatan yang dilakukan setiap hari sehingga keadaan yang di rasa anak tidak akan menoton. Tama juga termasuk ke dalam anak-anak yang sedang ingin mencari suasana baru bagi dirinya sehingga tidak merasakan kehidupan yang monoton.

Peneliti: “emang kamu pengennya apa sih buat menghilangkan perasaan bosan mu itu?”

Subjek: “ya setidaknya ya mbak kita mengadakan jalan-jalan keluar panti bersama-sama atau diberikan ijin keluar panti untuk bermain dengan teman-teman di luar panti.”

(W/S2/PERS-PART/029-034)

Keadaan yang monoton seperti ini sangat berpengaruh terhadap perilaku belajar anak saat di panti atau di sekolah. Perilaku belajar yang di tunjukan Tama adalah perilaku malas belajar. Kondisi seperti ini sangat menuntut pamong panti untuk melakukan pekerjaan ekstra dalam menjaga dan mengawasi anak-anak panti. Pamong panti sebenarnya sudah mengetahui perilaku


(57)

malas belajar yang tampak pada diri Tama karena bosan dengan keadaan dalam panti, namun pamong panti takut jika Tama dan anak-anak lain diberikan kebebasan maka nanti anak-anak menjadi susah di atur.

Peneliti: “pak apakah bapak tahu bahwa Tama saat jam belajar itu tidak pernah belajar?”

Pamong panti: “saya tahu kok mbak. Pernah saya tegur hanya Tama tetap mengulangi hal itu.”

Peneliti: “apakah bapak tahu apa yang menyebabkan perilaku malas belajar Tama tersebut bisa terjadi?”

Pamong panti: “tahu mbak, mereka itu sebenarnya bosan tinggal disini, anak-anak itu sebenarnya hanya ingin kebebasan mbak. Tidak ingin terikat ini itu. Tapi jika kita berikan kebebasan untuk anak juga tidak baik mbak karena takut anak menjadi pembangkang dan menjadi sulit diatur.” (W/T/PERS-PART/013-024)

Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebosanan yang di alami oleh kedua subjek adalah sangat buruk. Dapat dilihat dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh kedua subjek mereka merasa bahwa kehidupan di dalam panti asuhan sangat membosankan karena kegiatan yang dilakukan di dalam panti sangat monoton dan subjek tidak mendapatkan kegiatan extra serta jarang sekali mendapatkan ijin untuk melakukan kegiatan lain di luar dari kegiatan panti yang sudah ada. Hal ini membuat subjek merasa bosan tinggal di dalam panti.

E. Efek Kebosanan Mempengaruhi Perilaku Belajar

Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak-anak. Perilaku belajar dimana anak tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itu dapat


(58)

dikatakan bahwa anak merasa kesulitan belajar. Ada dua faktor yang menyebabkan anak merasa sulit belajar yaitu faktor sosial dan faktor non sosial.

1. Faktor Sosial

Perilaku belajar anak yang malas belajar semua tergantung pada keadaan dirinya sendiri atau di luar dirinya. Dalam hal ini orang tua sangat mempengaruhi perilaku belajar anak malas belajar. Banyak orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya karena sibuk bekerja, ada pula orang tua yang menitipkan anaknya di panti asuhan hanya karena orang tua tidak ada waktu untuk anaknya. Orang tua terkadang tidak mengatahui bahwa belum tentu anak yang mereka titipkan tersebut merasa nyaman dan senang tinggal di panti dengan keadaan yang ramai dan tidak diberikan kasih sayang yang penuh dari orang tua.

Hal seperti ini yang mendorong anak menjadi malas belajar dan merasa bosan tinggal di panti asuhan yang kehidupannya monoton. Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua subjek, apa yang mereka ungkapkan tidak jauh berbeda. Mereka menganggap bosan tinggal atau berada di panti asuhan karena tidak ada yang memperhatikan dan memberikan kasih sayang penuh terhadap diri mereka. Andre menganggap bahwa pamong atau pimpinan panti yang seharusnya menjadi pengganti orang tuanya di panti asuhan tidak memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh terhadapnya.


(59)

Andre menganggap bahwa pamong dan pimpinan panti galak dan selalu memarahi dirinya dan teman-temannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:

Peneliti: Apakah kamu merasa senang hidup di panti? Subjek: “tidak mbak, disini suruh kerja terus sih. Waktu mainnya sedikit.”

Peneliti: Memang kalian tidak pernah mengungkapkan sama bruder kalau kalian ingin kegiatan yang lain?

Subjek: “udah pernah mbak tapi yang ada kita dimarahin sama bruder, kata bruder nanti keenakan dikita mbak kalau jalan-jalan terus,”

Peneliti: pernah atau tidak bruder memperhatikan kalian kalau saat kalian belajar atau bekerja?”

Subjek: “ngga mbak, bruder jarang nengok kita pas lagi belajar, paling kalau saat pembagian alat tulis atau buku baru saja mbak.” (W/S1/PERT-PART/001-014)

Andre menganggap bahwa pamong atau pimpinan panti yang seharusnya bisa menjadi pengganti orang tuanya di rumah tidak bisa memberikan kasih sayang dan perhatian kepada mereka. Kegiatan yang ada di panti justru membuat Andre merasa bosan karena Andre merasa bahwa kegiatan yang dilakukan hanya seperti itu saja setiap hari. Andre merasa meskipun suasana di panti ini ramai hanya kegiatan di panti yang membuat Andre merasa bosan dengan kehidupan di panti.

Saat melakukan wawancara dengan Tama jawaban yang Tama berikan tidak jauh berbeda dengan Andre. Tama menganggap bahwa kegiatan di panti asuhan ini sangat membosankan dan membuat Tama lebih suka menyendiri dari pada bersosialisasi dengan teman-teman lainnya.

Subjek: “tinggal disini bosan mbak, kegiatannya hanya itu-itu saja, semua fasilitas yang diberikan juga tidak semuanya boleh dipergunakan . makanya biasanya aku kalau di panti


(60)

paling cuma dikamar dengerin musik mbak kalau pas jam bermain.”

Subjek: “kalau dirumah kan ada banyak fasilitas mbak, bisa bermain sepuasnya mbak kalau dirumah. Makanya aku lebih nyaman tinggal dirumah dari pada di panti.” (W/S2/ALAS-PART/001-010)

Kebosanan yang dialami oleh kedua subjek adalah subjek merasa bahwa kehidupan yang mereka alami di panti sifatnya monoton dan tidak ada hal-hal baru yang mereka alami. Hal ini meyebabkan perilaku belajar mereka yang mereka tunjukan saat jam belajar sangat malas dan sulit untuk diajak belajar. Saat peneliti sedang melakukan penelitian di panti tersebut mereka sedang melaksanakan ujian nasional tingkat SD (Sekolah Dasar), namun saat jam belajar tiba mereka justru bermain dan mengobrol dengan teman-temannya. Tidak ada ketakutan dalam diri mereka kalau tidak lulus ujian. Hal demikian dapat terjadi karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh pamong panti terhadap anak-anaknya. Pamong panti seharusnya bisa menjadi pengganti orang tua mereka dan bisa memberikan perhatian kepada anak-anak.

Faktor berikutnya adalah lingkungan yang saat ini tempat tinggal subjek yaitu panti asuhan. Panti asuhan yang saat ini menjadi tempat tinggal kedua subjek termasuk kedalam lingkungan yang bersih dan terawat. Hanya masih ada beberapa tempat yang tidak teratur seperti tempat tidur anak-anak yang berantakan dan kotor karena anak-anak sulit untuk di minta membersihkan tempat tidur mereka masing-masing. Ruangan


(61)

belajar tempat mereka belajar sehari-hari juga kurang nyaman untuk mereka belajar. Anak-anak dalam hal memebersihkan lingkungan tempat tinggalnya memang cenderung kurang peduli. Hal ini mempengaruhi perilaku belajar mereka juga yang membuat tidak bersemangat dan malas belajar. Faktor lingkungan sekitar juga terkadang menuntut anak untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Anak di tuntut untuk mengikuti semua kondisi yang ada di sekitar yang menurut dirinya itu monoton atau bahkan membosankan.

Perilaku malas belajar yang ditunjukkan oleh anak-anak di panti asuhan ini karena anak tidak mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan. Dari hasil observasi yang peneliti lihat saat jam belajar tiba anak-anak sangat sulit untuk diajak belajar dan ada juga beberapa anak bahkan ada yang tidur saat jam belajar. Kegiatan yang monoton dan membosankan ini menyebabkan anak menjadi sulit diatur dan menjadi anak yang pembangkang karena kurangnya perhatian dari orang tua atau pamong panti. Jika hal ini di diamkan maka anak akan menganggap bahwa sekolah dan belajar itu bukanlah sesuatu hal yang penting karena orang tua atau pamong panti saja tidak memperhatikan mereka.

2. Faktor Non Sosial

Faktor non sosial dalam hal ini adalah faktor yang ada dalam diri subjek sendiri. Subjek harus bisa mengkondisikan dirinya


(62)

sendiri jika saat rasa bosan tersebut datang dalam dirinya. Subjek harus bisa melawan rasa bosan dengan kehidupan di panti dengan melakukan kegiatan lain sehingga rasa bosan tersebut tidak membuat perilaku belajarnya menjadi malas-malasan.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada kedua subjek jawaban yang mereka berikan tidak jauh berbeda. Mereka sejauh ini bisa mengendalikan rasa bosan yang ada dalam diri mereka sendiri pada hal-hal yang membuat dirinya menjadi terhibur. berikut kutipan wawancara yang peneliti lakukan dengan Andre:

Andre: “ya aku sih biasanya tidur mbak kalau ngga main PS (Play Station) atau ngga ke warnet tapi itu kalau aku ada uang mbak,”

Andre: “itu aku lakuinnya diem-diem mbak, kalau sampai ketahuan bruder kaluar panti aku bisa dihukum mbak.” (W/S1/ALAS-PART/015-020)

Andre mengaku kalau hal yang paling sering ia lakukan jika perasaan bosannya sedang datang ialah tidur atau saat Andre punya uang ia akan pergi ke warnet atau bermain PS (Play Station). Andre biasanya mendapatkan uang dari orang tuanya jika saat orang tuanya menengok dirinya di panti atau Andre mendapatkan uang dari pamong panti jika di sekolah sedang ada acara dan uang yang diberikan lebih maka ia bisa pergi ke warnet atau bermain PS (Play Station).

Hasil wawancara peneliti dengan Tama juga tidak jauh berbeda jawabannya dengan Andre. Tama juga lebih memilih tidur dan mendengarkan musik dari pada harus bermain dengan teman-temannya. Berikut kutipan wawancara dengan Tama:


(63)

Tama: “ya kalau aku sih mbak biasanya tidur atau ngga dengerin musik.”

Peneliti: “memang kamu ngga mau bermain dengan teman -teman mu?

Tama: “ah ngga lah mbak enakan sendiri tidur atau ngga dengerin musik.” (W/S2/ALAS-PART/011-016)

Tama memang termasuk kedalam anak yang tidak suka keramaian, disaat teman-temannya sedang bermain bola biasanya Tama hanya mendengaran musik dari MP3 Player yang ia miliki. Tama merupakan anak yang memang sulit untuk bersosialisasi dengan teman-temannya di panti asuhan. Tama mengatakan bahwa ia mengatasi kebosanan yang ada dalam dirinya dengan cara tetap tenang dan berdoa. Tama memang termasuk kedalam anak yang bisa mengatur dirinya sendiri jika perasaan bosannya datang namun dalam hal belajar Tama memang sulit untuk berkonsentrasi. Saat jam belajar tiba Tama biasanya mengajak bicara teman sebelahnya dan mengganggu teman-teman lainnya.

Pada dasarnya anak-anak pada usia tersebut sedang banyak ingin melakukan kegiatan yang diinginkannya karena mereka sedang mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam diri mereka. Sebagai pamong anak-anak di panti sebenarnya pamong mengetahui bahwa anak-anak sedang menginginkan sesuatu yang baru di dalam panti hanya saja pamong memikirkan jika anak-anak diberikan kebebasan maka nantinya anak-anak-anak-anak akan menjadi tidak tertib dan semaunya sendiri.

Peneliti: “pak apa bapak tahu kalau anak-anak ingin diberikan kebebasan dalam mereka melakukan kegiatan?” Pamong: “iya saya tahu kok mbak, mereka pengen banget banget bisa keluar panti dan diberikan hari bebas.”


(64)

Peneliti: “lalu kenapa tidak diberikan saja pak waktu bebas tersebut?”

Pamong: “wah sulit mbak kalau seperti itu karena jumlah anak-anak yang banyak takut tidak terkontrol semua mbak, takut nanti jika ada sesuatu yang terjadi.” (W/T/PERS-PART/025-033)

Ketakutan pamong panti terhadap sesuatu hal yang bisa terjadi terhadap anak-anak memang sangat beralasan karena pamong panti takut kalau anak-anak diberikan kebebasan maka nantinya anak-anak akan menjadi tidak terkontrol dan sulit untuk diatur. Sikap yang demikian dilakukan karena pamong mendapatkan tanggung jawab dari orang tua mereka yang menitipkan anak-anak mereka di panti agar anak-anak bisa di didik menjadi lebih disiplin.

Pamong: “anak-anak itu belum bisa diberikan tanggung jawab mbak, mereka terkadang suka seenanknya sendiri mbak. Contohnya saja seperti bangun tidur mereka harus merapikan tempat tidurnya, hal sekecil itu saja mereka belum bisa melakukannya mbak, belum bisa bersikap disiplin apalagi kalau diberikan kebebasan mbak semakin tidak terkontrol nantinya. Padahal di luar sana nantinya mereka harus menjalani kehidupan yang lebih keras lagi.” (W/T/PERS-PART/034-042)


(1)

Peneliti: Emang kamu pengennya apa sih buat menghilangkan perasaan bosan mu itu?

Tama: Ya setidaknya ya mbak kita mengadakan jalan-jalan keluar panti bersama-sama atau diberikan ijin keluar panti untuk bermain dengan teman-teman di luar panti.

Peneliti: Kamu kenapa kok kalau mbak lihat seperti tidak bersemanagat gitu?

Tama: Tinggal disini bosan mbak, kegiatannya hanya itu-itu saja, semua fasilitas yang diberikan juga tidak semuanya boleh dipergunakan . makanya biasanya aku kalau di panti paling cuma dikamar dengerin musik mbak kalau pas jam bermain.

Peneliti: Memang kalau di rumah lebih nyaman gimana?

Tama: Kalau dirumah kan ada banyak fasilitas mbak, bisa bermain sepuasnya mbak kalau dirumah. Makanya aku lebih nyaman tinggal dirumah dari pada di panti.

Peneliti: Biasanya kamu kalau lagi bosan dip anti ngapain?

Tama: Ya kalau aku sih mbak biasanya tidur atau ngga dengerin musik.

Peneliti: Memang kamu ngga mau bermain dengan teman-teman mu?


(2)

Lembar Verbatim

Pamong Panti (Trianggulasi)

Peneliti: Pak kelihatannya anak-anak kok tidak bersemangat ya bekerjanya?

Pamong Panti: Ya mungkin mereka bosan mbak disini disuruh bekerja terus.

Peneliti: Anak-anak bilang katanya pernah memberikan saran buat melakukan kegiatan lain pak tapi tidak pernah terlaksana pak. Apa benar pak?

Pamong Panti: Iya benar mbak. Bukannya saya tidak mau melaksanakan kegiatan tersebut hanya saja anak-anak meminta untuk piknik keluar panti, ya saya tidak ijinkan mbak karena butuh pengawasan kalau di luar panti.

Peneliti: Pak apakah bapak tahu bahwa Tama saat jam belajar itu tidak pernah belajar?

Pamong Panti: Saya tahu kok mbak. Pernah saya tegur hanya Tama tetap mengulangi hal itu.

Peneliti: Apakah bapak tahu apa yang menyebabkan perilaku malas belajar Tama tersebut bisa terjadi?

Pamong Panti: Tahu mbak, mereka itu sebenarnya bosan tinggal disini, anak-anak itu sebenarnya hanya ingin kebebasan mbak. Tidak ingin terikat ini itu. Tapi jika kita berikan kebebasan untuk anak juga tidak baik mbak karena takut anak menjadi pembangkang dan menjadi sulit diatur.

Peneliti: Pak apa bapak tahu kalau anak-anak ingin diberikan kebebasan dalam mereka melakukan kegiatan?

Pamong Panti: Iya saya tahu kok mbak, mereka pengen banget banget bisa keluar panti dan diberikan hari bebas.


(3)

Peneliti: Lalu kenapa tidak diberikan saja pak waktu bebas tersebut?

Pamong Panti: Wah sulit mbak kalau seperti itu karena jumlah anak-anak yang banyak takut tidak terkontrol semua mbak, takut nanti jika ada sesuatu yang terjadi.

Peneliti: Apa tanggapan bapak dengan perilaku anak seperti ini?

Pamong Panti: Anak-anak itu belum bisa diberikan tanggung jawab mbak, mereka terkadang suka seenanknya sendiri mbak. Contohnya saja seperti bangun tidur mereka harus merapikan tempat tidurnya, hal sekecil itu saja mereka belum bisa melakukannya mbak, belum bisa bersikap disiplin apalagi kalau diberikan kebebasan mbak semakin tidak terkontrol nantinya. Padahal di luar sana nantinya mereka harus menjalani kehidupan yang lebih keras lagi.


(4)

Peneliti: Peni

Tempat: Panti Asuhan Lembar Observasi

Tanggal Observasi Kegiatan

23 Mei 2014 Peneliti melihat keseharian anak di dalam panti. Melihat kegiatan apa saja yang dilakukan.

24 Mei 2014 Menanyakan kepada subjek mengapa malas bekerja dan tidak bersemangat.

27 Mei 2014 Melihat perilaku belajar subjek pada jam belajar malam di dalam panti.

28 Mei 2014 Melakukan wawancara kepada subjek pertama dan menanyakan hal-hal yang ingin diketahui. 30 Mei 2014 Melihat perilaku subjek saat sedang melakukan

kegiatan panti.

3 Juni 2014 Melakukan wawancara kepada subjek kedua tentang hal-hal yang ingin diketahui.

5 Juni 2014 Mencari informasi tentang kedua subjek dari karyawan panti asuhan.

6 Juni 2014 Melakukan wawancara kepada teman-teman subjek yang berada di dalam panti.

9 Juni 2014 Melakukan wawancara dengan subjek pertama tentang perilaku belajarnya selama jam belajar di dalam di panti.

10 Juni 2014 Melakukan wawancara dengan subjek kedua tentang perilaku belajarnya selama jam belajar di dalam panti.

12 Juni 2014 Melakukan wawancara kepada pamong tamu untuk mengetahui lebih mendalam terhadap


(5)

perilaku subjek selama di dalam panti.

17 Juni 2014 Melakukan wawancara kepada subjek pertama hal apa yang di inginkan selama di dalam panti. 18 Juni 2014 Melakukan wawancara kepada subjek kedua hal


(6)

Mrican Tromol

Pc

29, Yogyakarta

sflna

Teh (P74) 513:X)1,515352, Fax. (0274) 562383 TELEGRAM: SADHAR YOGYA

Rek Gro : CfG ill4a t{o..81 11 WIi2&sdil {BlOl24tS00.7

lffii

nt 1g ml|f2t19'.1 No

Hal

: 033/PenEl(/J|FNnOI4 : ljin Penelitian

Kepada

Yh. Pimpinan PantiAsuhan Putra Sancta Maria Borc Kulon Progo

Dengan hormat,

Dengan ini kami memohonkan ijin bagi mahasiswa kami, Nama

No. Mahasiswa Program Studi Jurusan

Fakultm

' Perguruan Trnggi

PeniCdstanti $1114023

Bimbingan dan Konseling llmu Pendidikan

Keguruan dan llmu Pendklikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Untuk melaksanakan penelitian dalam rargka peniapan penyusunan skripsinya, dengan ketentuan bahwa waktu penelitian disesuaikan dengan waktn yang dibaikan oleh pihak panti.

JudulSkripsi

:

KEBOSANAN ANAK PANTI ASUHAN PUTRA SANCTA MARIA BORO

TERHADAP PRESTASI BELAJAR Atas perhatian dan iiin yang diberikan, kamiucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 19 Mei2014

Tembusn:

1.

DekanFKP

2.

Mahasisra Ybs

3.

,+ctp